IHSG Terguncang, Sempat Turun 2% di Tengah Aksi Demo, Seberapa Luas Dampaknya?

Nur Hana Putri Nabila
29 Agustus 2025, 10:50
IHSG
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka terpantau anjlok pada perdagangan saham Jumat (29/8) pukul 10.19 WIB. Penurunan terjadi di tengah meluasnya aksi unjuk rasa yang berlangsung di Jakarta sejak Kamis (28/8). 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG anjlok 163 poin atau 2,05% ke level 7.789 pada pukul 10.23WIB. Padahal IHSG ditutup naik 15,91 poin atau 0,20% ke level 7.952 pada Kamis (28/8) kemarin dan sempat menyentuh level 8.022, tertinggi sepanjang sejarah secara intraday.  

Pengamat Pasar Modal sekaligus founder Republik Investor, Hendra Wardana, menyatakan penurunan IHSG mencerminkan meningkatnya kekhawatiran investor. Tekanan pasar kali ini lebih dipicu oleh kondisi domestik dibanding faktor global. 

Aksi massa yang terjadi di Jakarta dan beberapa daerah menjadi sentimen negatif karena menimbulkan ketidakpastian politik, sementara pasar modal sangat sensitif terhadap isu stabilitas.

“Begitu muncul potensi risiko keamanan, investor asing maupun domestik cenderung menahan diri, bahkan melepas portofolio untuk mengamankan posisi likuid,” kata Hendra dalam keterangannya, Jumat (29/8). 

Hendra menilai gejolak ini diperburuk oleh respons pemerintah yang dinilai kurang tepat. Alih-alih berkomunikasi langsung dengan masyarakat, pemerintah justru mengimbau work from home (WFH) bagi anggota DPR. Hal itu muncul persepsi bahwa pejabat lebih memilih menjauh daripada mendengar aspirasi. 

Ia menyebut padahal pasar membutuhkan sinyal stabilitas dan kepastian, dan dalam ekonomi, persepsi sering kali lebih berpengaruh daripada fakta. Tak hanya itu, Hendra mengatakan situasi ini juga menarik perhatian media internasional. 

Menurut Hendra, investor global memandang eskalasi ketidakpastian politik sebagai risiko sehingga mendorong aksi jual di pasar keuangan, termasuk IHSG yang tertekan dan nilai tukar rupiah yang fluktuatif.

Secara teknikal, IHSG kini mendekati area support di kisaran 7.800–7.840, yang diperkirakan menjadi penahan pertama bagi tekanan jual. Apabila IHSG bertahan di level ini, IHSG berpotensi konsolidasi, namun bila tembus, risiko koreksi lebih dalam terbuka.

“Oleh karena itu, banyak pelaku pasar saat ini memilih strategi defensif sembari menunggu kepastian arah kebijakan pemerintah,” ucap Hendra. 

Ke depannya, Hendra menyebut pemerintah perlu memberikan komunikasi yang jelas dan menenangkan pasar. Menurut Hendra, jika pemerintah mampu merangkul dan membuka dialog dengan masyarakat, pasar bisa merespons dengan lebih rasional dan tenang. 

Sebaliknya, jika ketidakpastian politik terus mengganggu psikologis investor, anjloknya IHSG sulit dihindari, meski fundamental ekonomi Indonesia tetap relatif kuat.

“Pasar selalu bekerja berdasarkan sentimen dan ekspektasi. Sekuat apa pun analisis fundamental yang ada, bila persepsi investor negatif, tekanan jual tetap terjadi. Karena itu, menjaga stabilitas sosial dan politik saat ini menjadi kunci untuk menahan pelemahan IHSG lebih dalam,” ucapnya. 

Senada,  Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebut IHSG dibuka melemah hari ini, terutama dipengaruhi aksi demonstrasi yang berlangsung belakangan ini. Kondisi politik dan keamanan domestik dinilai turut menekan IHSG secara signifikan. 

Selain itu, data historis menunjukkan bahwa kinerja IHSG pada bulan September selama lima tahun terakhir cenderung mengalami tren bearish.

“Namun Oktober hingga Desember bisa tergolong bullish (naik),” kata Nafan ketika dihubungi Katadata.co.id, Jumat (29/8). 

Melemahnya IHSG salah satunya disebabkan oleh turunnya saham milik adik Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) yang turun 5,21% atau 150 poin ke level 2.240. Tak hanya WIFI, saham milik konglomerat Tanah Air Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) merosot 2,30% atau 35 poin ke level 1.490.

Seluruh sektor yang ada di BEI berada di zona merah. Saham-saham bank berkapitalisasi besar terpantau ambruk. Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,90% atau 75 poin ke level 8.250.

Selanjutnya harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,45% atau 60 poin ke level 4.080, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terkoreksi 1,05% atau 50 poin ke level 4.720 dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terkoreksi 1,57% atau 70 poin ke level 4.390.

Selain itu, saham-saham yang tergabung dalam sektor industri dasar juga lesu. Saham pelat merah, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 0,34% atau 10 poin ke level 2.970, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) turun 1,47% atau 40 poin ke level 2.690, PT Vale indonesia Tbk (INCO) terkoreksi 2,37% atau 90 poin ke level 3.710 dan PT Timah Tbk (TINS) turun 0,99% atau 10 poin ke level 1.005.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...