Mengintip Prospek Saham Indokripto (COIN) di Tengah Lompatan Harga Kripto

Karunia Putri
13 Oktober 2025, 16:21
saham
PT Indo Kripto Semesta Tbk (COIN)
PT Indo Kripto Semesta Tbk (COIN)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pasar aset kripto kembali menggeliat pada perdagangan hari ini setelah sempat tertekan pada akhir pekan lalu. Namun di tengah penguatan harga aset digital global ini, saham emiten bursa kripto Indonesia, PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) justru terkoreksi.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia pada perdagangan Senin (13/10) pukul 14.11 WIB, harga saham COIN turun 3,64% atau 140 poin ke level 3.460. Meski melemah dalam jangka pendek, saham COIN masih mencatat kenaikan signifikan 59,45% dalam sebulan terakhir.

Sementara itu, mengacu pada data aplikasi perdagangan kripto pukul 14.20 WIB, harga Bitcoin naik 2,17% ke Rp 1,93 miliar dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 38,10 triliun. Ethereum melonjak 7,68% ke Rp 69,88 juta, BNB naik 14,10% ke Rp 22,44 juta, Ripple naik 8,53% ke Rp 43,83 ribu Solana menguat 7,29% ke Rp 3,31 juta.

Lantas bagaimana kenaikan harga kripto mengerek harga saham COIN?

Korelasi Harga kripto dan Saham COIN

Co-Founder T.R.A.D.E Squad Afid Sugiono menjelaskan, kinerja saham COIN memiliki korelasi kuat dengan pergerakan harga dan volume transaksi aset kripto.

“Bisnis COIN sangat bergantung pada aktivitas perdagangan aset digital. Setiap kali volume transaksi meningkat, pendapatan perusahaan ikut terdorong, dan biasanya harga sahamnya pun menguat,” kata Afid kepada Katadata.co.id pada Senin (13/10).

Menurutnya, reli harga kripto yang tengah berlangsung masih bisa berlanjut dan memberikan dampak positif bagi COIN. Dia mengatakan, kika reli pasar kripto terus berlanjut, COIN berpotensi besar untuk terus naik.

Afid menambahkan, bila dibandingkan dengan rekor tertinggi atau all time high (ATH) Bitcoin di level US$ 126.232, harga saat ini yang berada di kisaran US$ 114.620 masih memiliki ruang kenaikan sekitar 10%. Dengan begitu, kenaikan harga COIN sebesar 10–20% masih realistis karena fundamentalnya sangat erat dengan pasar aset kripto.

“Banyak investor ritel yang tidak menginginkan eksposur langsung terhadap aset kripto dan menjadikan COIN sebagai alternatif berinvestasi, tetapi mereka belum mendominasi pemegang saham utam, sebagian besar kepemilikan masih di tangan institusi besar,” kata Afid.

Ia menekankan, selama narasi hype di pasar kripto masih kuat, saham COIN bisa terus naik, meski sifatnya cenderung spekulatif dan sensitif terhadap perubahan sentimen.

Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai, pergerakan COIN tetap harus dicermati secara hati-hati. Nafan menjelaskan, prospek COIN sebenarnya tergantung pada keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar kripto. Saat ini memang sedang terjadi rally, tapi kondisi sudah mulai overbought

“Karena itu, saya lebih memilih untuk tidak memberi rekomendasi (not rated) untuk COIN,” kata Nafan.

Ia menambahkan, jika reli kripto berhenti, maka saham COIN juga berpotensi terkena sentimen negatif. Di samping itu, dia menjelaskan, pasar kripto mempunyai risiko lebih tinggi dibanding pasar saham. Tapi volatilitasnya yang tinggi juga bisa menjadi peluang bagi investor dengan profil risiko agresif.

Dari sisi global, harga kripto sempat anjlok pada Jumat (10/10) waktu AS setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan baru menaikkan tarif impor terhadap produk asal Cina hingga 100%, serta membatasi ekspor perangkat lunak kritis.

Langkah tersebut memicu ketegangan baru dalam hubungan dagang kedua negara, setelah Cina membatasi ekspor mineral tanah jarang. Akibatnya, Bitcoin sempat turun 8,4% ke US$ 104.782, sementara Ethereum melemah 5,8% ke US$ 3.637. Tekanan juga menjalar ke pasar saham global, dengan indeks S&P 500 turun lebih dari 2% pada perdagangan Jumat itu.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...