Wall Street Goncang Imbas Perseteruan Trump - Elon Musk, Harga Minyak Naik


Bursa saham Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (5/6) waktu setempat. Di saat bersamaan harga minyak mentah justru menguat.
Pelemahan pasar Wall Street dipicu oleh perselisihan besar antara Presiden AS Donald Trump dan miliarder Elon Musk yang menambah tekanan terhadap negosiasi perdagangan antara AS dan Cina.
Indeks Dow Jones turun 108 poin atau 0,25% ke 42.319,74. Sementara S&P 500 turun 31,48 poin atau 0,53% ke 5.939,33 dan Nasdaq Composite anjlok 162,04 poin atau 0,83% ke 19.298,45.
Sepanjang sesi perdagangan, saham bergerak fluktuatif. Namun, menjelang penutupan indeks utama berbalik turun setelah Trump dan Musk, yang sempat menunjuk Musk sebagai pemimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), terlibat dalam perselisihan terbuka.
Saham Tesla anjlok 14,3% setelah Trump mengancam akan mencabut subsidi pemerintah terhadap perusahaan milik Musk. Hal ini merupakan buntut dari kritik Musk terhadap RUU pajak dan pengeluaran yang diusulkan oleh Trump.
Penurunan saham Tesla menyeret Nasdaq turun paling dalam, disusul S&P 500 dan Dow Jones yang juga mencatat pelemahan lebih ringan.
Perseteruan antara Trump dan Musk disebut sebagai cerminan ketidakpastian arah kebijakan. "Banyak pihak masih bingung apakah RUU ‘besar dan indah’ itu benar-benar akan mengatasi utang atau justru memperburuk defisit,” ujar Thomas Martin, Senior Portfolio Manager di GLOBALT, Atlanta dikutip Reuters Jumat (6/6).
Di tengah situasi tersebut, Trump melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Presiden Cina Xi Jinping untuk mengupayakan meredakan ketegangan dagang antar dua negara ekonomi terbesar dunia. Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan dialog, menurut ringkasan percakapan dari pemerintah AS dan Cina.
“Pasar menilai, selama mereka masih berbicara, kecil kemungkinan akan ada tindakan ekstrem dalam waktu dekat. Ini memberikan ruang bagi investor untuk tetap masuk ke pasar,” tambah Martin.
Martin juga menyebut bahwa investor saat ini berada dalam dilema. “Mereka ingin memiliki saham, tapi takut jika pasar ternyata jatuh," katanya.
Sementara itu, data ekonomi AS yang dirilis turut memberikan sentimen negatif. Klaim awal tunjangan pengangguran melonjak ke level tertinggi sejak Oktober. Penurunan impor sebesar 16,3%, akibat kebijakan tarif yang tidak menentu dari Trump, membuat defisit perdagangan AS menyempit ke titik terendah sejak November 2023.
Data ketenagakerjaan lainnya pun mengecewakan. Laporan pemutusan hubungan kerja (PHK) dari Challenger melonjak 47% secara tahunan, dan daftar gaji sektor swasta ADP turun signifikan membuat ekspektasi terhadap laporan ketenagakerjaan resmi Mei dari Departemen Tenaga Kerja menjadi lebih pesimistis.
Namun demikian mitra pengelola di Keator Group, Massachusetts Matthew Keator menilai data yang lemah ini bisa membuka jalan bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga lebih dari sekali tahun ini.
“Dengan inflasi yang mulai jinak dan klaim pengangguran yang naik, Fed mungkin punya cukup alasan untuk melakukan lebih dari satu pemangkasan suku bunga sebelum akhir tahun,” kata Keator. “Ini bisa jadi kabar baik, terutama untuk sektor-sektor tertentu.”
Bank Sentral Eropa Turunkan Suku Bunga
Sejalan dengan ekspektasi pasar, Bank Sentral Eropa (ECB) menurunkan tiga suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin. Langkah ini dilakukan berdasarkan kondisi inflasi yang saat ini berada dekat target 2%.
Namun, pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde tentang kemungkinan jeda pelonggaran selama musim panas membuat pasar saham Eropa kehilangan momentum. Indeks utama Eropa hanya mampu ditutup sedikit di zona hijau.
Dolar AS sempat menguat, namun kemudian melemah menyusul data ekonomi yang suram dan sinyal jeda pelonggaran dari ECB.
Indeks Dolar AS naik tipis 0,01% ke 98,80. Sementara Euro menguat 0,18% ke US$ 1,1437. Dan dolar terhadap yen naik 0,68% ke 143,73
Imbal hasil obligasi pemerintah AS cenderung naik karena pasar lebih fokus pada prospek kesepakatan dagang ketimbang data ekonomi.
Harga minyak mentah menguat, didukung kabar positif dari percakapan antara Trump dan Xi Jinping. Hal ini meredakan kekhawatiran investor terkait meningkatnya stok minyak AS dan pemangkasan harga oleh Arab Saudi untuk pasar Asia.
Sementara itu, harga emas yang sempat naik akhirnya berbalik turun setelah mencairnya ketegangan antara Washington dan Beijing. Emas spot turun 0,56% ke US$ 3.356,41 per ons.