Ditopang Kinerja Solid, Saham BRIS Diprediksi Melesat 21,8%

Nur Hana Putri Nabila
6 September 2024, 14:39
Sinarmas Sekuritas memproyeksikan harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan naik 21,8% dengan target harga Rp 3.130 per saham untuk 2025.
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.
Petugas melayani nasabah saat bertransaksi di Bank Syariah Indonesia (BSI) Kantor Cabang Thamrin, Jakarta.
Button AI Summarize

Sinarmas Sekuritas memprediksi harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan naik sebesar 21,8%, yang didasarkan pada rasio harga terhadap buku (P/B) sebesar 2,8 kali untuk proyeksi 2025, mendekati standar deviasi +1. Mereka juga merekomendasikan untuk membeli saham BRIS, dengan target harga, Rp 3.130 per saham.

Analis Sinarmas Sekuritas, Ivan Purnama Putera, menyebutkan bahwa BRIS memiliki potensi besar karena kuatnya kinerja BRIS di berbagai sektor bisnis, terutama di bidang emas dan tabungan haji. Ia juga memperkirakan BRIS akan mampu mempertahankan laju pertumbuhan labanya. Sinarmas Sekuritas mencatat BRIS salah satu pertumbuhan laba tertinggi di antara bank-bank besar, dengan kenaikan 20,3% dari tahun ke tahun (yoy) menjadi Rp 3,4 triliun pada paruh pertama 2024.

“Yang masih sesuai dengan ekspektasi kami mencapai 53% dari dari target kami di tahun 2024,” kata Ivan dalam risetnya, dikutip Jumat (6/9). 

Tak hanya itu, Ivan menyampaikan kenaikan laba BRIS didorong oleh kenaikan pendapatan non-bunga sebesar 31,4% dari tahun ke tahun (yoy), serta penurunan beban provisi sebesar 32,9% yoy. Pertumbuhan ini sebagian besar didukung oleh peningkatan jumlah nasabah yang terus bertambah, dengan target pertumbuhan sekitar 50%. Dengan demikian diproyeksikan mencapai 24-25 juta nasabah pada akhir tahun 2024.

Selain itu, ia juga menyebut pendapatan bunga bersih (NII) dan laba operasional sebelum provisi (PPOP) BRIS tetap stabil, masing-masing tumbuh 2,8% yoy dan 3,8% yoy. Pencapaian tersebut didorong oleh kuatnya pertumbuhan kredit dan pendapatan non-bunga. Meskipun masih ada tekanan pada biaya dana (CoF) dan kenaikan biaya operasional (opex) sebesar 11,0% yoy. 

Kemudian pada kuartal kedua 2024, ivan mengatakan laba bersih BRIS turun sebesar 1,2% dibandingkan kuartal sebelumnya (qoq), namun masih tumbuh 23,7% yoy menjadi Rp 1,7 triliun. Ivan menyebut turunnya laba secara kuartalan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban provisi sebesar 9,2% QoQ, meskipun secara tahunan beban provisi masih turun 37,0%. Sementara itu, rasio margin bunga bersih (NIM) membaik secara kuartalan sebesar 13 basis poin menjadi 5,5%, didukung oleh meredanya tekanan biaya dana (CoF) dan sedikit kenaikan pada imbal hasil kredit.

Emas dan Kredit Terus Tumbuh

Sejalan dengan hal itu, Ivan juga menyebut bahwa pertumbuhan BRIS didukung oleh fokus pada bisnis emas kedepannya. Kredit BRIS terus tumbuh dengan kuat, kata Ivan, meningkat 4,2% dari kuartal ke kuartal (QoQ) dan 16,0% yoy bahkan mencapai Rp 256,8 triliun pada Juni 2024.

Segmen konsumer menjadi pendorong utama pertumbuhan, dengan pembiayaan berbasis payroll tumbuh 3,8% QoQ dan 19,0% YoY. Ia menilai hal tersebut telah mengalahkan kredit pemilikan rumah (KPR) sebagai kontributor utama segmen tersebut. 

Selain itu, bisnis emas BRIS, yang mencakup cicil emas dan gadai, tumbuh 13,9% QoQ dan 41,3% YoY, dengan cicilan emas melonjak 100,1% karena basisnya yang kecil. Ia mengatakan pertumbuhan ini sejalan dengan strategi bank untuk memperluas bisnis emas, yang menawarkan salah satu imbal hasil tertinggi di segmen ini sebesar 13,4%, ditambah dengan rendahnya biaya risiko (CoC) sebesar 0,07% pada 2Q24.

Di samping itu. Ivan mengatakan persaingan di segmen ini juga relatif minim sebab produk serupa hanya dapat ditawarkan oleh bank syariah atau lembaga keuangan non-bank (NBFI), memberikan peluang besar bagi BRIS untuk berkembang. Saat ini, kata Ivan, Pegadaian adalah satu-satunya pesaing utama dalam bisnis serupa. Pembiayaan berbasis payroll sebagai salah satu kontributor terbesar dalam portofolio pinjaman BRIS masih memiliki penetrasi yang rendah di bisnis emas, hanya sebesar 4,8%.

“BRIS meyakini bahwa bisnis emas ini akan muncul sebagai pendorong utama pertumbuhan kedepannya di samping bisnis grosir, yang juga tumbuh substansial sebesar 14,6% per Juni 2024,” tambahnya.

Memanfaatkan Potensi Tabungan Haji

Lebih jauh Ivan juga menyoroti peluang di sisi pendanaan, terutama melalui rekening tabungan haji. Hingga Juni 2024, total simpanan nasabah BRIS tumbuh 17,5% YoY, meskipun sedikit turun 0,2% QoQ. Pertumbuhan ini terutama dipimpin oleh tabungan dengan naik sebesar 2,9% QoQ dan 16,1% YoY.

Ia menilai pertumbuhan ini sejalan dengan strategi BRIS untuk memperluas tabungan wadiah melalui ekosistem tabungan haji. Tabungan haji dinilai memiliki potensi yang besar, kata Ivan, terutama karena penetrasinya saat ini masih rendah, dengan payroll sebagai target pendorong utama pertumbuhan yang saat ini baru mencapai 15,4%.

“Selain itu, manajemen juga melihat adanya potensi 8-10 juta nasabah yang akan membuka rekening tabungan haji,” ucap Ivan.

Kemudian Ivan juga menyebut kualitas aset BRIS dikelola dengan baik, terlihat dari Non-Performing Financing (NPF) yang terus membaik menjadi 2,0% pada 2Q24, turun 2 basis poin (bps) secara kuartalan (QoQ) dan 32 bps secara tahunan (YoY). Angka ini sedikit lebih baik dari target bank yang berada di bawah 2%. Cakupan NPF juga tetap tinggi di level 194,9%, menunjukkan perlindungan yang kuat terhadap potensi kredit bermasalah.

Kemudian Ivan juga menyebut Cost of Credit (CoC) BRIS turun sebesar 56 bps YoY. Akan tetapi angka tersebut sedikit meningkat sebesar 11 bps QoQ menjadi 0,99%, dengan kenaikan yang lebih menguntungkan kredit otomotif.

 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...