IHSG Turun 0,2% di Akhir Pekan, 318 Saham Terkoreksi
Indeks harga saham gabungan atau IHSG di Bursa Efek Indonesia pada Jumat (23/6) ditutup turun 12,5 poin atau 0,2% ke posisi 6.639. Indeks bergerak dalam rentang 6.635-6.665 pada akhir pekan ini.
Mengutip RTI Infokom, investor melakukan transaksi sebesar Rp 8,7 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,16 miliar saham. Pada penutupan kali ini 318 saham terkoreksi, 168 saham menguat, dan 213 saham lainnya stagnan.
Sembilan sektor berada di zona merah dan dua sektor lainnya berhasil ditutup di zona hijau. Sektor yang melemah paling tajam yakni teknologi yang anjlok hingga 1,1% disusul energi 0,7%.
Bursa saham Asia juga terpantau melemah. Indeks Hang Seng Composite di Hong Kong anjlok 1,5%, Nikkei 225 di Jepang melemah 1,4%, dan indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,9%.
Pelemahan IHSG hari ini masih dipengaruhi adanya sentimen eksternal, yakni kebijakan moneter The Fed. Investor masih mencermati pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang memberikan sinyal akan kembali menaikkan suku bunga acuan hingga inflasi Amerika Serikat (AS) mencapai target kisaran 2%.
Berdasarkan Fed Watch CME Group, 76,9% pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan selanjutnya. Sedangkan 23,1% sisanya meyakini The Fed masih akan menahan suku bunga acuannya.
Namun IHSG sempat berada sejenak di teritori positif. Hal ini disebabkan adanya sentimen Bank Indonesia (BI) yang kemarin menahan suku bunga acuannya pada level 5,75%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan moneter AS yang belum pasti akan membawa resiko perlambatan ekonomi AS dan akan berdampak pada negara berkembang termasuk ke Indonesia. Bahkan menurutnya, pertumbuhan ekonomi global akan berada pada level 2,7% atau lebih rendah dibandingkan 2022 yang berada pada level 3,4%.
Meski IHSG kembali melemah, saham PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII), PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ), PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF), PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS) terpantau naik paling kencang.
Sebaliknya pelemahan paling dalam melanda saham PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA), PT Dewi Shri Farmindo Tbk (DEWI), dan PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO).