Seabad Perjalanan RSCM Sebelum Ditegur Kemenkes Soal Bullying

Amelia Yesidora
21 Agustus 2023, 14:59
RSCM, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusuomo
ANTARA/Livia Kristianti/am
Gedung Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusuomo atau RSCM.

Kasus perundungan alias bullying di kalangan dokter mendapat perhatian dari Kementerian Kesehatan. Pada Kamis lalu (17/8), Kemenkes memberi sanksi pada tiga rumah sakit atas isu tersebut, salah satunya Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusuomo.

Pihak RSCM mendukung teguran tersebut. Per 24 Juli lalu, rumah sakit sudah mengeluarkan Peraturan Direktur Utama tentang Pencegahan dan Penanganan Perundungan dan Kekerasan Seksual di RSCM. Beleid ini juga melahirkan Satuan Tugas Anti Perundungan dan whistle blowing system alias WBS untuk mengadukan perundungan dan/atau kekerasan seksual yang terjadi di sana. 

“Kami memandang sanksi peringatan yang kami terima ini sebagai bentuk pembinaan dari Kemenkes dan menjadi sebuah momentum peningkatan upaya pencegahan dan menghilangkan segala bentuk perundungan yang bisa terjadi di RSCM,” dilansir dari rilis RSCM yang Katadata.co.id terima. 

Menanggapi rekomendasi dari Inspektur Jenderal Kemenkes drg Murti Utami, pihak RSCM akan menyempurnakan sistem pengawasan bagi pihak eksternal dan internal terkait proses pendidikan. 

PENAMBAHAN KAPASITAS PENANGANAN PASIEN COVID-19
PENAMBAHAN KAPASITAS PENANGANAN PASIEN COVID-19 DI RSCM. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nz)

Berakar dari Sekolah Dokter Jawa

Rumah sakit ini sudah berusia lebih dari seabad dan tidak lepas dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. RSCM memperingati hari berdirinya pada 19 November 1919, dengan nama awal Centraal Burgerlijke Ziekeninrichting alias CBZ. 

Dari keterangan sejarawan kesehatan Ravando Lie, sudah ada rumah sakit yang berdiri di lokasi CBZ sebelumnya. Lembaga ini bernama Stadsverband yang berada di bawah pengelolaan Gemeente alias Kotapraja Batavia atau Jakarta sekarang.

“Saat berdiri, CBZ memang disiapkan menjadi rumah sakit modern di awal abad ke-20,” katanya, dilansir dari Harian Kompas. “Ada 200-an kamar rawat, fasilitas rumah pompa air, dapur, tempat mesin-mesin, bangunan paviliun besar untuk perawatan pasien, dan fasilitas lainnya.” 

Namun, laman resmi RSCM mencatat hikayat mereka bisa ditarik lebih jauh lagi hingga 1896. Kala itu, laboratorium dan Sekolah Dokter Jawa masih berada pada satu pimpinan, Dr H Roll. Pada 1910, Sekolah Dokter Jawa berubah nama menjadi School ter Opleiding van Indische Artsen alias STOVIA, cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Seiring dengan bergantinya nama Stadsverband menjadi CBZ pada 1919, gedung rumah sakit pun berpindah. Staf hingga pimpinan rumah sakit yang berada di CBZ Glodok kemudian pindah ke gedung baru di Salemba, Jakarta Pusat. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...