Yang Datang dan Pergi di Saham Chandra Daya (CDIA), Waktunya Masuk Kembali?
Saham emiten anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), yakni PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) terpantau bergejolak usai keluar dari papan pemantauan khusus full call auction (FCA). Saham yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Juli lalu itu tampil menjadi saham yang menyita perhatian.
Pesona CDIA menarik minat investor untuk terus memborongnya. Para pengurus perusahaan pun tercatat turut menyerok saham CDIA sejak emiten di bidang investasi infrastruktur dan energi itu sejak IPO.
Komisaris Chandra Daya Investasi, Andre Khor Kah Hin tercatat memborong 15 juta saham CDIA di bawah harga pasar yakni Rp 800 pada 18 Juli 2025. Kemudian pada 21 Juli 2025 ia mengoleksi lagi 4,25 juta saham di harga Rp 1.050.
Setelah transaksi kini ia menggenggam 19,25 juta saham CDIA atau sebanyak 0,015%. “Tujuan dari transaksi untuk investasi,” tulis Andre dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Selasa (12/8).
Direktur CDIA, Merly juga tak ketinggalan kereta. Ia tercatat membeli saham CDIA sebanyak 4 juta lembar di harga Rp 1.290 pada 24 Juli 2025 lalu. Dari sebelumnya tak memegang saham konglomerat Prajogo Pangestu itu, kini ia memiliki sebanyak 0,003% saham CDIA.
Lalu Direktur CDIA lainnya yakni Aggus Lukmanul Hakim juga ikut memborong saham. Ia membeli saham CDIA di harga Rp 1.290 sebanyak 1,5 juta saham pada 25 Juli 2025. Kini ia menggenggam sebanyak 0,001% saham CDIA.
Daftar Komposisi Kepemilikan Saham Per 31 Juli 2025
Chandra Daya Investasi
| No | Status Pemilik | Jumlah P.S. (Standar) | Jumlah Saham (Standar) | % Kepemilikan (Total) |
| 1 | Perorangan Indonesia | 363.053 | 3.472.383.100 | 2,7817 |
| 2 | Koperasi | 3 | 246.300 | 0,0002 |
| 3 | Yayasan | 2 | 26.200 | 0,00002 |
| 4 | Dana Pensiun | 2 | 2.045.900 | 0,00164 |
| 5 | Asuransi | 7 | 2.733.900 | 0,00219 |
| 6 | Perseroan Terbatas | 251 | 82.050.184.800 | 65,72987 |
| 7 | Reksadana | 2 | 173.600 | 0,00014 |
| 8 | Perorangan Asing | 157 | 101.830.200 | 0,08158 |
| 9 | Badan Usaha Asing | 15 | 39.199.750.700 | 31,40267 |
Chandra Asri Jual Saham CDIA
Tak hanya aksi beli, ada pula pemegang saham yang justru melego saham CDIA. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, tercatat menjual 29,54 juta lembar saham CDIA. Aksi ini menjadi sorotan karena dilakukan saat TPIA masih terikat kewajiban lock up selama 12 bulan sebagai pengendali CDIA usai penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).
Penjualan ini makin menarik perhatian karena dilakukan di tengah lonjakan harga saham CDIA yang sangat tajam. Sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) awal Juli 2025 dengan harga penawaran Rp 190, saham CDIA yang dijuluki “bayi naga” telah melonjak hingga 697,37%.
Adapun lock up saham adalah bentuk perjanjian atau ketentuan yang mencegah pihak tertentu menjual sahamnya selama jangka waktu tertentu setelah listing di bursa. Aturan ini biasanya berlaku untuk pemegang saham tertentu seperti pemegang saham pengendali, manajemen, atau investor awal.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 21 Juli 2025, kepemilikan TPIA di CDIA tercatat turun tipis dari 11.264.189.500 lembar saham (9,02%) menjadi 11.234.643.100 saham (9%). Dengan begitu, TPIA mengurangi kepemilikan sebanyak 29.546.400 saham atau setara 0,2% dari total saham beredar.
Transaksi jual TPIA dilakukan melalui PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. Jika mengacu pada harga saham CDIA saat itu di level Rp 1.215, maka nilai penjualan saham tersebut mencapai sekitar Rp 35,89 miliar.
Merujuk prospektus CDIA, sebanyak 60% atau 74,89 miliar saham milik TPIA dikunci selama 12 bulan pasca-IPO. Komitmen ini dituangkan dalam Surat Pernyataan TPIA No. 012/LCM-DOC/CAP/IV/2025 tertanggal 16 April 2025, sebagai bentuk kepatuhan terhadap Pasal 2 POJK No. 25/2017.
