Bangkitnya Saham Grup Bakrie BNBR, ENRG hingga VKTR, Ada Aksi Apa di Baliknya?

Karunia Putri
23 September 2025, 06:59
Bakrie
Dok. BNBR
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) telah menuntaskan kuasi reorganisasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Saham-saham Grup Bakrie mulai bangkit seiring dengan aksi korporasi yang dilakukan masing-masing emiten. Lonjakan harga saham tersebut terjadi berjamaah, menambah daya tarik bagi investor baru yang mulai melirik saham-saham grup tersebut.

Gurita bisnis milik keluarga Bakrie terus berkembang. Dari semula didirikan sebagai perusahaan perdagangan umum pada 1942, kini merambah ke sektor energi terbarukan termasuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) melalui PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR). Selama satu bulan terakhir, saham VKTR telah melesat 80,41%.

Sementara itu, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) sebagai induk usaha tak kalah bersemangat. BNBR baru saja menorehkan capaian baru dengan menyentuh level 58 pada perdagangan kemarin, Senin (22/9) sebagai level tertinggi selama satu tahun terakhir.  

Emiten sektor bisnis minyak dan gas (migas), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga mencatatkan rekor baru. Harga saham ENRG naik ke level 675 pada perdagangan kemarin, level tertinggi sejak lima tahun terakhir.

Tak ketinggalan, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) ikut bergerak positif di tengah reli harga emas dunia yang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Emiten tambang emas Grup Bakrie ini semakin mendapat sorotan setelah resmi masuk ke dalam konstituen indeks internasional Market Vector Global Gold Miners Index (MVGDX).

Di balik harga saham emiten-emiten Grup Bakrie yang tengah berkibar, ada sederet aksi korporasi yang menjadi faktor pendorong, apa saja itu?

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Akuisisi Tol Cibitung dari WSKT Lewat Anak Usaha

Induk usaha Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) baru saja mencaplok 90% saham PT Cimanggis Cibitung Tollways (CCT), operator jalan tol Cimanggis-Cibitung. Akuisisi tersebut dilakukan melalui anak usahanya, PT Bakrie Toll Indonesia (BTI) sebagai bagian dari rangkaian transaksi senilai Total Rp 9,4 triliun.

“BTI berencana untuk melakukan pengambilalihan atas PT Cimanggis Cibitung Tollways melalui pembelian atas objek transaksi,” tulis manajemen BNBR dalam pengumuman yang dikutip Selasa (5/8).

Selepas pengumuman tersebut, harga saham BNBR langsung ngacir dari semula level 26 pada 4 Agustus 2025, melesat ke level 58 pada perdagangan kemarin, Senin (22/9). Sejak awal tahun, harga saham BNBR telah naik 65,71%.

BNBR mengambil alih kepemilikan saham dari dua pemegang saham sebelumnya, yakni PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) sebesar 55% dan PT Waskita Toll Road, anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sebesar 35%.

Manajemen BNBR menilai tol Cimanggis-Cibitung sebagai aset strategis karena merupakan bagian dari jaringan Jakarta Outer Ring Road 2 (JORR 2) yang menghubungkan wilayah timur dan selatan Jakarta. Aksi korporasi tersebut dinilai sejalan dengan strategi transformasi BNBR ke sektor infrastruktur dan energi baru terbarukan.

Sederet Aksi Korporasi PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) 

Emiten sektor migas keluarga Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) gemar melakukan aksi korporasi sepanjang tahun ini. Dalam pengumuman terbaru, anak usaha ENRG, PT EMP Energi Riau baru saja merampungkan pengeboran sumur Kayuara-20 di Blok Kampar.

Dengan berhasilnya ladang cuan baru ENRG tersebut, perseroan diperkirakan akan mendapatkan tambahan produksi minyak yang semula sebesar 845 barel minyak per hari, menjadi lebih dari 1000 barel perhari dengan hadirnya sumur Kayuara-20 di Blok Kampar.

