Profil NVIDIA, Perusahaan Raksasa yang Akan Bangun Pusat AI di Solo
Perusahaan chip Amerika Serikat, NVIDIA, disebut berencana membangun pusat pengembangan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia, senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 3 triliun. Untuk investasi ini, perusahaan teknologi raksasa dunia tersebut akan menggandeng PT Indosat Tbk (ISAT).
Rencana investasi ini diungkap oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi. Dia mengatakan NVIDIA dan Indosat telah memilih lokasi investasinya di Solo Technopark, kawasan sains dan teknologi yang terletak di Jl Ki Hajar Dewantara No 19 Jebres, Surakarta.
Kota Surakarta dipilih mereka di daerah tersebut sudah siap dalam hal sumber daya manusia (SDM) dan infrastrukturnya. “Jadi ini pusat AI di Indonesia. Namanya Indonesian AI Nation,” kata acara Buka Puasa Menkominfo bersama Media di Kantor Kominfo di Jakarta, Rabu (3/4).
Profil NVIDIA
NVIDIA adalah perusahaan teknologi raksasa yang bermarkas di Santa Clara, California, Amerika Serikat. Perusahaan ini memproduksi software dan processing unit, API (Application Programming Interfaces) untuk data science dan komputer dengan performa tinggi, serta SoCs (System on a chip units) untuk komputasi mobile.
NVIDIA juga merupakan pemasok besar hardware dan software kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang dibutuhkan banyak perusahaan. Makanya, ramainya penggunaan AI membuat nama dan bisnis perusahaan ini melambung.
NVIDIA menguasai sekitar 80 persen pasar chip AI kelas atas, dengan pelanggan termasuk pembuat ChatGPT OpenAI, Microsoft, Alphabet, dan Meta Platforms yang mengambil pasokan komponen-komponennya untuk bersaing di sektor AI generatif yang berkembang pesat.
Kini NVIDIA merupakan salah satu perusahaan dengan nilai kapitalisasi terbesar di dunia, melampaui induk Google, Alphabet, dan perusahaan e-commerce Amazon.
Awal Maret lalu, nilai kapitalisasi pasar NVIDIA sudah mencapai US$ 2,11 triliun. Nilai ini menempatkan NVIDIA sebagai perusahaan dengan kapitalisasi pasar ketiga terbesar di dunia, setelah Apple dan Microsoft.
Kinerja perusahaan ini juga sangat baik. Pada kuartal IV tahun lalu, NVIDIA tercatat memperoleh pendapatan hingga US$22,1 miliar, meningkat 265 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Keberhasilan ini diimbangi dengan perolehan labanya yang mencapai US$12,9 miliar, melonjak lebih dari delapan kali lipat.
Awalnya Berdiri Sebagai Produsen Kartu Grafis
Jauh sebelum demam AI, NVIDIA fokus pada kartu grafis alias graphic card. Chip inilah yang membawa pengalaman grafis tiga dimensi dalam program gim dan multimedia. Perusahaan berdiri pada 5 April 1993 oleh tiga sakawan, Jensen Huang, Chris Malachowsky, dan Curtis Priem. Para insinyur yang ingin keluar dari tempat kerjanya untuk mendirikan perusahaan baru pada awal 90-an.
Dalam catatan Fortune, perusahaan ini berdiri hanya dengan modal US$ 40 ribu di rekening bank mereka. Belum ada nama NVIDIA kala itu karena para pendiri belum menemukan nama yang cocok. “Jadi kami menamakan seluruh file kami dengan NV alias next version,” kata Huang pada Fortune.
Untuk mencari nama NVIDIA, ketiga lelaki ini mencari kata apa yang dimulai dengan dua huruf tersebut: NV. Akhirnya mereka menemukan kata latin invidia yang berarti kecemburuan. Nama itu bertahan hingga tiga dekade kemudian.
Produk pertama NVIDIA adalah kartu multimedia untuk PC bernama NV1 yang lahir pada 1995. Pada tahun ini gim tiga dimensi mulai menarik perhatian masyarakat. Kartu itu tidak terjual laris, namun NVIDIa tetap menghadirkan teknologi baru di rilisan berikutnya hingga berhasil mencapai penjualan.
Barulah pada 1999, NVIDIA menghadirkan unit pemroses grafis alias graphics processing unit (GPU) pertama di dunia bernama GeForce 256. Dalam laman resmi perusahaan, inilah chip yang membuka babak baru teknologi dan mengubah industri komputasi.
Pada tahun yang sama, NVIDIA melantai di Nasdaq dengan kode NVDA. Tepat pada 22 Januari 1999, mereka menawarkan saham di harga US$ 12 atau setara Rp 180 ribu.
Semakin Sukses dengan AI
Graphic card terjual laris manis hingga berhasil menopang sebagian besar pendapatan perusahaan. Kendati demikian, bukan lini bisnis ini yang menggoda investor Wall Street, tapi kecerdasan buatan. Melansir Forbes, bahkan perusahaan teknologi besar seperti Google, Microsoft, Facebook, dan Amazon membeli chip NVIDIA dalam jumlah besar untuk pusat data mereka.
Laman NVIDIA mencatat era AI modern dimulai pada 2012 dengan AlexNet. Teknologi ini semakin berkembang, sehingga kini ada empat lini bisnis NVIDIA, menurut laman resmi perusahaan. Mulai dari arsitektur, industri teknologi, gim, hingga perusahaan dan pengembang.
Produk di bidang arsitektur ini seperti NVIDIA Volta, bisa dikembangkan untuk customer experiences, kendaraan nirawak, hingga pemberantasan kanker. Selain itu, ada juga produk pusat data. Proyek lain yang juga dikembangkan NVIDIA adalah Earth-2, kembaran digital bumi untuk memprediksi perubahan iklim.