Selain TPIA, Phoenix Power sebagai pemegang saham besar lainnya juga menyatakan tidak akan mengalihkan 30% atau 37,44 miliar saham CDIA yang dimilikinya selama delapan bulan sejak IPO.
Berbeda dengan TPIA, sejumlah investor ritel yang menggenggam saham CDIA memilih menahan saham dan tidak menjualnya meski harga sempat turun setelah lepas dari statsu FCA.
Salah satu investor ritel, Seana Imam Pambudi (25) masih meyakini prospek pertumbuhan CDIA ke depan meski harga sahamnya kini tengah merosot. Menurutnya, fokus bisnis CDIA yang bergerak di sektor investasi infrastruktur ini menjanjikan dalam jangka panjang. Apalagi, baru-baru ini CDIA telah menambah dua kapal tanker kimia sebagai bagian dari ekspansi bisnisnya.
Seana yang sehari-hari bekerja di industri perbankan ini bahkan memprediksi perjalanan CDIA dapat seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Harga saham CUAN telah terbang hingga 5.807% sejak melantai di BEI.
“Mungkin bisa lebih (kenaikan harga saham CDIA) karena hype,” ucap Seana kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.
Ia pun menyatakan tidak berencana untuk menjual saham CDIA dalam waktu dekat. Ia justru telah menyiapkan dana tambahan sebesar Rp 150 juta untuk menambah kepemilikan saham tersebut dalam jangka panjang. Optimisnya didorong oleh beberapa faktor, mulai dari sosok Prajogo Pangestu yang berada di balik CDIA, peran underwriter, hingga potensi pertumbuhan bisnis yang dinilai masih sangat menjanjikan.
Prospek Saham CDIA
Pada perdagangan saham hari ini, Selasa (12/8) pukul 15.00 WIB, saham CDIA terpantau naik 1,32% ke Rp 1.535 per lembarnya. Saham CDIA pun masuk dalam jajaran saham dengan frekuensi tinggi. Saham CDIA diperdagangkan sebanyak 48.467 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 356 miliar.
Berdasarkan analisis teknikal Indonesia Investment Education (IIE), harga saham CDIA saat ini sedang membentuk pola konsolidasi atau base di kisaran Rp 1.500–Rp 1.540. Volume transaksi cenderung turun ketika harga melemah dan menunjukkan bahwa tekanan jual mulai mereda.
IIE merekomendasikan strategi buy on breakout jika harga penutupan menembus level Rp 1.560, atau buy on weakness dengan masuk di area Rp1.425–Rp1.450. Adapun target pricenya menuju Rp 1.690 dan Rp 1.890. “Stop loss di Rp 1.400 & Rp1.350,” demikian tertulis analisis IIE, Selasa (12/8).
Kinerja Usaha CDIA
Merujuk laporan keuangan enam bulan terakhir PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang merupakan induk usaha CDIA, pendapatan Chandra Daya pada semester I adalah US$ 62,91 juta atau setara Rp 1,03 triliun. Pendapatan ini terutama disumbangkan oleh penjualan lokal sebesar US$ 62,25 juta, naik 31,8% dibandingkan US$ 47,24 juta atau Rp 1,02 triliun pada semester pertama 2024.
Sementara penjualan infrastruktur ke luar negeri tercatat US$ 663 ribu atau Rp 10,94 miliar. Adapun pencatatan pendapatan dari ekspor belum ada pada tahun lalu.
Seiring dengan kinerja CDIA, TPIA yang merupakan induk usaha mencatatkan laba bersih pada semester pertama tahun ini mencapai US 1,6 miliar atau setara Rp 26 triliun, berbalik dibandingkan rugi US$ 46 juta pada periode yang sama tahun lalu. TPIA juga mencatatkan rugi pada kuartal I 2025 yang mencapai US$ 23,6 juta.
“Dengan bangga kami sampaikan capaian kami sepanjang paruh pertama tahun 2025. Dengan keberhasilan akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. (Aster) dari Shell pada 1 April 2025, kami berhasil mencatat laba bersih sebesar US$ 1,6 miliar," ujar Chief Financial Officer dan Direktur Perseroan Andre Khor dalam siaran pers, dikutip Jumat (1/8).
Andre Khor menjelaskan, kontributor utama kinerja laba TPIA berasal dari pencatatan keuntungan dari pembelian dengan harga rendah atau negative goodwill yang berasal dari akuisisi Aster pada April 2025. Aksi korporasi ini, menurut dia, tidak hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga memperkuat struktur keuangan TPIA.
"Akuisisi ini merupakan langkah besar dalam memperluas kehadiran regional Chandra Asri Group di sektor kimia, energi, dan infrastruktur, serta memberikan manfaat sinergi bagi Indonesia—mulai dari integrasi industri hingga peningkatan daya saing," kata dia.
