Prospek Harga Saham BBCA, Analis Proyeksi Bisa Lewati Rp 10.000 Apa Penopangnya?

Nur Hana Putri Nabila
23 April 2025, 18:49
Bank Central Asia (BCA)
Katadata/Fauza Syahputra
Bank Central Asia (BCA)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali bergairah di Bursa Efek Indonesia. Pada perdagangan Rabu (23/4) harga saham BBCA naik 2,65% menjadi Rp 8.725. 

Bila dilihat lebih jauh harga saham BBCA 9,75% dari Rp 7.950 pada 24 Maret. Sejumlah analis memperkirakan harga saham BBCA akan terus naik seiring dengan mulai masuknya investor asing di pasar saham Tanah Air. 

Berdasarkan analisis teknikal, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan saham BBCA sudah mulai bangkit. Adapun target harga pertama di Rp 8.375 atau 7,72%. 

Lalu target harga kedua Rp 9.125 atau naik 17,36% dan target harga ketiga menembus Rp 10.550 atau melesat hingga 35,69%. Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan untuk mengakumulasi beli pada saham BBCA. 

Sebelumnya harga saham BBCA sempat melonjak hingga Rp 10.950 per lembar saham pada 23 September 2024. Namun, secara year to date (ytd) sahamnya telah tergelincir hingga 9,82% dan anjlok 17,30% dalam enam bulan terakhir. 

Merespons hal tersebut, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, potensi BBCA kembali ke harga Rp 10.000 bisa saja terjadi. Ia memprediksi hal itu bisa terwujud pada akhir 2026. Meski demikian ia mengatakan target BBCA bukan untuk menaikan target harga saham. 

“Nah untungnya saya bukan fortune teller, saya nggak punya bola kaca yang digosok-gosok melintir keluar angka gitu ya. Jadi saya jujur katakan enggak tahu (kapan saham BBCA naik ke Rp 10.000),” kata Jahja dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal I 2025 secara virtual, Rabu (23/5). 

Jahja menjelaskan bahwa perusahaan fokus menjaga kinerja fundamental perusahaan, termasuk profit, ROA, ROE, efisiensi biaya, serta rasio kredit bermasalah seperti Loan to Asset Ratio (LAR) dan Non Performing Loan (NPL), sambil menyiapkan cadangan secara proporsional. 

Ia menambahkan, kualitas penyaluran kredit juga menjadi perhatian utama BCA. Menurutnya apabila fundamental perusahaan terjaga dengan baik, maka harga saham akan meningkat otomatis.

“Jadi saya pikir kita sendiri nggak ada target mau berapa harga saham. Dan kita juga nggak tahu kapan itu akan terjadi,” ujarnya. 

Di sisi lain, apabila melihat perdagangan hari ini, Rabu (23/4) saham BBCA terpantau naik 2,65% ke level Rp 8.725 per lembar saham. Volume yang diperdagangkan tercatat 92,33 juta dengan nilai transaksi Ro 799,72 miliar dan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 1075,57 triliun.

BCA Cetak Laba 14 Triliun Kuartal I, Kredit Tumbuh 12%

Kenaikan harga saham BBCA menurut sejumlah analis juga bisa ditopang perbaikan kinerja usaha. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan laba bersih perusahaan dan entitas anak usahanya naik 9,8% mencapai Rp 14,1 triliun sepanjang kuartal pertama 2025.

Pertumbuhan laba bersih BCA ini seiring dengan pertumbuhan total kredit yang mencapai 12,6% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 941 triliun.

Pertumbuhan kredit  ditopang ekspansi pembiayaan di berbagai sektor disertai pertumbuhan pendanaan berkelanjutan. Pendanaan inti giro dan tabungan atau CASA tumbuh 8,3% year-on-year mencapai Rp 979 triliun atau sekitar 82% total dana pihak ketiga atau DPK. 

Jahja mengatakan sepanjang kuartal pertama 2025, momentum Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini berdampak positif bagi penyaluran kredit BCA hingga Maret 2025. Selain itu, ia mengatakan pelaksanaan BCA Expoversary 2025 turut menopang pertumbuhan kredit perusahaan.  

Menurut Jahja, Seiring tingginya antusiasme masyarakat pada BCA Expoversary, perusahaan memperpanjang pelaksanaan event ini hingga 30 April 2025. Jahja mengatakan BCA berkomitmen mendukung perekonomian nasional dengan mendorong penyaluran kredit ke berbagai sektor dan segmen secara prudent. 

“Kami optimistis menatap pertumbuhan bisnis ke depan di tengah dinamika dan tantangan pasar.,” kata Jahja.

Pertumbuhan pembiayaan BBCA pada kuartal pertama 2025 ditopang oleh kredit korporasi yang naik 13,9% secara tahunan menjadi Rp 443,4 triliun. Kredit komersial juga meningkat 9,9% yoy menjadi Rp 137,4 triliun. 

Kredit kepada sektor UKM mencatatkan kenaikan 12,9% menjadi Rp 124,5 triliun, sementara kredit konsumer tumbuh 11,3% yoy menjadi Rp 225,7 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan KPR sebesar 10,5% yoy hingga mencapai Rp 135,3 triliun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...