Analis: Saham Indosat (ISAT) Undervalued, Kabar Akuisisi Rp 16 T Jadi Katalis?


Saham PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) dinilai makin menarik usai berhembusnya kabar bisnis serat optik perusahaan itu bakal diakuisisi senilai hingga US$ 1 miliar atau setara Rp 16,43 triliun. Lini bisnis Indosat itu disebut menjadi incaran dua manajer aset global, I Squared Capital dan Macquarie.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai prospek Indosat (ISAT) tetap positif, terutama adanya persaingan antara I Squared Capital dan Macquarie untuk mengakuisisi saham di bisnis serat optik ISAT. Menurut Nafan, apabila aksi korporasi itu terwujud maka akan menjadi sentimen positif bagi ISAT.
Nafan menjelaskan, apabila menilik harga sahamnya saat ini, harga saham ISAT masih jauh di bawah nilai wajar dan dinilai undervalued. Ia mengatakan, dari sisi teknikal, ISAT sudah berada dalam kondisi oversold dan mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan atau rebound.
Adapun pada perdagangan Senin (17/3) saham ISAT ditutup menguat 1,59% di harga Rp 1.595. Volume yang diperdagangkan tercatat 9,45 juta dengan nilai transaksi Rp 15,01 miliar, dan kapitalisasi pasar tercatat Rp 51,60 triliun.
Dari sisi fundamental, Nafan mengatakan kinerja ISAT masih solid dengan pertumbuhan pendapatan dan laba yang konsisten. Ia memproyeksikan kebutuhan jaringan dan layanan broadband tetap tinggi, meskipun Indosat masih menghadapi tantangan persaingan ketat dan perang tarif di industri telekomunikasi.
“Tapi sejujurnya kalau secara kinerja isat termasuk yang konsisten dalam mencatatkan kenaikan pertumbuhan dari sisi top line maupun juga dari sisi bottom line,” kata Nafan kepada Katadata.co.id seperti dikutip Selasa (18/3).
Prospek Bisnis Indosat (ISAT)
Sebelumnya, mengutip Reuters, berdasarkan sumber yang mengetahui kabar tersebut, rencana penjualan ini muncul di tengah meningkatnya minat investor global terhadap infrastruktur digital di Asia. Hal itu juga didorong oleh pertumbuhan pesat layanan berbasis kecerdasan buatan dan komputasi awan.
Adapun Indosat sebagai operator telekomunikasi seluler terbesar kedua di Indonesia, berencana menjual hingga 75% saham di bisnis serat optiknya. Sumber tersebut menyebutkan bahwa penawaran akhir dijadwalkan pada April 2025.
Keputusan final terkait besaran saham yang dilepas dan waktu transaksi masih dapat berubah tergantung pada kondisi pasar. Selain I Squared dan Macquarie, Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), pemilik menara telekomunikasi independen terbesar di Indonesia, juga disebut sebagai pesaing dalam proses ini.
Indosat sebelumnya telah menunjuk Citigroup untuk menangani proses penjualan setelah menerima minat dari berbagai investor dan mitra potensial yang ingin memperluas bisnis serat optik. Namun, baik IOH, Citi, I Squared, maupun Macquarie menolak berkomentar terkait transaksi ini.
Sementara itu, Protelindo menyatakan tetap fokus pada strategi pertumbuhan organik dan anorganik, tetapi tidak menanggapi rumor pasar. “Semua keterbukaan informasi kepada publik akan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujar Direktur Protelindo, Anita Anwar, dikutip Reuters, Rabu (12/3).
Di samping itu PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga telah menunjuk Goldman Sachs dan Mandiri Sekuritas untuk membantu mencari investor strategis untuk bisnis pusat datanya. Sementara pada Juni, konsorsium perusahaan investasi asal AS, KKR, bersama dengan Singapore Telecoms (Singtel), mengumumkan rencana investasi senilai US$ 1,3 miliar ke ST Telemedia Global Data Centres, salah satu penyedia pusat data terbesar di Asia.
Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), yang berbasis di Jakarta, mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 9% pada tahun sebelumnya, mencapai Rp 4,91 triliun ($298,66 juta). Pendapatannya juga tumbuh 9,1% menjadi Rp55,9 triliun, didorong oleh kinerja positif di sektor seluler, multimedia, komunikasi data, dan internet.
PT Indosat Tbk (ISAT) mencatat laba bersih sebesar Rp 4,91 triliun sepanjang 2024, meningkat 8,97% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,5 triliun. Manajemen ISAT menyatakan bahwa pencapaian ini mencerminkan kondisi keuangan yang solid serta kemampuannya dalam memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.
Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan ISAT sebesar 9,09% sepanjang 2024, dari Rp 51,2 triliun pada 2023 menjadi Rp 55,88 triliun pada 2024.