Profil Perusahaan Adaro Andalan yang Segera IPO Tahun Ini
Adaro Andalan berencana melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) pada akhir tahun ini. Adaro Andalan merupakan anak perusahaan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), perusahaan terpadu di bidang energi dan mineral.
ADRO menawarkan saham Adaro Andalan atau AADI pada harga Rp4.590-Rp5.900 per saham. Dengan harga tersebut, Adaro Andalan Indonesia diperkirakan akan mendapatkan dana segar sebesar Rp3,57 triliun hingga Rp4,59 triliun.
Berdasarkan prospektus awal Adaro Andalan Indonesia, disebutkan sekitar 40% dana yang diperoleh dari hasil IPO akan digunakan untuk investasi anak usahanya yakni PT Maritim Barito Perkasa, yang bergerak di bidang pengangkutan laut. Kemudian sekitar 15% akan digunakan untuk pembayaran kembali atas sebagian pinjaman perusahaan.
"Sisanya akan digunakan oleh Perseroan untuk pembayaran kembali kepada ADRO atas sebagian pokok atas pinjaman berdasarkan Perjanjian Pinjaman tanggal 24 Juni 2024," seperti ditulis dalam prospektus perusahaan yang diterbitkan pada 12 November 2024.
Seperti apa profil perusahaan Adaro Andalan Indonesia? Berikut informasinya:
Profil Perusahaan Adaro Andalan Indonesia
PT Adaro Andalan Indonesia awalnya didirikan pada 1 Desember 2004 dengan nama PT Alam Tri Abadi dengan pemegang saham awal yaitu Like Rani Imanto (96%) dan Iwan Dewono Budiyuwono (4%). Saat ini Iwan merupakan salah satu direktur Adaro Energy.
Adaro Energy atau ADRO mulai mengakuisisi perusahaan sepanjang 2021-2023 dengan kepemilikan penuh (99,99%), sisanya adalah Adaro Strategic Investments. Dengan perubahan kepemilikan tersebut Perseroan melakukan perubahan nama menjadi PT Adaro Andalan Indonesia pada 2024.
Adaro Andalan pun menjadi anak perusahaan kunci di bawah Adaro Energy Group, perusahaan tambang yang didirikan pada tahun 1982.
Adapun Adaro Andalan Indonesia merupakan perusahaan induk yang memiliki banyak anak perusahaan yang bergerak di bisnis pertambangan batu bara termal, logistik, pengelolaan aset lahan (Adaro Land), pengelolaan air (Adaro Water). Ada juga bidang usaha lainnya seperti investasi (Adaro Capital), ketenagalistrikan, jasa konsultasi di bidang pertambangan, serta pengembangan teknologi informasi.
Wilayah operasional grup Adaro Andalan meliputi Jakarta, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan Utara.
Saat ini, AADI memiliki tujuh aset pertambangan batu bara termal yang terletak di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Adapun aset di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah dalam tahap pengembangan.
Berdasarkan estimasi, aset AADI memiliki cadangan batu bara 917,4 juta ton dan produksi saat ini 32,74 juta ton. Total produksi batu bara AADI menyumbang 8% dari total produksi nasional, atau terbesar kedua di Indonesia.
Sepanjang semester I 2024, Adaro Andalan membukukan pendapatan US$2,65 miliar, turun 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, laba tahun berjalan justru naik 15% menjadi US$922,7 juta. Segmen pendapatan AADI sebesar 96,12% disumbang penjualan batu bara, logistik 3,35% dan lainnya 0,45%.
Kegiatan operasioanal berpusat di Kalimantan Selatan, menambang dan memproduksi batubara sambil berfokus pada metode ramah lingkungan dan prosedur yang efektif untuk mengurangi efek negatifnya terhadap lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada Adaro Green Pillar, salah satu pilar utama yang diandalkan Adaro.
Sejarah Singkat Adaro
Krisis minyak bumi di seluruh dunia pada tahun 1970-an menandai awal sejarah Adaro. Fenomena tersebut mendorong pemerintah Indonesia untuk mengubah kebijakan energinya, yang sebelumnya terkonsentrasi pada gas dan minyak, untuk memasukkan batu bara sebagai bahan bakar lokal.
Penjualan pertama batubara Adaro adalah kepada Krupp Industries dari Jerman yang tertarik pada kualitas lingkungannya. Kapal perusahaan, MV Maersk Tanjong, memuat sendiri dengan perlengkapan dan perebutannya sendiri dan berlayar ke Eropa dengan 68.750 ton Envirocoal. Adaro dinyatakan dalam produksi komersial pada 22 Oktober 1992.
Seiring berjalannya waktu, Adaro berhasil berkembang secara signifikan. Tak hanya pertambangan, sekarang Adaro melebarkan sayap ke energi alam lainnya, seperti tenaga air, sinar matahari, dan biomassa. Adaro mengaku hal tersebut merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan bahan bakar fosil yang bisa habis.
Perusahaan induk PT Adaro Energy Indonesia Tbk masih dipegang oleh Garibaldi Thohir, selaku Presiden Direktur. Kepemilikan saham Adaro Energy saat ini adalah sebagai berikut: PT Adaro Strategic Investments 45,66%, Garibaldi Thohir 6,43%, Edwin Soeryadjaya (3,42%), Theodore Permadi Rachmat (2,64%) Arini Saraswaty Subianto (0,26%), Christian Ariano Rachmat (0,05%), Julius Aslan (0,04%), dan pemegang saham lainnya (41,50%).
Demikian pembahasan profil perusahaan Adaro Andalan yang dikabarkan segera IPO. Secara terpadu perusahaan dihimpun oleh PT Adaro Energy Tbk., dengan Adaro Andalan menjadi unit perusahaan kunci di bidang pertambangan.