Bos Unilever Ungkap Prospek Dividen UNVR Saat Laba Susut, Rasio Tetap 100%?


PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan laba bersih Rp 1,23 triliun pada kuartal pertama 2025. Perolehan itu turun 14,6% secara tahunan atau year on year (yoy) dari periode yang sama sebelumnya Rp 1,44 triliun pada 2024.
Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, mengatakan capaian kinerja keuangan ini tak akan berpengaruh terhadap komitmen perusahaan pada pemegang saham. Salah satunya berkaitan dengan kebijakan pembagian dividen yang rutin dilakukan Unilever Indonesia setiap tahunnya.
Menurut Benjie, perusahaan berkomitmen untuk tetap membagikan dividen dengan payout ratio 100% dari laba bersih tahun buku 2025. “Apa yang sudah kami lakukan selama ini, terkait distribusi dividen akan tetap kami pertahankan,” kata Benjie dalam konferensi pers kinerja keuangan Unilever Indonesia Kuartal I 2025 secara virtual, Kamis (24/4).
Hal serupa juga disampaikan oleh Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta. Ia mengatakan apabila menilik secara historis, UNVR dikenal sebagai emiten yang konsisten dan disiplin dalam membagikan dividen, bahkan ketika kinerjanya secara fundamental kurang memuaskan.
Menurut Nafan, strategi pembagian dividen ini dilakukan demi menjaga kepercayaan investor, terutama saat harga saham UNVR mengalami tren penurunan. Selain itu, ia mengatakan kedepannya masih ada harapan bagi Unilever Indonesia untuk memasuki fase akumulasi saham, dengan catatan perseroan mampu meningkatkan kinerja fundamental. Hal ini melalui inovasi produk yang mampu diterima pasar, serta fokus pada strategi penjualan baik melalui toko fisik maupun saluran daring.
“Di sisi lain juga efisiensi juga penting dilakukan agar bisa mengoptimalkan kinerja perusahaan,” kata Nafan kepada katadata.co.id, Kamis (24/4).
Harga Saham Kian Tergerus
Apabila melihat performa sahamnya, UNVR masih menunjukkan performa negatif sejak awal tahun atau secara year to date (ytd). Sepanjang tiga bulan terakhir, saham UNVR merosot hingga 16,23% dan terperosok hingga 23,34% ytd.
Menanggapi hal tersebut, Benjie menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk mendorong perbaikan harga saham perseroan adalah dengan membukukan pertumbuhan kinerja yang konsisten, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.
Ia juga menyadari bahwa tekanan terhadap harga saham UNVR bukanlah hal baru, melainkan telah berlangsung selama lima tahun terakhir.
“Dan itu merupakan konsekuensi dari kinerja perusahaan yang kurang optimal selama periode tersebut,” tambah Benjie.
Meski begitu, Benjie menyebut perseroan telah menempuh sejumlah langkah sulit sejak akhir kuartal tahun lalu demi memperkuat fundamental keuangan. Di antaranya adalah penyesuaian harga yang sempat menekan penjualan grosir dalam jangka pendek, serta pengurangan stok.
Kendati berdampak sementara, Benjie mengatakan langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menjadi fondasi bagi pertumbuhan jangka panjang. Ia pun optimistis upaya strategis yang dijalankan perusahaan dalam beberapa bulan terakhir akan mulai membuahkan hasil dalam beberapa tahun ke depan.