Bursa Saham Masa Penjajahan Belanda: Call Effect hingga Lelang Bebas 2 Jam/Hari

Karunia Putri
1 Agustus 2025, 08:50
Saham
Katadata/Fauza Syahputra
Sejarah Bursa Efek Indonesia
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Transaksi perdagangan saham di Indonesia, dahulu disebut Hindia Belanda, telah terjadi sejak abad ke-19 di masa kolonial Belanda. Saat itu, bursa belum memiliki sistem dan struktur seperti Bursa Efek Indonesia saat ini. Sistem operasinya pun jauh berbeda, mirip lelang terbuka yang dikenal sebagai call effect.

Menukil dari buku Pasar Modal Indonesia, Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi Bursa Efek Jakarta yang diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta, sejarah mencatat bahwa transaksi efek di Indonesia telah berlangsung sejak tahun 1880. Namun karena belum ada bursa resmi, jual beli saham dan obligasi dilakukan tanpa organisasi formal sehingga minim pencatatan yang utuh.

Catatan awal sejarah aktivitas pasar modal terjadi pada 1892, saat perusahaan perkebunan Cultuurmaatschappij Goalpara yang berkantor di Batavia menerbitkan prospektus penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden per saham. Empat tahun kemudian, harian Het Centrum yang terbit di Djocjacarta juga mengeluarkan prospektus penjualan saham senilai 105 ribu gulden, dengan harga perdana 100 gulden per saham.

Tak hanya dua perusahaan itu, sejumlah perusahaan perkebunan lainnya juga menerbitkan prospektus untuk menghimpun dana dari masyarakat. Namun, belum dapat dipastikan apakah saham-saham tersebut aktif diperjualbelikan di pasar. 

Sejumlah literatur menunjukkan, ada dugaan yang justru banyak diperdagangkan saat itu adalah saham atau obligasi yang terdaftar di Bursa Amsterdam dan dimiliki oleh para investor di Batavia, Surabaya serta Semarang.

Pada 14 Desember 1912, Hindia Belanda resmi memiliki bursa efek pertamanya yang berlokasi di Batavia. Bursa ini merupakan cabang dari Amsterdamse Effectenbeurs dan diselenggarakan oleh Vereniging voor de Effectenhandel. 

Sistem Jual Beli Saham Masa Penjajahan Belanda

Tujuan pendirian Bursa Batavia adalah untuk menggalang pembiayaan bagi industri perkebunan Belanda yang saat itu berkembang pesat di wilayah Hindia Belanda. Dalam waktu singkat, Bursa Batavia menjelma menjadi bursa internasional yang menguntungkan.

Efek yang diperdagangkan meliputi saham dan obligasi perusahaan Belanda yang beroperasi di Hindia Belanda, surat utang yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda baik pusat maupun daerah, serta berbagai efek asal Belanda lainnya.

Selain itu, juga diperdagangkan sertifikat saham dari perusahaan-perusahaan Belanda yang terdaftar di berbagai bursa di Negeri Belanda serta sertifikat saham perusahaan Amerika Serikat seperti ACF Industry, American Motors, Anaconda Copper dan Bethlehem Steel.

Sertifikat-saham ini diterbitkan oleh Kantor Administrasi yang berbasis di Belanda. Saham-saham perusahaan AS tersebut dibeli oleh perusahaan efek di Belanda, dititipkan pada kustodian di Amerika kemudian diterbitkan depository receipTnya oleh Kantor Administrasi untuk diperdagangkan di Bursa Amsterdam dan Batavia.

Menariknya, obligasi dari negara lain pun sempat dijual secara langsung di Bursa Batavia. Harian Perniagaan edisi 21 Desember 1912 atau 13 Tjap It Gwe 2463, hanya seminggu setelah peresmian Bursa Batavia, memuat pemberitaan tentang penawaran obligasi dari pemerintah Cina.

Laporan tersebut berbunyi:

Itoe pindjeman dikasi nama Tiong Hoa Bin Kok Pat Li Kong Tje' jang artinja: 'Pindjeman dengan rente 8 pCt dari Repoebliek Tiongkok'. Pindjeman itoe soeda diperkenankan oleh nationale vergadering di Peking dan soeda dibikin sah serta dititahkan boeat dikeloearken oleh President dari Repoebliek Tiongkok.

Ini pindjeman besarnja 100 millioen dollar; boeat ini pindjeman dikeloearken bon bon dari 1.000, 100, 10 dan 5 dollar, jang disertaken nomor djalan dan boenjinja ada "Aan Toonder"....

Pindjeman ini dibikin aken goena pri keamanan di Tiongkok dan dikeloearken dengen dibajar rente 8 pCt satoe boelan menoeroet itoengan Jang Lek.

Segala bangsa bole bli ini soerat oetang.

Di Betawi soeda ditentoekan masing-masing perkoempoelan jang ternama dari orang orang Tionghoa nanti bisa bli itoe bon bon dengan sebegitoe banjaknja ia poenja fonds masing-masing, kemoe-dian ini semoea bon nanti didjoeal lagi boeat harga dari pada siapa siapa jang soeka bli.

Liatwi Tongpauw jang tjinta tana aernja kita silaken bli ini soerat oetang, akan bantoe pada pemerenta Repoebliek dengan dapat rente dari oewang jang ia kasi pindjem.

Sistem Call Effect: Lelang Dua Jam Setiap Hari

Dalam buku tersebut, E.A. Koetin menyebutkan, hingga pecahnya Perang Dunia II, perdagangan efek berlangsung secara benar-benar bebas. Transaksi dapat terjadi di luar bursa, sementara pencatatan di bursa hanya berfungsi sebagai indikator harga. Akibatnya, tidak tersedia data akurat mengenai volume perdagangan atau jenis efek yang populer saat itu, termasuk yang ramai diperdagangkan di Amsterdam untuk langganan dari Indonesia.

Meski perdagangan efek saat itu cukup marak, sistem yang digunakan berbeda jauh dengan sistem perdagangan yang kini diterapkan di PT Bursa Efek Indonesia. Saat itu, perdagangan saham menggunakan sistem yang disebut call effect, sebuah mekanisme mirip lelang.

Dalam sistem ini, setiap efek diumumkan atau dilempar oleh pemimpin call, kemudian para pialang mengajukan permintaan beli atau penawaran jual. Jika ada kecocokan harga, maka transaksi langsung terjadi. Proses call ini berlangsung singkat, umumnya hanya dua jam atau bahkan kurang, tergantung jumlah saham yang diperdagangkan.

Sebelum berdirinya bursa di Jakarta, transaksi efek dilakukan di Amsterdam. Karena belum ada jalur penerbangan, komunikasi antara Jakarta dan Amsterdam mengandalkan kapal laut yang memakan waktu sekitar tiga minggu. Untuk mempermudah proses perdagangan, didirikanlah bursa efek di Indonesia.

Namun, saat itu perdagangan tetap bersifat bebas. Tidak ada kewajiban melakukan transaksi melalui bursa maupun menyimpan saham di bank sebagai lembaga penyimpanan atau depository. Dengan sistem yang longgar ini, pencatatan di bursa hanya berfungsi sebagai acuan harga, bukan dokumentasi menyeluruh sehingga sulit memperoleh data pasti terkait perdagangan efek kala itu.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...