BEI Ungkap Alasan IPO Sepi, Bantah karena Kasus Gratifikasi
Bursa Efek Indonesia (BEI) membantah bahwa sepinya penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada akhir 2024 disebabkan oleh munculnya kasus gratifikasi bernilai miliaran rupiah yang melibatkan lima orang Divisi Penilaian Perusahaan.
Berdasarkan data BEI menunjukkan bahwa dari Juli hingga awal September, hanya ada tujuh perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya di Bursa. Adapun pada bulan lalu, hanya ada dua perusahaan yang melakukan IPO, yaitu PT Global Sukses Digital Tbk (DOSS) yang tercatat pada 7 Agustus 2024 dan PT Esta Indonesia Tbk (ESTA) yang tercatat pada 8 Agustus 2024.
Merespons hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan sepinya IPO bukan karena kasus yang tengah terjadi. Ia menilai tren IPO global tengah mengalami penurunan sebesar 16%. Kawasan Asia Pasifik menjadi salah satu wilayah dengan penurunan IPO paling signifikan tahun ini.
Tak hanya itu, Nyoman mengatakan, penurunan IPO ini juga disebabkan oleh kondisi ekonomi yang menantang, pertumbuhan yang lambat, dan tingkat inflasi yang tinggi. Kemudian diikuti oleh tingginya era suku bunga, ketegangan geopolitik, dan dampak perubahan iklim.
“Yang perlu digarisbawahi adanya pemilihan umum. Ternyata 50% negara-negara di dunia mengadakan pemilu. Negara-negara itu memberikan kontribusi 60% produk domestik bruto (PDB) dunia," kata Nyoman kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (6/9).
Nyoman juga menjelaskan bahwa penurunan tren IPO tidak ada hubungannya dengan pengetatan proses oleh otoritas bursa, karena BEI masih dalam tahap merancang penyesuaian terhadap proses IPO. Oleh karena itu, menurut Nyoman, penurunan tren IPO tidak langsung mengubah target pencatatan instrumen BEI hingga akhir tahun ini.
Ia menyebut target pencatatan instrumen BEI sampai akhir tahun sebanyak 340 efek, yang mencakup perusahaan tercatat, obligasi, KIK-EBA, ETF, dan lainnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BEI, Iman Rachman, memperkirakan aktivitas IPO akan kembali meningkat pada kuartal empat 2024. Hal ini disebabkan oleh banyaknya calon perusahaan yang memilih menggunakan laporan keuangan dengan periode akhir Desember atau Juni.
"Pengamatan saya, banyak yang pakai Desember atau buku Juni, jadi ramainya kuartal empat. Itu jadi kenapa alasan, IPO tidak akan sebanyak di kuartal empat dan semester satu 2024," tambah Iman.
Kemudian Iman juga menegaskan seluruh perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya melalui proses initial public offering (IPO) telah memenuhi ketentuan persyaratan. Dalam proses evaluasi pencatatan, BEI tidak hanya menilai aspek formal dari persyaratan pencatatan.
Iman mengatakan, BEI telah melakukan evaluasi terhadap aspek substansial seperti keberlanjutan usaha atau going concern, reputasi pengendali, reputasi jajaran direksi dan komisaris, serta prospek pertumbuhan calon perusahaan yang akan tercatat.
“Kami memastikan perusahaan yang tercatat memang eligible, sampai dengan saat ini perusahaan IPO memenuhi persyaratan pencatatan,” kata Iman.