KSEI Fokus Perkuat Pengawasan dan Kepatuhan Pengguna Jasa di 2025
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkap rencana strategis 2025. KSEI berencana melanjutkan berbagai program yang telah dikembangkan selama 2024.
Direktur Pengembangan Infrastruktur dan Manajemen Informasi KSEI Dharma Setyadi mengatakan, KSEI akan memperkuat pengawasan demi meningkatkan kepatuhan pengguna jasa, baik melalui upaya internal maupun kolaborasi dengan organisasi pengatur mandiri (SRO) lainnya.
Tak hanya itu, ia mengatakan KSEI memiliki sistem pengawasan yang baik untuk memantau dan menganalisis kepemilikan serta mutasi yang tercatat di KSEI.
“Langkah Ini sudah berjalan, tinggal kami lanjutkan,” ucap Dharma dalam acara perayaan HUT ke-27 KSEI di Jakarta, Senin (23/12).
Selain itu, KSEI juga telah mengembangkan Sistem Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Secara Elektronik (e-RUPS) untuk Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS). Dharma menuturkan bahwa layanan tersebut sudah selesai dikembangkan, namun masih menunggu regulasi penggunaannya.
KSEI juga tengah meningkatkan sistem pencatatan efek untuk mempercepat dan menyederhanakan proses pendaftaran efek. Tak hanya itu, KSEI akan berperan sebagai Local Operating Unit (LOU) dalam penerbitan Legal Entity Identifier (LEI) di Indonesia.
Ia mengatakan telah bekerja sama dengan Global Legal Entity Identifier Foundation (GLEIF) dan sudah memperoleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
KSEI juga akan memperbarui sistem C-BEST, platform elektronik untuk menyelesaikan transaksi saham dan surat berharga lainnya. Dharma mengatakan proses pengembangan ini direncanakan dimulai pada awal 2025.
Selain itu, pembaruan juga akan dilakukan pada sistem S-INVEST untuk reksa dana, dengan target penyelesaian pengembangan dalam dua tahun mendatang.
“Akses KSEI juga akan ditingkatkan, diintegrasikan dengan layanan yang ada. Easy KSEI versinya akan kami upgrade, dan satu lagi ORCHiD, akan kami tingkatkan performanya, kinerjanya dan kapasitasnya,” tutur Dharma.
Tantangan di Pasar Modal
Namun, Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat menjelaskan, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi industri pasar modal ke depan. Tantangan pertama adalah volatilitas ekonomi global, seperti ketidakstabilan ekonomi, fluktuasi mata uang, dan harga komoditas dapat yang mengurangi arus modal dan menurunkan kepercayaan investor.
Selain itu, perubahan kebijakan moneter dan fiskal, Samsul mengatakan kebijakan suku bunga internasional dan stimulus ekonomi dapat mempengaruhi daya tarik investasi di pasar modal Indonesia. Lebih lanjut, Samsul menyoroti kemajuan teknologi dan digitalisasi sebagai tantangan tambahan bagi industri pasar modal.
Meskipun inovasi fintech dan platform perdagangan global menawarkan peluang baru, regulasi, keamanan, dan pertumbuhan variasi produk finansial dapat juga menjadi tantangan di pasar modal di masa depan. Tantangan lainnya adalah ketegangan geopolitik dan internasional yang turut memengaruhi industri ini.
“Konflik geopolitik dan perubahan kebijakan perdagangan dapat mempengaruhi sentimen investor dan arus modal,” ujar Samsul dalam Peringatan HUT 47 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (12/8).