“Kami cukup optimis untuk dapat mencapai kenaikan produksi migas di tahun ini dari tahun sebelumnya,” tulis Direktur Utama ENRG, Syailendra Bakrie dalam keterangannya dikutip Selasa (23/9).

Tak hanya itu, beberapa aksi korporasi yang telah dilakukan perseroan belakangan diantaranya adalah menambah 25% partisipasi interest di Kontrak kerja sama Kangean dari Japan Petroleum Exploration Co., Ltd. (JAPEX). Aksi lainnya dengan membentuk kerja sama strategis bersama JAPEX untuk mempercepat pembangunan Blok Gas Gebang di Sumatera Utara.

ENRG juga menambah modal untuk menggarap aksi korporasi berupa penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMHETD) atau private placement.

Melalui aksi tersebut, ENRG  mengeluarkan sebanyak-banyaknya 1,17 miliar saham baru seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga pelaksanaan Rp 288 per saham.

Seiring dengan rentetan aksi korporasi tersebut, saham ENRG melesat 193,48% sejak awal tahun ke level 675 pada penutupan perdagangan kemarin. Level tersebut merupakan harga tertinggi yang dicapai ENRG selama lima tahun terakhir.

Energi Mega Persada merupakan perusahaan dalam konglomerasi Grup Bakrie yang bergerak di bidang hulu migas dan beroperasi di Indonesia dan Mozambik. Keluarga Bakrie menjadi pengendali ENRG lewat PT Shima Global Kapital dengan kepemilikan saham 15,9%. Pemegang saham mayoritas lainnya adalah PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) dengan kepemilikan 22,5%.

Berdasarkan pantauan Katadata, sejak akhir Mei, perseroan gencar melakukan berbagai aksi korporasi seperti menambah 25% partisipasi interest di Kontrak kerja Sama Kangean dari Japan Petroleum Exploration Co., Ltd. (JAPEX). Aksi lainnya dengan membentuk kerja sama strategis bersama JAPEX untuk mempercepat pembangunan Blok Gas Gebang di Sumatera Utara. 

Perseroan juga melaksanakan aksi korporasi untuk menambah modal usaha dengan melangsungkan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHETD) atau private placement. Melalui aksi tersebut, perseroan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 1,17 miliar saham baru Seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga pelaksanaan Rp 288 per saham.

Harta Karun PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) 

Perusahaan tambang emas Grup Bakrie PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) tengah naik daun, terkerek beberapa sentimen positif. Pertama, BRMS tengah mengembangkan proyek emas di Gorontalo melalui anak usahanya, PT Gorontalo Minerals (GM). Perusahaan ini dimiliki 80% oleh BRMS dan 20% oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). 

Saat ini, GM tengah melakukan eksplorasi di lokasi Sungai Mak dan Cabang Kiri. Perusahaan telah melaporkan estimasi sumber daya JORC sebesar 392 juta ton dengan setiap tonnya rata-rata mengandung 0,43 gram emas dan 0,49% tembaga di beberapa lokasi, termasuk Sungai Mak, Cabang Kiri, Kayu Bulan, dan Motomboto. 

Izin konstruksi dan produksi GM disetujui sejak Februari 2019 dengan masa konstruksi tiga tahun dan periode produksi 30 tahun hingga 2052. Sebelumnya, BRMS telah menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman senilai Rp 2 triliun (sekitar US $121 juta) dari konsorsium bank yang dipimpin oleh Bank Mega. 

Salah satu tujuan fasilitas pinjaman tersebut digunakan untuk mendanai pembangunan proyek tambang emas bawah tanah di Palu serta pengeboran eksplorasi tambahan di Gorontalo. Aktivitas pengeboran eksplorasi di Gorontalo ditujukan untuk menambah cadangan dan sumber daya mineral perusahaan ke depan. Produksi emas di Gorontalo diperkirakan akan dimulai pada semester II tahun 2026 seiring dengan selesainya fasilitas pabrik pengolahan emas di sana. 

