Profil Ong Beng Seng, Miliarder Singapura Tersandung Kasus Korupsi
Miliarder Singapura Ong Beng Seng ditangkap pada Selasa pekan lalu (11/7) terkait kasus korupsi yang melibatkan Menteri Transportasi Singapura S Iswaran. Berselang tiga hari, Biro Investitasi Praktik Korupsi Singapura atau CPIB telah melepaskan Ong dengan jaminan.
The Straits Times mencatat miliarder ini lalu melancong ke Bali pada 14 Juli lalu dan kembali ke Singapura dengan jet pribadinya pada Senin (17/7). Sebelumnya, Ong sempat diizinkan untuk bepergian ke luar negeri dengan jaminan 100 ribu dolar Singapura atau setara Rp 1,13 miliar.
Bila ditelaah, kasus korupsi menteri ini adalah yang pertama dalam tiga dekade belakangan. Menteri terakhir Singapura yang diinvestigasi karena dugaan korupsi adalah Teh Cheang Wan pada 1986.
Teh saat itu menjabat Menteri Pembangunan Nasional. Ia diperiksa oleh CPIB atas dugaan suap US$ 1 juta dari pihak swasta. Namun, kasus ini tak dilanjutkan karena Teh mengakhiri hidupnya sendiri.
Kembali ke Ong, Forbes mencatat kekayaannya per 2022 mencapai US$ 1,75 miliar atau setara Rp 26,25 triliun. Dengan uang tersebut, ia masuk ke dalam daftar ke-24 dari 50 Orang Terkaya Singapura versi Forbes pada tahun lalu.
Namanya dikenal sebagai direktur utama Hotel Properties, perusahaan publik Negeri Singa yang mengelola Four Seasons dan hotel bintang lima lainnya. Melansir Forbes, Hotel Properties bersama badan investasi milik Singapura, Temasek, pernah membeli aset properti media Singapore Press Holdings. Transaksi yang terjadi pada Mei 2022 tersebut bernilai US$ 2,8 juta atau setara Rp 42 miliar.
Beroleh Untung di Perusahaan Mertua
Laman resmi pemerintah Singapura mencatat Ong lahir di Sabah, Malaysia pada 1946. Ia dan keluarganya pindah ke Singapura pada 1950, saat Ong masih empat tahun. Lelaki tersebut belajar di sekolah Inggris-Singapura dan aktif dalam olahraga lompat jauh.
Gelar sarjana di bidang asuransi ia peroleh setelah belajar di Inggris, kemudian bekerja di penjaminan asuransi dan pialang di Eropa. Channel News Asia menulis, dia mendapatkan kekayaan pertamanya dengan menjual asuransi pengiriman. Pada 1972, saat dia berusia 26 tahun, Ong bergabung dengan Motor & General Underwriters Investment Holdings.
Tiga tahun berselang, Ong yang dikenal dengan sebutan OBS ini bergabung dengan perusahaan ayah mertuanya, Peter Fu Yun Siak. Perusahaan yang bernama Kuo International ini bergerak dalam jasa jual-beli minyak bumi. Di sinilah OBS bersinar, karena berhasil memprediksi naik turun harga minyak dengan akurat, sehingga pendapatan perusahaan meningkat pesat.
Dengan keberhasilannya itu, Ong mencoba peruntungan di bisnis properti. Ia mendirikan Hotel Properties Limited pada 1980 dan mengakuisisi sejumlah hotel dan properti lainnya. Hanya butuh waktu dua tahun untuk perusahaan ini bisa melantai di Bursa Efek Singapura.
Meski usaha properti Ong berbasis di Singapura, namun asetnya tersebar di berbagai belahan dunia. Misalnya beberapa hotel di bawah gruop InterContinental, Hard Rock Hotels, hingga Marriott International. Hotel Properties bahkan tercatat punya aset di Seychelles, Vanuatu, Bhutan, Amerika, Inggris, hingga Indonesia.
Keterlibatan dengan Formula 1 Singapura
Awalnya Ong menawarkan pembangunan trek F1 di Laguna Country Club pada 1989 tapi ditolak oleh pemerintah setempat. Namun, ia berhasil membawa F1 ke Singapura pada 2008. The Straits Times mencatat salah satu faktor keberhasilan ini adalah kedekatannya dengan eks kepala eksekutif Group Formula One, Bernie Ecclestone.
Sejak saat itulah balapan F1 selalu diadakan tiap tahun di Singapura, kecuali 2020 dan 2021 saat pandemi menyerang.
Kontrak Singapura sebagai tuan rumah Grand Prix Formula 1 sudah ditandatangani pada 2022, dan berlaku selama tujuh tahun. Ong punya hak atas Grand Prix Singapura dan memimpin promotor balapan ini.
Mengutip The Independent, Ong bakal bertanggungjawab 40% dari penyelenggaraan lomba balap ini. Sisa 60% lagi dibiayai Badan Pariwisata Singapura.
Perkiraannya, F1 Singapura bakal memakan dana US$ 135 juta atau setara Rp 2,02 triliun. Dari sana, keuntungan yang diperkirakan mencapai US$ 1,13 miliar atau setara Rp 16,9 triliun sejak awal diadakan pada 2008.
Keberhasilannya membawa F1 ke Singapura plus kedekatannya dengan Menteri Irawan yang menyeret Ong ke pusaran kasus korupsi. Ini bukan kasus pertama. Pada 1996 ia juga terlibat dalam dugaan korupsi yang sempat menggoyang Perdana Menteri Lee Kuan Yew.