Target Pertumbuhan Ekonomi 2025 Terancam, Pemerintah Diminta Kebut Belanja

Rahayu Subekti
11 Agustus 2025, 19:16
pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.
Ilustrasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan belanja pemerintah pada kuartal II 2025 masih terkontraksi 0,33% secara tahunan atau year on year (yoy).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pemerintah dinilai perlu mengingatkan pemerintah untuk mengoptimalkan belanja negara di sisa tahun ini guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, belanja pemerintah pada kuartal II 2025 masih terkontraksi 0,33% secara tahunan atau year on year (yoy).

“Di sini (belanja pemerintah) belum cukup optimal pada first half tahun ini sehingga diharapkan akan menjadi penggerak ekonomi di semester II dan pertumbuhan ekonomi bbisa terakselerasi,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dalam Media Briefing Virtual PIER Economic Review: Semester I 2025, Senin (11/8).

Namun, Josua memperkirakan, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 hanya mencapai 4,8%-05,1%. Angka ini di bawah target pertumbuhan ekonomi pemerintah tahun ini yang dibidik pada level 5,2%.  

Kenapa Belanja Pemerintah Krusial?

Head of Macroeconomics and Market Research Permata Bank Faisal Rachman mengatakan peran belanja pemerintah pada semester II 2025 sangat vital. Salah satu alasannya adalah jumlah libur nasional yang bisa memicu lonjakan konsumsi rumah tangga berkurang drastis.

Selain itu, menurut dia, ada potensi investasi sektor swasta melambat pada semester II 2025. Ini karena investor biasanya memilih memantau atau wait and see kondisi permintaan domestik di tengah kondisi perang dagang global.

“Jadi pemerintah lagi-lagi menjadi senjata utama gitu terutama untuk pembelian barang-barang modal yang mungkin bisa diarahkan ke infrastruktur,” ujar Faisal.  

Pemerintah juga dinilai perlu mengarahkan belanja untuk membantu golongan kelas menengah. Menurut Faisal, Kelas menengah dapat menggerakan ekonomi Indonesia setiap hari tanpa perlu momen liburan.

“Golongan ini yang akan lebih sering melakukan transaksi di sektor transportasi dan makanan,” kata Faisal.  

 

 

 

 

 

 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...