Banyak Proyek Baru, Harga Saham Wika Beton Bisa Naik 2 kali Lipat
Tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai bisnis Wijaya Karya Beton (WTON) punya prospek positif. Harga saham anak usaha Wijaya Karya (WIKA) tersebut pun diprediksi bisa menembus Rp 1.000 pada 2020, naik lebih dari dua kali lipat posisi saat ini yang di bawah Rp 500.
WTON diyakini berpotensi mendapatkan kontrak-kontrak baru di luar Pulau Jawa, seiring pemanfaatan teknologi canggih. Kontrak baru dan laba bersih WTON diprediksi tumbuh masing-masing 26,4% dan 8,8%. "Oleh karena itu, kami lebih memilih WTON daripada WSBP (Waskita Beton Precast)," demikian dikutip dari analisis tertulis tim riset Mirae, Senin (16/9).
Bisnis WTON juga didukung oleh rencana pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), misalnya, memiliki 15 proyek jalan tol untuk periode 2020-2024.
(Baca: Seluruh Saham BUMN Karya Naik Usai Jokowi Ungkap Fokus Infrastruktur)
Kementerian Perhubungan juga memiliki banyak proyek yang masuk dalam Proyek Strategi Nasional (PSN), di antaranya proyek kereta api Kalimantan Timur, Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta Fase II, Moda Light Rail Transit (LRT) Jakarta Fase II, LRT JabodabekFase II, dan Jakarta Eleveted Loop Line.
Selain itu, terdapat proyek pengembangan pembangkit listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam proyek 35 ribu Megawatt, serta proyek perumahan terjangkau oleh Kementerian PUPR.
(Baca: Nusantara Infrastructure Gandeng Wika Beton Bangun Tol di Makassar)
Pada semeter I 2019, WTON membukukan laba bersih sebesar Rp 166,66 miliar atau naik 3,82% dibandingkan periode sama tahun lalu, yaitu Rp 160,53 miliar. Sedangkan pendapatan usaha sebesar Rp 2,63 triliun, naik 1,64% dari periode sama tahun lalu Rp 2,59 triliun.
Setahun ini, WTON menargetkan laba bersih mencapai Rp 560 miliar, naik 21,5% dari tahun lalu. Sedangkan pendapatan ditargetkan Rp 7,96, tumbuh 15,4% dari tahun lalu.
(Baca: WIKA Ekspansi Bisnis di Afrika senilai US$365 Juta )
Adapun harga saham WTON terpantau merosot dua bulan belakangan, setelah mengalami tren kenaikan. Pada Senin, 16 September 2019, harga sahamnya ditutup Rp 480, turun 2,83% dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Level ini merupakan yang terendah sejak Mei 2019. Meski begitu, level ini masih lebih tinggi 27,66% dibandingkan akhir tahun lalu yang sebesar Rp 376.