IHSG Rontok 6,12% Saat Indeks Global Menghijau, Ada Apa dengan Bursa Indonesia?

Ira Guslina Sufa
18 Maret 2025, 12:43
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Perdagangan IHSG di akhir pekan ini ditutup melemah 17,04 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.880,3.
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Perdagangan IHSG di akhir pekan ini ditutup melemah 17,04 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.880,3.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG rontok 6,12% atau sebanyak 395,87 poin ke level 6.076 pada perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (18/3). IHSG bahkan sempat menyentuh level 6.011  meski hanya berlangsung sebentar. 

Bursa Efek Indonesia (BEI) pun memberlakukan penghentian sementara perdagangan saham atau trading halt pada pukul 11:19 WIB. Trading halt  merupakan langkah mitigasi untuk menjaga stabilitas pasar di tengah tekanan jual yang signifikan.

Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, menyampaikan penghentian sementara ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tentang Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan dalam Kondisi Darurat.  Trading hal pertama berlaku selama 30 menit. 

“Perdagangan dilanjutkan pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan,” tulis Kautsar dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa (18/3). 

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan nilai transaksi saham siang ini sebesar Rp 10,21 triliun dengan volume 15,87 miliar saham. Adapun frekuensi sebanyak 887,3 ribu kali. 

Sebanyak 73 saham menguat, 650 saham terkoreksi, dan 234 saham tidak bergerak. Sementara itu kapitalisasi pasar IHSG sesi pertama sebesar Rp 10.359 triliun.

Dari sebelas sektor yang ada di BEI, seluruh sektor terpantau anjlok. Sektor yang mencatat penurunan terbesar yakni teknologi yang terperosok hingga 12,46%, Adapun saham di sektor teknologi yang berada di zona merah yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) turun 3,80% ke level Rp 76 per lembar saham. 

IHSG Rontok 6% Apa Sebabnya? 

Berbeda dengan laju IHSG, bursa saham Asia kompak menguat. Indeks Hang Seng terangkat 1,80%, Shanghai Composite naik 0,05%, Nikkei tumbuh 1,45%, dan Straits Times terapresiasi 1,22%. Di bursa global DOW30 tercatat mengalami kenaikan 0,85% diikuti SP500 yang naik 0,64%. Indeks FTSE juga mengalami kenaikan 0,56%. 

Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan penurunan IHSG lebih disebabkan oleh faktor dalam negeri. Ia menilai para pelaku pasar memiliki sentimen negatif dari berbagai kebijakan ekonomi pemerintah yang terus digulirkan. 

“Semakin susut kepercayaan investor terutama investor asing terhadap prospek ekonomi kita,” ujar Budi saat dihubungi, Selasa (18/3). 

Menurut Budi, turunnya kepercayaan pelaku pasar ini tercermin dalam Economic Experts Survey yang dirilis Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI pada Senin (17/3) lalu. Dalam survei independen itu LPEM mencatat mayoritas ahli, yaitu 23 ahli dari 42 ahli atau 55% responden, setuju bahwa kondisi ekonomi saat ini telah memburuk dibandingkan dengan tiga bulan yang lalu.

Sementara itu Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menilai penurunan IHSG yang drastis bermula dari tensi geopolitik global yang meningkat. Kekhawatiran atas resesi Amerika Serikat di tengah perang dagang dan tensi hubungan Amerika Serikat dan Rusia yang meningkat. 

Kekhawatiran terhadap faktor global ini diperparah dengan menurunnya kepercayaan terhadap ekonomi Tanah Air. Penerimaan Indonesia yang mengalami penurunan hingga 30% menjadi salah satu indikator yang membuat investor khawatir. 

Penurunan ekonomi itu menurut Maximilianus mengakibatkan defisit APBN melebar sehingga membutuhkan penerbitan utang yang lebih besar dan tentu saja Rupiah kian semakin melemah. Hal ini yang berpotensi menyebabkan tingkat suku bunga Bank Indonesia juga akan lebih sulit untuk mengalami penurunan.

“Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia yang membuat banyak pelaku pasar dan investor pada akhirnya memutuskan untuk beralih kepada investasi lain,” ujar Maximilianus. 

Lebih jauh ia menjelaskan selama ketidakpastian ekonomi berlanjut, investor akan cenderung memilih instrumen investasi yang jauh lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil. “Sehingga saham menjadi tidak menarik, dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham,”ujar dia lagi. 



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...