Kopi Kenangan Ekspansi ke Luar Negeri, Incar Pasar Asia Tenggara
Startup kuliner Kopi Kenangan berencana ekspansi ke luar negeri pada tahun ini. Negara yang disasar merupakan salah satu negara di Asia Tenggara.
CEO dan Co-founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata mengatakan Asia Tenggara dipilih karena memiliki potensi yang cukup besar dan sesuai dengan visi perusahaan menguasai pasar kopi Asia Tenggara. Hingga saat ini, pihaknya terus mencari negara di Asia Tenggara yang paling cocok untuk ekspansi.
"Ingin secara perlahan, pemain lokal yang jadi champions di ASEAN," ujar Edward di Jakarta pada Seninnn (24/2).
Kopi Kenangan memang berharap bisa memasarkan kopi lokal buatannya di berbagai negara. Seiring rencana ekspansi tersebut, perusahaan juga berencana merubah nama atau rebranding agar mereknya bisa lebih diterima secara internasional.
Untuk rencanan ekspansi tersebut, Edward mengatakan pihaknya bakal mencari pendanaan. Selain itu, Kopi Kenangan berencana menawarkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada 2022.
"Tahun ini mungkin ada pendanaan baru," katanya.
(Baca: Jay-Z hingga Serena Williams jadi Investor Kopi Kenangan)
Pada tahun lalu, Kopi Kenangan mendapatkan pendanaan seri A sebesar US$ 20 juta atau setara Rp 280 miliar. Pendanaan dipimpin oleh Sequoia India dengan beberapa investor lain yang berpartisipasi termasuk rapper Jay-Z dan petenis Serena Williams.
Menurut Edward, tren investasi pada startup di bidang food and beverage (f&b) tahun ini sedang naik daun. Itu merupakan kesempatan bagi perusahaannya untuk terus mengembangkan bisnis.
"Semua investor ingin kembali ke make money. Berhubung f&b sedang naik daun, bukan hanya kopi tapi f&b, saya rasa ini akan bertahan tahun ini juga," ujar Edward.
Saat ini, Kopi Kenangan sudah memiliki 250 gerai. Pihaknya pun menargetkan bisa memperbanyak jumlah gerai hingga 650 gerai pada tahun ini. Sedangkan pada 2021, ia berharap Kopi Kenangan bisa memiliki 1.200 gerai.
(Baca: Tren Ngopi ala Milenial, antara Aplikasi dan Promosi)
Sebelumnya, Cento Ventures mencatat bahwa investasi pada startup kecil dan menengah meningkat pada tahun lalu. Hal itu terlihat dari kesepakatan investasi di bawah US$ 500 ribu naik dari 114 pada 2018 menjadi 255 tahun lalu. Suntikan modal sekitar US$ 500 ribu-US$ 2 juta naik dari 92 menjadi 136 pada 2019. Investasi senilai US$ 2 juta-US$ 5 juta juga meningkat dari 54 menjadi 89 pada tahun lalu.
Di sisi lain, kesepakatan pendanaan lebih dari US$ 50 juta justru turun dari 20 menjadi 16 pada 2019. Investasi dengan nilai yang besar ini menyasar startup yang valuasinya besar seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak dan OVO.
Nilai investasi yang masuk ke startup Indonesia menurun 40,3% dari US$ 3,99 miliar pada 2018 menjadi US$ 2,38 miliar atau sekitar Rp 32,54 triliun tahun lalu. Meski begitu, jumlah kesepakatannya meningkat.
Berdasarkan data Cento Ventures, jumlah pendanaan naik dari 104 pada 2018 menjadi 131 kesepakatan tahun lalu. Itu artinya, investasi yang masuk ke startup Indonesia lebih banyak yang nilainya kecil
Deputi Akses Permodalan Kemenparekraf Fadjar Hutomo mengatakan adanya tren seperti itu positif dan menunjukkan bahwa ekosistem startup bakal terbangun. Hal ini juga bisa mendorong pemerataan investasi.
Di sektor ekonomi kreatif misalnya, startup seperti Kopi Kenangan dan Warung Upnormal diminati investor. Menurutnya, investor banyak yang menginginkan startup yang arus kas (cash flow) cepat seperti Kopi Kenangan.
(Baca: Kemenparekraf: 3 Alasan Investor Asing Investasi di Bisnis Kuliner RI)