BNI Optimis Kredit Tumbuh 12% di 2024, Fokus Sektor Pembiayaan
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menargetkan pertumbuhan kredit antara 10% hingga 12% hingga akhir 2024. Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini, menjelaskan bahwa target ini didorong oleh kinerja kuat di segmen korporasi dan konsumen yang menjadi motor utama pertumbuhan.
Novita juga memproyeksikan net interest margin (NIM) BNI akan berada di kisaran 4%, didukung oleh cost of fund yang tetap positif, terutama selama periode Juli. Hal ini diharapkan dapat menjaga Net Interest Margin (NIM) tetap stabil di level 4%, sejalan dengan kondisi bisnis pada 2024.
“Kemudian dari sisi cost of credit kami akan menjaga konsisten di kisaran 1%,” kata Novita dalam konferensi pers public expose 2024 BNI, Jumat (30/8).
Novita menjelaskan bahwa dalam menentukan suku bunga kredit, BNI mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk daya saing produk dan layanan di pasar. Ia menambahkan bahwa BNI terus berupaya menjaga tingkat daya saing tersebut.
“Sehingga kebijakan untuk menurunkan suku bunga kredit akan kami evaluasi per masing-masing segmen,” katanya.
Penyaluran Kredit Tumbuh Dobel Digit
Sebelumnya, penyaluran kredit BBNI meningkat 11,7% menjadi Rp 727 triliun dibandingkan dengan semester I 2023 yang mencapai Rp 650,8 triliun. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross BNI turun menjadi 1,98% dari sebelumnya 2,45%.
Sementara itu, NPL net BBNI bertahan di level 0,62%. BBNI melaporkan NPL coverage dan LAR coverage masing-masing sebesar 298,2% dan 47,9% pada semester pertama 2024.
Melansir data kinerja singkat BBNI yang dipublikasikan, perseroan mencatatkan dana murah atau current account saving account (CASA) meningkat 2,51% pada semester pertama tahun ini menjadi Rp 545,69 triliun dibandingkan semester I 2023 yang mencapai Rp 532,34 triliun.
Di sisi lain, beban kerugian penurunan nilai aset turun menjadi Rp 3,38 triliun dari Rp 4,53 triliun. Namun, pendapatan bunga bersih BNI atau net interest income menurun 7,43% menjadi Rp 19,07 triliun dari Rp 20,6 triliun pada semester I 2023. Penurunan pendapatan bunga bersih ini disebabkan oleh kenaikan beban bunga sebesar 35,17% menjadi Rp 13,1 triliun dari Rp 9,69 triliun.