Rencana Besar di Balik Lonjakan Saham Afiliasi Happy Hapsoro CBRE Melejit 6.500%

Karunia Putri
7 Oktober 2025, 07:03
Apa Itu Investasi Saham
Pexels
Apa Itu Investasi Saham
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga saham emiten terafiliasi suami ketua DPR RI Puan Maharani, Happy Hapsoro, yakni PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) melesat lebih dari 6.500% sejak awal tahun. Dengan lonjakan harga saham yang tinggi, emiten ini kini menjadi sorotan investor di pasar modal.

Hubungan afiliasi tersebut muncul karena keterkaitan korporasi antara Hapsoro melalui PT Basis Utama Prima dengan jaringan emiten yang bersinggungan dengan CBRE. Meski begitu, Hapsoro bukanlah pengendali CBRE. 

Bila menilik profil perusahaan, Suganto Gunawan tercatat sebagai penerima manfaat akhir (ultimate beneficial owner) dan saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama CBRE. Suganto juga merupakan pemilik PT Omudas Investment, pengendali CBRE dengan kepemilikan 61,13%.

Berdasarkan prospektus IPO CBRE, Suganto Gunawan menjabat sebagai Komisaris Utama, Suwito selaku Komisaris, dan Rivolinggo Pamudji selaku Komisaris Independen. Lebih lanjut, keterkaitan anggota dewan komisaris CBRE dengan Happy Hapsoro bersumber dari emiten jaringan hotel PT Red Planet Tbk (PSKT), di mana Suwito menjabat sebagai Direktur Utama. PSKT sendiri dikendalikan oleh PT Basis Utama Prima yang 40% sahamnya dipegang oleh Happy Hapsoro.

Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham CBRE kembali menyentuh auto reject atas (ARA) dua hari berturut-turut. Pada perdagangan Senin (6/10), saham CBRE ditutup naik 24,88% ke level Rp 1.255 per saham, harga tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH). Sejak awal tahun, harga sahamnya telah melonjak 6.505% dari Rp 19 pada 2 Januari 2025.

Rencana Besar CBRE

Lonjakan harga ini terjadi setelah CBRE mengumumkan rencana ekspansi bisnis besar-besaran, termasuk penambahan armada kapal yang akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 27 Oktober 2025.

Merujuk keterbukaan informasi perseroan ke BEI, terdapat tiga agenda utama dalam rapat penting itu. Pertama, persetujuan pembelian armada kapal baru untuk pengembangan usaha, dikategorikan sebagai Transaksi Material sesuai POJK No. 17/2020 kepada para pemegang sahamnya.

Kedua, penerbitan promissory note kepada pihak ketiga sebagai mekanisme pembayaran pembelian armada. Ketiga adalah perubahan kegiatan usaha perseroan, termasuk revisi anggaran dasar dan pembahasan studi kelayakan.

Sementara itu, sebelumnya, CBRE telah mengumumkan rencana akuisisi kapal pipe-laying & lifting vessel senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun dari Hilong Shipping Holding, anak usaha Hilong Holding Limited. Akuisisi ini akan mengubah model bisnis CBRE yang semula fokus pada kapal tunda dan tongkang menjadi penyedia jasa kapal lepas pantai (offshore vessel).

Perubahan tersebut juga akan menggeser sumber pendapatan perusahaan ke dalam denominasi dolar AS yang berpotensi meningkatkan laba bersih secara signifikan.

Aksi tersebut akan memperluas kegiatan usahanya ke layanan penunjang kegiatan lepas pantai, seperti pemasangan pipa bawah laut (pipe laying), dukungan pembangunan pembangkit listrik tenaga laut (offshore wind farm) hingga konstruksi kelautan lainnya.

Menurut manajemen CBRE, langkah ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan infrastruktur energi laut, baik di sektor minyak dan gas (migas) maupun energi terbarukan.

Perseroan menilai segmentasi usaha ini memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang yang menarik, margin keuntungan yang lebih menarik, serta memiliki peluang kemitraan strategis dengan kontraktor EPC dan operator energi besar baik secara nasional maupun internasional,” kata manajemen CBRE dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Selasa (7/10).

Untuk mendukung diversifikasi tersebut, CBRE berencana menambah KBLI 52229 (Aktivitas Penunjang Angkutan Perairan Lainnya) agar dapat secara resmi menjalankan kegiatan baru itu sesuai ketentuan peraturan perundangan. Kegiatan baru tersebut diproyeksikan mulai berjalan pada kuartal pertama 2026.

Di tengah aksi besar CBRE, emiten ini disebut-sebut sedang mengincar posisi dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Small Cap. Masuk ke indeks bergengsi itu akan membuka peluang besar bagi saham CBRE masuk ke radar dana pasif dan manajer investasi global.

Dengan kapitalisasi pasar Rp 4,56 triliun, CBRE sebenarnya sudah memenuhi sebagian syarat. Namun, free float kapitalisasi pasar perusahaan masih di bawah ambang batas MSCI sebesar US$ 161 juta. Agar bisa memenuhi ketentuan itu tanpa menambah free float, harga saham CBRE perlu reli hingga sekitar Rp 3.000 per saham.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...