Belakangan, saham BRMS sering diborong investor asing setelah emiten ini menjadi konstituen indeks internasional Market Vector Global Gold Miners Index (MVGDX). Tak hanya itu, sentimen positif tambahan datang dari kenaikan harga emas spot yang terus mencetak rekor. Logam mulia semakin diburu investor sebagai aset aman (safe haven) di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Saham BRMS naik 79,30% sejak awal tahun ke level 610 pada penutupan perdagangan kemarin. Pada perdagangan Jumat (19/9), saham BRMS menyentuh level tertinggi sejak lima tahun terakhir, yakni di level 650.

PKPU Balik Rugi Jadi Laba, Saham PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) Berkibar

Emiten media milik keluarga Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) melaporkan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) senilai Rp 1,27 triliun. Kontribusi PKPU inilah mampu membalikkan kinerja keuangan VIVA dari rugi menjadi laba.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, tercatat laba bersih sebesar Rp 1,19 triliun pada semester pertama 2025, berbanding terbalik dengan rugi perseroan pada periode yang sama tahun 2024 lalu senilai Rp 721,31 miliar.

Manajemen VIVA menyampaikan, pada 2026 perseroan menargetkan memulai strategi investasi untuk mengembangkan bisnis, terutama di sektor digital. 

“Walaupun industri televisi free-to-air mengalami tren penurunan, kami melihatnya sebagai leverage untuk mendukung pertumbuhan dan diversifikasi bisnis ke depannya,” tulis manajemen dalam keterangan resmi.

VIVA juga membuka peluang untuk membagikan dividen di masa depan, apabila pemegang saham menyetujui hal tersebut dan perseroan memperoleh laba pada tahun buku 2025.

Selain restrukturisasi, kinerja VIVA pada tahun lalu turut ditopang euforia pemilu presiden dan pilkada serentak. Momen tersebut mendongkrak pendapatan televisi berita dari iklan kampanye, liputan politik hingga kebutuhan distribusi informasi publik.

Hingga akhir 2025, perseroan menargetkan memperkuat struktur keuangan pasca restrukturisasi dan melanjutkan program efisiensi. Pada lini digital, strategi diarahkan pada optimalisasi aset yang ada guna menekan biaya produksi, sehingga tidak bergantung pada pembuatan konten baru dalam jumlah besar.

Sejalan dengan kinerja keuangan, saham VIVA ikut berkibar. Sejak awal tahun, harga saham melonjak 650%, dari Rp 6 pada 2 Januari 2025 menjadi Rp 45 pada perdagangan kemarin.

PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) Bangun Pabrik di Magelang Lewat Anak Usaha

Emiten lainnya di Grup Bakrie yang mengalami lonjakan harga saham adalah, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR). Lonjakan harga saham VKTR terjadi usai mengumumkan peresmian fasilitas perakitan bus dan truk listrik berbasis Completely Knocked Down (CKD) pertama di Indonesia. Pabrik tersebut dibangun melalui anak usaha, PT VKTR Sakti Industries (VKTS), di Magelang, Jawa Tengah.

Manajemen menyebut fasilitas ini menjadi pionir dalam industri otomotif nasional. Pembangunan dimulai sejak Februari 2024 dan selesai pada akhir tahun lalu. Saat ini, pabrik tersebut sudah mampu merakit kendaraan listrik dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) lebih dari 40% untuk kategori bus.

Fasilitas yang memiliki kapasitas produksi hingga 3.000 unit per tahun ini diproyeksikan menjawab kebutuhan pasar kendaraan listrik komersial dalam negeri yang terus meningkat. Beberapa mitra strategis telah melakukan pemesanan, seperti Transjakarta melalui operator Damri. Selain itu, unit bus listrik VKTR juga telah beroperasi bersama Sinarjaya dan Mayasari Bakti.

Ke depan, perseroan menargetkan peningkatan TKDN secara bertahap hingga di atas 60%. VKTR juga berencana memperluas lini produksi dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok kendaraan listrik global.

Adapun saham VKTR telah naik 34,62% sejak awal tahun ke level 175 pada perdagangan kemarin. Angka tersebut merupakan level tertinggi yang disentuh perseroan sepanjang tahun ini.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...