IHSG Mendekati 8.000, Ini Proyeksi Mirae Asset Soal Window Dressing
Menjelang akhir tahun, Mirae Asset Sekuritas memprediksi fenomen window dressing di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dipengaruhi sentimen transisi pemerintahan, pemilihan kepala daerah (Pilkada) hingga pemilihan presiden Amerika Serikat ( Pilpres AS).
Window dressing adalah aksi yang biasa dilakukan manajer investasi dan emiten demi mempercantik portofolio atau performa laporan keuangan saat tutup buku di akhir tahun. Lewat strategi ini, tampilan portofolio dana yang dikelola atau laporan keuangan emiten menjadi kian menarik di mata investor atau pemegang saham.
Fenomena window dressing berhubungan erat dengan dua momen lainnya, yakni Santa Claus Rally dan January Effect. Momentum yang berlangsung sejak Desember hingga awal tahun itu sangat dinanti para pelaku pasar, karena selalu menjanjikan kenaikan harga saham di luar kebiasaan.
"Kalau dalam dua bulan ini IHSG masih berlari kencang, mungkin window dressing-nya tidak terlalu banyak sebab kenaikan (IHSG) juga sudah cukup besar," kata Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina kepada wartawan, Senin (24/9).
Martha menyebut perkembangan window dressing akan terlihat pada November mendatang. "Sebab, Oktober sampai November masih ada kabinet yang baru dan di November ada pemilihan presiden Amerika Serikat. Jika pasar bergejolak, potensi window dressing masih ada," tutur Martha.
Martha juga memprediksi pasar modal Indonesia tahun depan akan lebih baik. ia mendorong investor untuk terus menambah investasinya dalam bulan-bulan ini. Martha menyebut sejumlah sektor saham yang menarik, misalnya, perbankan, telekomunikasi, properti, serta konsumer.
Mirae Asset menargetkan IHSG akan berada di level 7.915 pada akhir 2024, target ini lebih tinggi dibandingkan dengan target sebelumnya di level 7.585. Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, optimistis IHSG masih berpotensi naik, didorong oleh masuknya dana asing dan pemangkasan suku bunga acuan.
Mirae Asset mempertahankan pilihan saham saat ini, dengan keyakinan bahwa arus modal asing dan penurunan suku bunga The Fed akan mendukung enam sektor utama.
“Seperti sektor perbankan, barang konsumsi non-siklikal, barang konsumsi siklikal, farmasi, industri, dan telekomunikasi,” tulis Rully dalam risetnya, dikutip Kamis (5/9).
Rully menambahkan, pasar global sudah memperhitungkan penurunan suku bunga The Fed yang agresif. Pasar saham Indonesia juga menunjukkan kinerja kuat di Agustus dengan IHSG mencapai level tertinggi 7.670,7, naik 5,7% secara year to date (ytd).