Perdagangan Perdana, Saham Permen Yupi Indo Jelly Gum Sempat Anjlok 10%

Nur Hana Putri Nabila
25 Maret 2025, 09:57
YUPI
YUPI
Ilustrasi. YUPI menjadi emiten ke-11 yang melantai di bursa pada tahun ini.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten permen PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada hari ini, Selasa (25/3). Harga sahamnya dibuka turun 2,09% di level 2.340 dan sempat anjlok hingga 10% ke level 2.140 pada pukul 09.37 WIB. 

YUPI menjadi emiten ke-11 yang melantai di bursa pada tahun ini. Perusahaan menunjuk PT CIMB Niaga Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT OCBC Sekuritas Indonesia sebagai penjamin dan pelaksana emisi efek perseroan.

Berdasarkan data Stocbit hingga pukul 09.45 WIB, harga saham YUPI turun 7,53% ke level 2.310. Volume saham yang diperdagangkan sebanyak 37,37 juta dengan nilai transaksi 87 miliar. Adapun kapitalisasi pasar Yupi Indo Jelly Gum pagi ini mencapai Rp  18,88 triliun. 

Direktur Utama Yupi Indo Jelly Gum, Yohanes Teja, mengatakan, perusahaan berkomitmen untuk menghadirkan produk berkualitas. Ia juga mengatakan sejak berdiri 28 tahun, perusahaan juga akan menghadurkan produk inovatif dan lebih sehat di asia maupun di dunia. 

 “Melalui strategi ekspansi yang matang, kami yakin Yupi akan memperluas jejaknya di pasar global, sambil terus memperkuat posisi sebagai pemimpin pasar di dalam negeri,” kata Yohanes di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (25/3). 

Berdasarkan informasi di laman e-initial public offering (IPO), perusahaan melepas 854,44 juta saham atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor. Jumlah ini terdiri dari 256,33 juta saham baru atau 3% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO, serta 598,11 juta saham milik PT Sweets Indonesia atau 7%.  

Selain itu perusahaan menetapkan nilai nominal saham Rp 50 per lembar dengan harga penawaran Rp 2.390 dari rentang Rp 2.100 hingga Rp 2.500 per saham. Dari aksi ini, perusahaan bakal meraup dana segar Rp 1,42 triliun. 

Rencana Penggunaan Dana IPO YUPI 

Dana yang diperoleh dari IPO, setelah dikurangi biaya emisi, akan dialokasikan untuk dua keperluan utama. Sekitar 77% akan digunakan untuk belanja modal, khususnya pembangunan pabrik baru di Nganjuk, Jawa Timur, dengan estimasi biaya Rp 437,5 miliar dan target operasional pada 2026.  

Sekitar 23% akan digunakan sebagai modal kerja guna mendukung ekspansi bisnis, baik di pasar domestik maupun internasional. Dana ini mencakup kebutuhan pembayaran kepada distributor, pengadaan bahan baku hingga produksi barang jadi, serta penambahan jumlah karyawan guna memastikan kelancaran operasional dan peningkatan penjualan. 

 “Pengalokasian ini dilakukan untuk mengantisipasi permintaan pasar dan menjaga ketersediaan stok yang memadai,” demikian tertulis dalam prospektus yang diterbitkan perusahaan.  

Setelah melantai di bursa, manajemen Perseroan berkomitmen untuk membagikan dividen hingga 80% dari laba bersih kepada pemegang saham. Pembagian dividen ini akan dilakukan jika semua ketentuan hukum telah terpenuhi, dengan tetap memperhatikan kondisi keuangan perusahaan. 

Prospek Bisnis 

Perseroan memasarkan produk soft candy yang menyasar berbagai kelompok usia, terutama anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Demi memperkuat daya saing, YUPI terus berinovasi dalam pengembangan produk serta memperluas distribusi ke wilayah yang belum terjangkau.  Berdasarkan laporan Euromonitor, pasar soft candy di Indonesia masih sangat terpusat, dengan merek "Yupi" menguasai 66,5% pangsa pasar pada 2024. 

Perseroan hadir di berbagai generasi dengan inovasi berkelanjutan, termasuk menjadi pelopor dalam menciptakan gummies berbentuk unik seperti burger dan waffle sandwich. Apabila menilik laporan keuangannya, laba tahun berjalan YUPI naik Rp 156 miliar atau 38,4%, dari Rp 404 miliar pada tahun yang berakhir 31 Desember 2022 menjadi Rp 560 miliar pada periode yang sama tahun 2023. 

Pada 30 September 2024, YUPI memiliki dua fasilitas produksi di Gunung Putri dan Karanganyar dengan total kapasitas per tahun sebesar sekitar 93 ribu ton. Perusahaan juga memiliki sebuah fasilitas pengemasan di Samolo, Jawa Barat. Fasilitas produksi Gunung Putri mulai beroperasi pada tahun 1997 dengan luas lahan 7,2ha. 

Sedangkan fasilitas Karanganyar mulai beroperasi pada tahun 2019 dengan luas lahan 11 ha dan fasilitas pengemasan Samolo, Jawa Barat mulai beroperasi pada tahun 2014 dengan luas lahan 0,5 ha. 

 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...