Bedah Kinerja Emiten Suami Puan: RAJA, RATU, MINA Disorot Imbas Aksi Korporasi
Tiga emiten terafiliasi pengusaha Happy Hapsoro belakangan jadi sorotan seiring berbagai manuver korporasi yang dilakukan sepanjang tahun ini. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), dan PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) telah melaporkan kinerja keuangan semester I 2025, dengan hasil yang bervariasi di tengah geliat ekspansi dan aksi korporasi masing-masing.
RAJA sebagai induk usaha tengah bersiap mengakuisisi perusahaan infrastruktur LNG setelah sebelumnya melepas sebagian saham anak usahanya, RATU, lewat IPO. Sementara itu, MINA telah merampungkan aksi right issue untuk menambah modal ekspansi.
Dari sisi kinerja, laba RAJA justru menyusut. Sementara itu RATU membukukan pertumbuhan tipis dan harga sahamnya melambung setelah melantai di Bursa Efek Indonesia Januari lalu. Adapun MINA masih mencatatkan kerugian.
Bagaimana detail performa tiga emiten Happy Hapsoro suami Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani ini?
RAJA Catatkan Penyusutan Laba 20,57%
Emiten sektor energi milik Happy Hapsoro, Rukun Raharja (RAJA) mencatatkan laba bersih semester pertama 2025 sebesar US$ 11,35 juta atau sekitar Rp 184,29 miliar (kurs Rp 16.231 terhadap dolar Amerika Serikat).
Perolehan laba bersih tersebut menyusut 20,57% dibandingkan dengan laba bersih RAJA pada semester pertama 2024 sebesar US$ 14,29 juta. Kendati demikian RAJA mencetak kenaikan pendapatan menjadi US$ 127,63 juta dari US$ 123,51 juta selama periode yang sama secara tahunan atau year on year (yoy).
Pendapatan perseroan diperoleh dari penjualan gas sebesar US$ 70,20 juta, lifting minyak dan gas sebesar US$ 25,15 juta, jasa penyaluran minyak dari kerja sama sebesar US$ 16,98 juta, jasa penyaluran gas sebesar US$ 4,36 juta dan operasi dan pemeliharaan sebesar US$ 4,04 juta
Kemudian pendapatan dari perencanaan, pengadaan dan konstruksi sebesar US$ 2,97 juta, jasa fasilitas LPG sebesar US$ 1,17 juta, jasa sewa sebesar US$ 947 ribu, jasa kompresi dan transmisi migas sebesar US$ 888 ribu, jasa penyediaan kendaraan sebesar US$ 667 ribu dan penjualan peralatan minyak seebsar US$ 63 ribu dan pendapatan lain-lain sebesar US$ 161,16 juta
Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok dan penjualan perseroan juga menebal menjadi US$ 89,97 juta dari US$ 87,57 juta secara yoy. Sementara itu, jumlah aset perseroan meningkat menjadi US$ 414,28 juta dari US$ 331,35 juta. Adapun liabilitas perseroan juga menebal menjadi US$ 190,07 juta dari US$ 159,48 juta yoy.
Baru-baru ini, RAJA berencana mengakuisisi perusahaan infrastruktur LNG. Aksi ini dilakukan setelah RAJA melakukan divestasi saham anak usaha, RATU pada awal tahun lewat initial public offering (IPO).
Direktur Utama RAJA Djauhar Maulidi mengatakan langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perseroan untuk memperkuat struktur keuangan. Ia menyebutkan perusahaan juga fokus mendorong ekspansi berkelanjutan di sektor energi.
Menurut Djauhar untuk mencapai target, perseroan telah mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 70 juta untuk tahun 2025. Adapun realisasi capex mencapai US$ 20 juta atau 29% dari total alokasi hingga kuartal II-2025.
“Penyerapan capex difokuskan pada proyek-proyek strategis, di antaranya pembangunan kompresor di Sengkang, Sulawesi Selatan, pembangunan pipa BBM Tanjung Batu-Samarinda, serta pengembangan pipa di wilayah Jawa Barat,” ujar Djauhar.
Laba RATU Naik 3,43%
Anak usaha RAJA, Raharja Energi Cepu dengan kode saham RATU justru mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 3,43% menjadi US$ 7,64 juta selama paruh pertama 2025 dari US$ 7,39 juta pada tahun sebelumnya.
Kendati demikian, RATU menorehkan penyusutan pendapatan bersih menjadi US$ 25,15 juta dari US$ 27,95 juta dalam periode yang sama secara tahunan. Pendapatan tersebut diperoleh dari bisnis lifting minyak dan gas.
RATU berhasil menekan beban pokok perseroan menjadi US$ 13,32 juta dari US$ 16,37 juta karena penurunan pendapatan. Selain itu RATU juga mengurangi beban keuangan menjadi US$ 742 ribu dari US$ 1,10 juta serta mengurangi bagian laba entitas asosiasi menjadi US$ 2,77 juta dari US$ 3,39 juta.
Sementara itu, RATU baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada awal tahun ini dengan harga penawara Rp 1.150 per saham. Kini, saham RATU telah melesat 517,39% ke level 7.125 sejak awal tahun meskipun mengalami koreksi sebesar 5,02% selama satu pekan terakhir.
MINA Masih Torehkan Rugi Rp 1,90 Miliar
Beda diantara dua emiten milik Happy Hapsoro lainnya, Sanurhasta Mitra (MINA) justru tetap merugi di semester pertama 2025 ini. Merujuk laporan keuangan perseroan, MINA menorehkan rugi sebesar Rp 1,90 miliar, susut tipis 1,04% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1,92 miliar.
Meski begitu, pendapatan MINA naik menjadi Rp 3,86 miliar dari Rp 3,05 miliar dalam periode yang sama secara tahunan. Beban pokok MINA pun meningkat dari Rp 1,33 miliar menjadi Rp 1,66 miliar semester ini.
Pendapatan MINA diperoleh dari bisnis jasa pondok wisata sebesar Rp 2,84 miliar, penjualan makanan dan minuman sebesar Rp 541,83 juta dan biaya layanan sebesar Rp 484,74 miliar.
MINA baru saja selesai menggelar aksi korporasi berupa penambahan modal melalui aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. Setelah aksi korporasi ini, kepemilikan langsung Hapsoro di MINA berpotensi meningkat dari 4,44% menjadi 19,68%.
Emiten properti ini meraup dana segar sebesar Rp 164 miliar. Lewat right issue perusahaan menawarkan 3,28 miliar saham baru. Dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi bisnis. Sementara harga pelaksana yang ditetapkan perseroan sebesar Rp 50 per saham.
