Minat IPO Diprediksi Tertahan Suku Bunga dan Pemilu

Lona Olavia
24 Januari 2024, 15:58
Minat IPO Diprediksi Tertahan Suku Bunga dan Pemilu
Dokumentasi Perseroan
CEO Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tae Yong Shim dalam Media Day: January 2024, di Jakarta, Rabu (24/1)
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

PT Mirae Asset Sekuritas Tbk menilai minat perusahaan untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) tahun 2024 ini akan lebih tertantang  dibandingkan tahun sebelumnya.

CEO Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tae Yong Shim mengatakan, rata - rata tiap tahunnya, Mirae Asset Sekuritas biasanya mengawal IPO sekitar lima sampai delapan perusahaan. Namun tahun ini, karena pelaku pasar dan investor masih menunggu hasil Pemilu dan turunnya suku bunga yang masih tinggi, maka diprediksi gelaran IPO akan lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya.

"Biasanya perusahaan yang akan IPO akan menunjukkan kinerja terbaiknya jika ingin proses IPO, tetapi dengan kondisi suku bunga yang masih tinggi di awal tahun ini, maka sangatlah lumrah jika kinerja mereka tidak dalam posisi terbaik," ujarnya dalam Media Day: January 2024 Rabu (24/1).

Adapun minat perusahaan untuk melangsungkan IPO sebenarnya cukup besar. Namun hal itu dibayangi tantangan yang cukup besar pula di tahun ini. Sebut saja pesta demokrasi yang akan berlangsung dan tensi politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang kian memanas. Ada juga bayang – bayang kondisi ekonomi global terkait suku bunga dan juga tensi geopolitik.

Dengan kata lain, selama situasi dan kondisi jelang Pemilu, perusahaan akan wait and see namun tidak akan lama. Sebab mereka juga harus mencuri momentum yang tepat untuk menjaga bisnisnya tetap berjalan.

Adapun dalam waktu dekat ini, Mirae Sekuritas bakal membawa satu perusahaan yang akan melantai di Bursa. Yakni PT Terang Dunia Internusa Tbk atau United dengan kode emiten UNTD.

Sebagai perusahaan yang memproduksi sepeda motor roda dua dan tiga, UNTD akan menggelar IPO dengan melepas sebanyak - banyaknya 1,66 miliar saham atau setara 25% dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh.

Perseroan menawarkan harga antara Rp 170 sampai Rp 240 per lembar. Dengan demikian, UNTD bisa meraup dana hingga Rp 400 miliar dalam aksi korporasi ini. 

Menilik prospektus, masa penawaran awal dari proses IPO ini berlangsung pada 11 – 22 Januari 2024, dan masa penawaran umum 1 – 5 Februari 2024. Kemudian perkiraan tanggal pencatatan saham pada 7 Februari 2024.

Pada 2023, Mirae Asset Sekuritas menangani penjaminan emisi lima perusahaan untuk IPO. Yakni PT Sinar Eka Selaras Tbk (ERAL), PT ITSEC Asia Tbk (CYBR), PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS), PT Hillcon Tbk (HILL), dan PT Lavender Bina Cendikia Tbk (BMBL).

Serta satu penawaran umum terbatas atau rights issue PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) senilai Rp 12 triliun.

Sementara tahun ini, BEI menargetkan ada setidaknya 62 perusahaan yang IPO sehingga setidaknya mencapai target 1.000 emiten hingga 2024. Hingga 19 Januari 2024 saja, sudah ada delapan perusahaan yang akan melantai.

Berbagai perusahaan dinilai akan marak menggelar IPO setelah Pemilu selesai digelar. Tercatat hingga periode tersebut ada 25 perusahaan yang mengantri untuk IPO pada awal tahun ini dengan mayoritas sektor consumer cyclicals. Sektor lain seperti teknologi, energi, hingga transportasi juga akan mulai meramaikan IPO.

Sementara Mirae Asset Sekuritas saat ini sudah memiliki 300.000 nasabah. Shim mengharapkan akan ada penambahan 3.000 nasabah baru per bulannya di sepanjang tahun ini. Sehingga pada akhir tahun ini bisa tercapai 336.000 jumlah nasabah. Target tersebut seiring dengan terobosan – terobosan baru yang akan digenjot perusahaan, termasuk oleh inovasi yang akan dilakukan perusahaan tahun ini seperti rencana peluncuran platform transaksi saham baru.

Mirae Asset akan meluncurkan platform online trading saham pertama yang didukung oleh teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

“Kami juga akan meningkatkan layanan untuk nasabah sehingga mampu mengedepankan sifat pengelolaan aset nasabah,” ujar Shim

Lebih lanjut meskipun kondisi tahun lalu kurang kondusif, Shim mengatakan Mirae Asset berhasil menutup tahun 2023 dengan mempertahankan posisi sebagai salah satu perusahaan efek terbesar. Terutama dilihat dari sisi volume dan frekuensi transaksi saham.

Pangsa pasar Mirae Asset dari sisi frekuensi dan volume transaksi saham masing - masing mencapai 12% dan 9%. Porsi itu berhasil digapai meskipun terjadi penurunan dari sisi nilai transaksi akibat kurang bergairahnya aktivitas investasi dan transaksi investor ritel di pasar saham.

Tahun lalu, Bursa Efek Indonesia mencatat porsi nilai transaksi investor ritel turun menjadi 38,1% dari tahun sebelumnya 44,7%, seiring dengan turunnya porsi kepemilikan saham ritel menjadi 16,8% pada 2023 dari 19,2% pada 2022.

Selain itu, Mirae Asset juga mempertahankan posisinya sebagai salah satu perusahaan efek dengan permodalan terkuat di Indonesia, yaitu dengan nilai Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) di kisaran Rp 1,4 triliun.

Mirae Asset Sekuritas sebagai informasi tergabung ke dalam salah satu kelompok usaha jasa keuangan non bank global. Yaitu Mirae Asset Financial Group yang memiliki dana kelolaan sekitar US$ 550 miliar atau setara Rp 8.000 triliun pada akhir tahun lalu.

Perusahaan merupakan salah satu perusahaan efek terbesar dan terbaik di Indonesia dan menjadi anggota bursa teraktif di pasar saham. Sebab volume dan frekuensi perdagangan saham serta efek ekuitas nasabah perusahaan merupakan salah satu yang terbesar pada periode 2021, 2022, dan 2023.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...