Raharja Cepu (RATU) Buka Opsi Cari Dana, Saham Happy Hapsoro Menuju Rp 10.575?
Saham milik suami Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani, Happy Hapsoro, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) sudah melonjak 79,46% dalam sebulan terakhir. Tak hanya itu, pada perdagangan saham hari ini, Jumat (10/10) pukul 15.03 WIB sahamnya melonjak 13,20% ke Rp 10.025 dan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 27,22 triliun.
Seiring dengan kenaikan itu, manajemen RATU melaporkan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) perihal volatilitas transaksi efek perusahaan. Direktur Raharja Energi Cepu, Adrian Hartadi, mengatakan Perseroan tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu yang dapat mempengaruhi harga efek perusahaan.
Menanggapi pertanyaan Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait rencana aksi korporasi dalam waktu dekat, termasuk yang dapat berdampak pada pencatatan saham dalam tiga bulan ke depan, Adrian menjelaskan perseroan terus melakukan kajian terhadap berbagai opsi pendanaan dan pengembangan bisnis. Langkah tersebut mencakup kemungkinan penerbitan efek bersifat utang maupun bentuk aksi korporasi lainnya yang dinilai mendukung strategi pertumbuhan perusahaan.
“Namun hingga saat ini belum terdapat keputusan atau rencana aksi korporasi yang bersifat material dan wajib diungkapkan kepada publik,” ucap Adrian dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Jumat (10/10).
Katalis Kuat Raharja Energi Cepu (RATU
Seiring dengan pengumuman terbaru perusahaan, Phintraco Sekuritas memproyeksikan RATU memiliki katalis kuat berkat terlibatnya dalam dua aset hulu strategis nasional, yakni Blok Cepu dan Blok Jabung. Melalui kepemilikan participating interest (PI) sebesar 2,24% di Blok Cepu melalui PT Petrogas Jatim Utama Cendana (PJUC) dan PI 8% di Blok Jabung melalui PT Raharja Energi Tanjung Jabung, RATU mendapatkan eksposur terhadap dua lapangan minyak dengan tingkat produksi tinggi dan umur operasi yang panjang.
Selain itu, proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) di Blok Cepu menjadi katalis tambahan bagi kinerja RATU. Proyek ini merupakan bagian dari upaya optimalisasi lapangan Banyu Urip untuk mengakses lapisan reservoir klastik yang sebelumnya belum tergarap oleh sumur yang ada.
Adapun pengeboran dimulai pada 2023 lalu dengan total tujuh sumur dan berhasil diselesaikan lebih cepat dari jadwal. Sumur pertama (B-13) bahkan mulai berproduksi pada awal 2024 dengan capaian awal sekitar 13,3 ribu barel per hari, melampaui ekspektasi awal dari SKK Migas.
“Keberhasilan BUIC tidak hanya memperpanjang umur produksi Banyu Urip hingga lebih dari 2030, tetapi juga menambah volume lifting nasional secara signifikan,” demikian tertulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, dikutip Jumat (10/10).
Phintraco Sekuritas juga menilai pasca IPO, kinerja RATU menunjukkan fundamental solid. Hal ini tercermin dari keputusan perusahaan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp 108 miliar pada 2025.
Proyek dan aset andalan RATU ada Blok Cepu, Lapangan Banyu Urip (Jawa Timur) yang menjadi salah satu kontributor terbesar terhadap produksi minyak nasional. Kemudian ada Blok Jabung (Jambi) yang memiliki 12 lapangan aktif yang memproduksi minyak, gas, dan kondensat, dengan potensi operasi lebih dari 30 tahun.
Di sisi lain, pemerintah tengah mendorong pencapaian target 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030. Program ini menekankan optimalisasi lapangan eksisting, termasuk Blok Cepu, yang menjadi katalis positif (tailwind) bagi pemegang participating interest (PI) seperti RATU.
Juga ada kebijakan dan insentif kontrak PSC yang lebih menarik. Beberapa di antaranya adalah penyesuaian skema gross split serta insentif eksplorasi juga turut meningkatkan keekonomian lapangan brownfield, mendorong keberlanjutan produksi dan daya tarik investasi di sektor hulu migas.
“Dengan menggunakan metode relative valuation dan pendekatan EV/EBITDA, kami memperkirakan potensi fair value saham RATU sebesar Rp 10.575 dengan potensial upside 41.00%,” ujar Phintraco Sekuritas.
