Kisah Djajadi Djaja, Tersingkir dari Indomie, Dirikan Mie Gaga

Mela Syaharani
29 Agustus 2023, 16:37
Pendiri dan Komisaris PT Jakarana Tama Djajadi Djaja.
GagaFood.co.id
Pendiri dan Komisaris PT Jakarana Tama Djajadi Djaja.

Produsen mi instan merek Mie Gaga, PT Jakarana Tama, enggan memberi tanggapan terkait pemberitaan soal komisarisnya, Djajadi Djaja. Perusahaan menyebut komisarisnya tidak pernah memberi pernyataan terkait kompetitornya, Indomie.

"Djajadi Djaja dan PT Jakarana Tama tidak akan memberi tanggapan apapun sehubungan dengan berita yang tersebar," kata Djajadi dalam keterangan resminya, Jumat (25/8). 

Pemberitaan ini bermula ketika nama Djajadi kembali muncul di media. Kisahnya ketika menjalin kerja sama dengan Sudono Salim membentuk PT Indofood Interna, lalu pecah kongsi, menjadi perbincangan. 

Pada 1993, Djajadi tak lagi berada di perusahaan pembuat Indomie tersebut karena terjadi masalah keuangan. Ia sempat melayangkan gugatan kepada Indofood. Namun, Djajadi tidak berhasil memenangkan upaya tersebut. 

Indomie
Indomie (Indomie)

Pencetus Indomie dan Mie Gaga

Djajadi Djaja Chow Ming Hua kerap disebut sebagai penemu mi instan di Indonesia. Pria kelahiran tahun 1941 ini memulai langkah bisnisnya dengan mendirikan firma FA Djangkar Djati bersama teman sekolah menengah atas. Usaha ini bergerak di bidang penyaluran barang

Tak hanya firma, Djajadi pun mencoba mendirikan usaha bernama Sanmaru Food Manufacturing. Usaha yang digawangi bersama empat kawannya yakni Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma, yang menempatkan Djaja sebagai direktur pada tahun 1971-1978.

Sanmaru Food Manufacturing ini kemudian memproduksi mie instan yang diberi nama Indonesia Mie atau disingkat Indomie. Perusahaan berhasil mengekspor produknya pada 1982 hingga 1983.

Sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor mereka antara lain Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, beberapa negara di Eropa, Amerika, hingga Australia.

Djajadi bukanlah pencetus usaha mi instan di Indonesia. Pada 1968 PT Lima Satu Sankyu dan PT Sarimi Asli Jaya yang diprakarsai Liem Sioe Liong dan Salim Group lebih dahulu menciptakan merek Sarimi dan Supermie. Tak hanya usaha mie instan, Salim Group juga memiliki usaha terigu dengan merek Bogasari.

Beberapa tahun berselang, Djajadi menjalin kerja sama dengan Salim Group untuk mendirikan PT Indofood Eterna pada 1984. Kerja sama ini terjalin setelah Djajadi dan kawan-kawan menerima tawaran dari Salim Group untuk memindahkan kepemilikan Indomie yang semula berada di tangan Djajadi kemudian berubah menjadi milik Salim Group.

Meski digagas oleh dua nama di atas tapi Indofood Eterna dipimpin orang dekat Djajadi, yaitu Hendy Rusli. Berdirinya perusahaan ini juga turut menyatukan Indomie dan Supermie dalam satu atap yang sama. 

Porsi kepemilikan dari saham PT Indofood Eterna dibagi menjadi dua, dengan porsi 57,5% saham milik Djajadi dan kawan kawan. Lalu, 42,5% saham dimiliki oleh Salim Grup.

Meski memiliki porsi saham yang lebih besar, namun Djajadi dan kawan-kawan nyatanya tersingkir dari Indofood saat mereka mengalami masalah keuangan di perusahaan pada 1993. Hengkangnya Djajadi pada Indofood membuat kepemilikan perusahaan tersebut sepenuhnya digenggam oleh Salim Grup.

 
 

Masa Kecil 

Tak putus harapan pasca tersingkirnya dari PT Indofood Eterna, Djajadi bangkit melalui usahanya di PT Jakarana Tama yang juga bergerak sebagai produsen mi instan.

Berdasarkan akta notaris, PT Jakarana Tama berdiri pada 20 Juni 1980 sebagai perusahaan distribusi regional di Medan, Sumatera Utara. Perusahaan ini memproduksi sejumlah produk, seperti mi instan, makanan kalengan, sosis siap makan, hingga bumbu penyedap.

Produk mi instan buatan PT Jakarana Tama kemudian diberi nama dengan Mie Gaga. Tak berhenti disitu, perusahaan ini juga memiliki beberapa merek lain seperti, ‘100’,’1000’, Mie Gepeng, Mie Telor A1, Otak-otak, dan Sosis Loncat. 

Pada situs Gaga Food, Djajadi menyebut ketertarikannya pada industri makanan karena pengalaman hidupnya saat kecil. "Saya berasal dari latar belakang keluarga yang sangat miskin," ucapnya. "Saya mengalami situasi pasca-Perang Dunia ke-2 secara langsung."

Selama periode tersebut, ia melihat dan merasakan sulitnya mencari pekerjaan dan mendapatkan makanan. "Saya ingat, makanan yang biasa saya makan adalah bubur dengan garam dan sesekali telur rebus. Itu sudah menjadi kemewahan bagi keluarga saya," kata Djajadi. 

Dari pengalaman itu, ia bermimpi menghasilkan makanan pokok yang terjangkau dengan nutrisi tepat dan rasa enak. Perusahaan lalu menghadirkan makanan harian terjangkau melalui berbagai produk, termasuk mi instan. "Saya percaya kelezatan ajaib di setiap produk kami," ujarnya. 

Reporter: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...