Bukit Teletubbies, Lokasi Indah di Gunung Bromo yang Sering Kebakaran
Kebakaran melanda Bukit Teletubbies di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada Rabu (6/9). Kejadian ini akibat aksi pengunjung taman yang menggunakan dan membuang suar asap untuk pengambilan foto prewedding.
Polres Probolinggo telah menetapkan seorang manajer wedding organizer sebagai tersangka kasus kebakaran hutan dan lahan bukit tersebut. Penetapan tersangka dilakukan usai aparat menangkap enam orang yang diduga terlibat dalam kebakaran.
Para tersangka dijerat Pasal 50 ayat 3 huruf d jo Pasal 78 ayat 4 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dengan ancaman penjara maksimal lima tahun.
Tim gabungan Balai Besar TNBTS masih berusaha mengatasi kebakaran yang terjadi di sabana kaldera Tengger. "Kondisi saat ini masih belum padam, terutama di arah puncak yang sulit dijangkau," kata Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani, dikutip dari Antara.
Balai Besar TNBTS memutuskan untuk menutup semua pintu masuk menuju Gunung Bromo menyusul kebakaran yang terjadi di Bukit Teletubbies sejak Rabu lalu pukul 22.00 WIB.
Mengenal Bukit Teletubbies
Bukit Teletubbies memiliki nama resmi, Blok Savana Lembah Watang. Tempat ini berlokasi di Desa Sariwani, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Wisatawan yang ingin berkunjung ke bukit ini dapat melalui Kota Malang maupun Probolinggo. Bukit ini dapat dimasuki melalui semua rute pos pintu masuk yang ada di Gunung Bromo.
Lokasinya terdiri atas barisan perbukitan yang di tengahnya terdapat hamparan sabana hijau. Bukit ini didominasi tumbuhan berjenis pakis, ilalang, serta lavender.
Sebelumnya, tempat ini memiliki nama Lembah Jemplang. Kemudian berganti nama menjadi Teletubbies lantaran panorama di bukit itu mirip dengan susunan bukit pada serial televisi anak-anak asal Inggris, Teletubbies.
Saat berkunjung ke bukit, wisatawan disajikan panorama kawasan Gunung Bromo bagian Selatan. Bukit ini buka 24 jam dan wisatawan hanya merogoh kocek senilai Rp 5.000 per orang.
Pengunjung diberi kebebasan untuk mengambil gambar di area rumputnya. Bukit ini juga bisa dijadikan area berkemah.
Terdapat beberapa fasilitas yang disediakan pada bukit ini. Mulai dari jasa kuda untuk berkeliling ke area sekitar hingga para pedagang yang menyediakan aneka kuliner.
Pengunjung dapat menikmati pemandangan langit malam bertabur bintang. Selain langit malam, Bukit Teletubbies juga dijadikan tempat berburu matahari terbit.
Sering Kebakaran
Kebakaran yang terjadi pada beberapa hari lalu bukanlah kejadian pertama. Dalam lima tahun terakhir, bukit ini tercatat mengalami beberapa kali kebakaran.
Pada September 2018, lereng perbukitan Teletubbies yang berjarak lima kilometer dari kawah Bromo dilahap api. Peristiwa ini menghanguskan lahan sabana dengan ketebalan antara 85 sentimeter (cm) hingga 150 cm. Tak hanya sabana, kebakaran ini membuat sejumlah pohon cemara hingga bunga Edelweis hangus.
Pada September 2022, kembali bukit tersebut dilahap si jago merah. Faktor penyebab peristiwa ini karena puntung rokok yang dibuang sembarangan. Saat itu kebakaran terjadi di dekat parkir mobil Jeep.
Kebakaran juga melanda Bukit Teletubbies pada 30 Agustus 2023. Lokasi kebakaran tersebut berada di savana kawasan Jemplang, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Namun, kebakaran ini tidak mengganggu kegiatan wisata para pengunjung.
Dalang Kebakaran Terakhir
"Satu orang ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan dua alat bukti yang cukup," kata Kapolres Probolinggo AKBP Wisnu Wardana di Probolinggo, Kamis (7/9) dikutip dari Antara.
Bukit Teletubbies terbakar pada pukul 11.30 WIB saat pengunjung menggunakan suar asap untuk keperluan foto prewedding. "Sehingga mengeluarkan percikan api yang membakar rumput kering di padang savana," kata Wisnu.
Pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru lalu langsung melapor ke Polsek Sukapura. Personel kepolisian lalu mendatangi area bukit untuk membantu pemadaman dan menangkap enam orang yang terlibat pemotretan.
Tak hanya masalah kelalaian, ternyata manajer wedding organizer tersebut tak mengantongi Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi (Simaksi). "Kami menyayangkan karena banyak pihak yang dirugikan," kata Wisnu.