Bos BEI Buka Suara soal Maraknya Backdoor Listing
Bursa Efek Indonesia (BEI) merespons terkait maraknya aktivitas backdoor listing. Backdoor IPO adalah cara perusahaan masuk ke bursa saham tanpa melalui proses IPO biasa.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman menilai aksi backdoor listing menjadi salah satu opsi bagi perusahaan, selain melakukan IPO atau mencari mitra strategis. Ia mengaku langkah tersebut sebaiknya tidak dipandang negatif karena merupakan bagian dari strategi untuk mengembangkan bisnis perusahaan.
Iman menjelaskan, regulasi bursa sudah mengatur, perusahaan tidak diperbolehkan melakukan aksi korporasi tertentu selama satu tahun setelah IPO. Setelah periode itu, Iman menyebut, emiten punya wewenang penuh untuk mengambil langkah pertumbuhan, termasuk melalui backdoor listing.
“Ya kami lihat aturannya selama mereka bisa penuhi, disclosure-nya dilakukan. Kan kami mesti lihat positif juga, jangan cuma semuanya (dipandang) negatif gitu,” ucap Iman kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (11/8).
Ia mencontohkan, perusahaan asal Singapura, Visionary Capital Global Pte. Ltd yang berencana mengakuisisi 69.34% saham emiten jaringan minuman kekinian, PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK).
Direktur Visionary Capital Global Agus Suhada menjelaskan, perusahaan akan mengambil alih saham milik PT Dinasti Kreatif Indonesia yang saat ini merupakan pemegang saham mayoritas.
"Setelah penyelesaian transaksi pengambilalihan saham ini, pembeli akan menjadi pengendali baru TGUK," demikian pernyataan Agus dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (23/5).
Agus menjelaskan, tujuan rencana pengambilalihan adalah untuk pengembangan dan ekspansi bisnis grup pembeli. Ia menjelaskan, negosiasi terkait rencana akuisisi ini masih berlangsung, terutama terkait nilai final rencana pengambilalihan. Visionary Capital Global saat ini belum memiliki saham TGUK baik langsung maupun tidak langsung.
“Sekarang kalau pilih Teguk-nya mati apa dia punya partner?” kata Iman.
