Laba Petrosea (PTRO) Melejit 464% di Kuartal I, Ini Prospek Emiten Milik Prajogo


Emiten milik konglomerat Indonesia, Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO) meraup laba bersih hingga US$ 920.000 atau setara Rp 15,52 miliar sepanjang kuartal pertama 2025. Perolehan laba bersih itu terbang 464,4% dibandingkan periode yang sama sebelumnya US$ 163.000 atau Rp 2,74 miliar pada 2024.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyebut tumbuhnya laba bersih PTRO tercermin dari usaha perusahaan dalam efisiensi bisnis secara efektif, sehingga berhasil menekan beban operasional. Namun, PTRO masih akan menghadapi tantangan, salah satunya berkaitan dengan tingginya rasio price to earnings (P/E ratio) yang berada di kisaran tiga digit.
“Tapi itu (P/E ratio) tidak beda jauh dengan sebelum-sebelumnya ketika PTRO batal masuk MSCI,” ucap Nafan ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin (28/4).
Selain itu, Nafan mengatakan prospek PTRO juga terlihat dari aksi emiten afiliasi orang terkaya nomor empat di RI itu yang aktif membagikan dividen. Ia menilai aksi itu dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Adapun untuk mendorong pertumbuhan kinerja, Nafan menyebut PTRO perlu terus memperbaiki pendapatan (top line) maupun laba bersih (bottom line). Dalam upaya meningkatkan bottom line, Petrosea perlu memperhatikan efisiensi bisnis.
Menurut Nafan, harga komoditas global cenderung fluktuatif dan volatil, seperti harga minyak yang tiba-tiba bisa turun akibat ketegangan geopolitik. Adapun fokus utama perusahaan ke depan yakni kenaikan kontrak baru, baik dengan emiten-emiten pertambangan lain maupun dengan perusahaan pertambangan lainnya. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat kinerja fundamental PTRO.
“Karena memang sebenarnya iklim investasi di sektor pertambangan tanah air juga masih relatively conducive, karena memang sumber daya alam di tanah air kita juga melimpah, ya,” kata Nafan.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan emiten kontraktor tambang itu sebesar US$ 154,21 juta atau Rp 2,60 triliun. Angka itu turun 1,3% dibandingkan dengan pendapatan periode kuartal pertama tahun lalu sebesar US$ 156,25 juta atau Rp 2,63 triliun.
Secara rinci, pendapatan Petrosea sepanjang Januari–Maret 2025 sebagian besar ditopang dari sektor pertambangan dan konstruksi rekayasa, masing-masing berkontribusi US$ 70,04 juta dan US$ 69,12 juta. Sementara kontrak terbesar berasal dari kerja sama dengan BP Bereau Ltd senilai US$ 30,16 juta. Lalu diikuti oleh PT Kideco Jaya Agung sebesar US$ 25,11 juta dan PT Freeport Indonesia sebesar US$ 20,08 juta.
Dari sisi neraca, PTRO membukukan total liabilitas US$ 809,46 juta hingga akhir Maret 2025. Liabilitas jangka pendek sebesar US$ 265,55 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$ 543,91 juta. Kemudian jumlah ekuitas PTRO hingga kuartal pertama 2025 sebesar US$ 249,72 juta. Di sisi lain, total aset PTRO naik menjadi US$ 1,05 miliar.