Penjualan Emas Meroket, Laba Antam Naik Lebih dari 10 Kali Lipat pada Kuartal I


PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan laba bersih pada kuartal pertama tahun ini mencapai Rp 2,3 triliun, naik hingga 1.003% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 210,9 miliar. Kenaikan laba perusahaan ditopang oleh melesatnya penjualan emas di tengah lonjakan harga.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, penjualan Antam pada kuartal I 2024 mencapai 26,15 triliun, naik 203% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 8,62 triliun. Namun, beban penjualan juga ikut melonjak dari Rp 8,37 triliun menjadi Rp 22,51 triliun sehingga laba kotor naik dari Rp 250 miliar menjadi Rp 3,64 triliun.
Direktur Utama ANTM Nicolas D. Kanter menyatakan, pencapaian ini merupakan hasil dari efisiensi berkelanjutan dan strategi bisnis yang diterapkan perusahaan. “Kami terus mengedepankan strategi pemasaran yang inovatif, pengendalian biaya yang cermat, serta menjaga struktur biaya agar tetap kompetitif,” ujar Nicolas dalam keterangan resminya, dikutip Senin (5/5).
Disumbangkan Penjualan Emas
Kontributor terbesar lonjakan kinerja keuangan ANTAM pada tiga bulan pertama tahun ini didorong oleh segmen emas. Penjualannya melonjak dari Rp 7,67 triliun pada kuartal pertama tahun lalu menjadi Rp 21,61 triliun.
Volume penjualan emas melonjak 93% secara tahunan menjadi 13.739 kg, ditopang oleh peningkatan produksi sebesar 39% menjadi 230 kg.
Lonjakan penjualan emas Antam didoronh oleh meningkatnya permintaan di pasar global yang dipicu ketidakpastian geoekonomi dan geopolitik. Emas dipandang sebagai aset lindung nilai atau safe haven.
Perusahaan menjelaskan, peluncuran aplikasi "ANTAM Logam Mulia" pada Maret 2025 juga turut mendorong penjualan. Aplikasi ini memudahkan transaksi emas digital melalui fitur BRANKAS berbasis mobile, lengkap dengan sistem keamanan dan perlindungan asuransi.
Nikel dan Bauksit Ikut Mengkilap
Tak hanya emas, kinerja segmen nikel dan bauksit juga melesat pada kuartal pertama tahun ini. Penjualan nikel naik 581% secara tahunan menjadi Rp 3,77 triliun dan berkontribusi 14% terhadap total penjualan perusahaan.
Volume penjualan bijih nikel pada tiga bulan pertama tahun ini mencapai 3,83 juta wet metrik ton (wmt), yang merupakan rekor tertinggi Antam. Penjualan ini ditopang produksi bijih nikel yang naik 221% menjadi 4,63 juta wet metrik ton (wmt).
"Pada bijih nikel, Antam mencatatkan kinerja produksi dan penjualan kuartalan tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal I 2025," tulis Nicolas.
Sementara itu, produksi feronikel mencapai 4.498 ton nikel (TNi) dengan volume penjualan 4.839 TNi.
Segmen bauksit dan alumina juga mencatat pertumbuhan solid. Penjualan naik 102% yoy menjadi Rp 708,75 miliar. Produksi bauksit melonjak 328% menjadi 653.781 wmt, sedangkan alumina naik 78% menjadi 44.051 ton dan penjualannya naik tipis 4%.
Proyek JIIPE
Perseroan telah menandatangani perjanjian lahan dengan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur pada Februari 2025 untuk membangun pabrik logam mulia. Sedangkan proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) untuk segmen nikel dilaporkan berjalan sesuai jadwal.
Antam juga tengah mematangkan kesiapan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah bersama PT Inalum. “Penandatanganan ini menjadi langkah awal menuju tahap perencanaan proyek pengembangan fasilitas pengolahan logam mulia di JIIPE dan perencanaan pembangunan pabrik manufaktur dengan tujuan meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing Antam,” kata Nico.
BUMN produsen emas ini mencatatkan aset mencapai Rp 48,3 triliun pada kuartal I 2025, naik 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai ekuitas Antam naik 10% secara tahunan menjadi Rp 34,62 triliun.