Profil Gudang Garam, Bosnya Tersangkut Kredit Macet
Kasus kredit macet PT Hair Star Indonesia, perusahaan rambut palsu yang sahamnya pernah dimiliki Susilo Wonowidjojo, Presiden Direktur PT Gudang Garam Tbk, terus bergulir. Pada 21 Agustus 2023 lalu, Bank OCBC NISP meminta sita jaminan atas harta yang dimiliki oleh Susilo Wonowidjojo dan beberapa orang lainnya untuk melunasi kredit macet PT HSI sebesar Rp 232 miliar.
Kuasa Hukum Bank OCBS NISP Hasbi Setiawan mengatakan gugatan yang diajukan berupa ganti rugi secara materill US$ 16,5 juta atau setara Rp 232 miliar dan immateril Rp 1 triliun dari harta pribadi para tergugat atas kredit macet tersebut.
Menurut Hasbi, kerugian yang dialami OCBC NISP salah satunya adalah meningkatnya nilai Non Performing Loan (NPL) yang mengakibatkan kredibilitas bank pada Bl Rating menurun. Selain itu, menurut dia, para tergugat tidak melaksanakan perjanjian kredit dengan itikad baik.
Kredit macet itu terjadi usai Susilo Wonowidjojo melepas 50% sahamnya di HSI melalui PT Hari Mahardika Utama kepada Hadi Kristanto Niti Santoso. Menurut Hasbi, PT HSI tidak pernah memberikan informasi mengenai perubahan susunan kepemilikan saham.
Selain itu, Hasbi menyebutkan para tergugat, termasuk Susilo Wonowidjojo, telah memperkirakan sebelumnya bahwa HSI tidak dapat melunasi utang kepada Bank OCBC NISP dan sejumlah bank lainnya. "Malahan melakukan peralihan saham tanpa ada persetujuan dari OCB NISP," kata dia.
Berawal dari Produksi Kretek Rumahan
PT Gudang Garam Tbk didirikan pada 26 Juni 1958 di Kediri, Jawa Timur, oleh Tjoa Ing Hwie yang belakangan mengganti namanya menjadi Surya Wonowidjojo. Di awal pendiriannya, Gudang Garam merupakan industri kretek rumahan yang memproduksi rokok kretek sigaret kretek klobot (SKL) dan sigaret kretek linting-tangan (SKT).
Hanya berselang dua tahun, sebuah cabang di Gurah, Jawa Timur, yang berjarak 13 kilometer dari Kediri, didirikan. Sekitar 200 karyawan dipekerjakan di cabang tersebut dan melakukan perjalanan pulang-pergi Gurah-Kediri menggunakan gerbong kereta api khusus yang dibiayai perusahaan.
Pada 1968, dua unit produksi untuk pertama kalinya berdiri di lahan seluas seribu meter persegi untuk memenuhi permintaan pasar. Setahun setelah itu, Gudang Garam mengukuhkan diri sebagai firma, bukan lagi usaha skala rumahan dan menjadi Perseroan Terbatas (PT) dua tahun setelah itu dengan dukungan modal dari pemerintah.
Pada 1990, Gudang Garam mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dan sejak itu menjadi Perusahaan Terbuka. Penetrasi pasar melalui produk Sigaret Kretek Mesin (SKM) pada 1979 mempercepat laju Gudang Garam sebagai perusahaan kretek dalam negeri.
Pada 2002, sejumlah peristiwa penting mewarnai perjalanan perusahaan. Di tahun itu, untuk pertama kalinya Gudang Garam memproduksi jenis rokok baru, yaitu kretek mild yang ditandai dengan berdirinya Direktorat Produksi Gempol di Pasuruan Jawa Timur. Di tahun yang sama, Gudang Garam mendirikan PT. Surya Madistrindo untuk menjalankan distribusi produk-produk sigaret Gudang Garam bersama dengan tiga perusahaan distribusi lainnya.
Di tahun 2009, SM ditunjuk sebagai distributor tunggal yang memegang kendali strategi distribusi dan field marketing untuk seluruh wilayah Indonesia. Pada 2013, areal perusahaan yang semula hanya seluas 1.000 meter persegi berkembang menjadi sekitar 208 hektar yang terletak di wilayah Kabupaten dan Kota Kediri serta di wilayah Pasuruan.
Gudang Garam juga mendirikan kantor di Jakarta untuk menunjang seluruh operasi bisnis di tahun yang sama. Hingga 2022, Gudang Garam beserta seluruh anak perusahaannya menyatakan telah menyediakan lapangan kerja bagi 31.559 orang.
Berinvestasi Penuh dalam Pembangunan Bandara Kediri
Pembangunan Bandara Kediri di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, merupakan proyek bandara pertama dengan pembiayaan swasta murni -- kerja sama antara pemerintah dan badan usaha/KPBU -- dengan pihak swasta sebagai pemrakarsa.
Pembiayaan untuk pembangunan ini sepenuhnya berasal dari PT Gudang Garam Tbk. melalui anak perusahaannya PT Surya Dhoho Investama. Mengutip situs Kementerian Perhubungan (Kemenhub), bandara ini ditargetkan dapat beroperasi pada 2024 mendatang.
Bandara Dhoho ditargetkan dapat menjadi salah satu bandara keberangkatan untuk ibadah haji dan umroh. Di tahap awal, menurut Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, bandara tersebut ditargetkan dapat melayani penerbangan umroh terlebih dahulu sembari mempersiapkan berbagai infrastruktur penunjang agar dapat digunakan untuk memberangkatkan jemaah haji. "Karena kalau untuk penerbangan haji, dibutuhkan adanya asrama haji dan Rumah Sakit terdekat yang dipersyaratkan oleh pihak GACA Arab Saudi," kata dia.
Selain itu, Bandara Dhoho diharapkan dapat menjadi bandara pengumpan untuk jalur selatan Jawa yang meliputi tujuh kabupaten yaitu Kabupaten dan Kota Blitar, Kabupaten dan Kota Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung. Keberadaan penerbangan domestik diharapkan dapat menunjang perekonomian untuk tujuh wilayah tersebut.