Saham BBCA Sempat Sentuh Titik Terendah dalam 3 Tahun Terakhir di Level Rp 7.250

Nur Hana Putri Nabila
14 Oktober 2025, 14:52
IHSG, BBCA, saham BCA, saham BBCA
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/wpa.
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sempat menyentuh level terendah dalam tiga tahun terakhir di level Rp 7.250 pada perdagangan hari ini. Sepanjang tahun ini, harga saham BBCA turun hingga 25%.

Berdasarkan perdagangan saham, Selasa (14/10) saham BBCA rontok 1,02% ke Rp 7.250 pukul 14:03 WIB. Secara year to date (ytd) BBCA telah merosot hingga 25,06% dan secara mingguan juga turun 8,52%. 

Harga saham BBCA  sempat menyentuh level tertingginya atau all time high (ATH) di Rp 10.950 pada 23 September 2024 lalu. Jika dibandingkan dengan rekor harga tersebut, saham BBCA saat ini telah anjlok mencapai 33%. 

Meski begitu, Senior Market Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta sebelumnya masih melihat peluang kenaikan harga saham BBCA secara teknikal. Ia mematok target pertama harga saham BBCA berada di level Rp 8.100, lalu kedua di Rp 8.250, dan target harga ketiga di Rp 11.550. Sedangkan area support saham BBCA akan berada di Rp 7.825 dan Rp 7.550.

Akankah Bernasib Seperti UNVR?

Harga saham BBCA awal tahun ini masih berada di level 9.000. Namun setelah itu gerak sahamnya bergerak turun hingga di bawah Rp 8.000.

Fonemone ini sempat membuat sejumlah investor berspekulasi bahwa saham BBCA akan terus mengalami penurunan seperti yang pernah dialami saham fundamental lainnya yang sempat menjadi primadona di pasar modal yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).  

Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi  melihat, saham BBCA tidak akan senasib dengan UNVR. Apalagi, performa kinerja keuangan BBCA pada semester pertama 2025 masih mencatatkan pertumbuhan. 

“Dan tekanan di saham lebih disebabkan aksi jual asing yang juga dipengaruhi faktor eksternal bukan hanya dari emitennya saja,” ucap Audi kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu. 

Jika menilik performa kinerja keuangannya hingga semester pertama 2025, BBCA meraup laba bersih mencapai Rp 29 triliun pada semester pertama 2025, naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 26,9 triliun. Kinerja laba BCA ditopang oleh penyaluran kredit  yang tumbuh 12,9% menjadi Rp 959 triliun per Juni 2025. 

Pertumbuhan kredit BCA, terutama ditopang oleh segmen korporasi yang tumbuh 16,1% mencapai Rp 451,8 triliun per Juni 2025. Kredit komersial naik 12,6% menjadi Rp 143,6 triliun dan kredit UKM meningkat 11,1% YoY hingga Rp127 triliun. 

Sementara itu, kredit konsumer tumbuh lebih lambat dibandingkan segmen lainnya, sebesar 7,6% menjadi Rp 226,4 triliun. Kredit Pemilikan Rumah atau KPR yang mendominasi kredit konsumer masih tumbuh 8,4% menjadi Rp 137,6 triliun, sedangkan kredit kendaraan bermotor (KKB) tumbuh 5,2% Rp 65,4 triliun. 

Selain itu, outstanding pinjaman segmen konsumer lainnya (sebagian besar kartu kredit) juga tumbuh 9,4% mencapai Rp23,4 triliun. Adapun kualitas pinjaman BCA terjaga solid, tercermin dari rasio loan at risk (LAR) 5,7% pada semester I 2025, membaik dari 6,4% pada tahun sebelumnya. 

Rasio nonperforming loan (NPL) berada di level 2,2%. Pencadangan NPL dan LAR  juga memadai, masing-masing 167,2% dan 68,7%. BCA juga mencatat penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan naik 21,1% menyentuh Rp 239,7 triliun per Juni 2025, setara 24,9% dari total portofolio pembiayaan. 

Seiring dengan itu, BBCA juga rajin membagikan dividen jumbo setiap tahun kepada pemegang sahamnya. BBCA sebelumnya membagikan dividen tunai Rp 300 per saham yang setara Rp 37 triliun untuk tahun buku 2024. 

Rasio dividen yang dibagikan oleh BBCA yaitu 67,4% dari laba sepanjang 2024 yang senilai Rp 54,8 triliun. Dalam RUPST, dividen tunai dibagikan senilai Rp 250 per saham. Sebelumnya, BBCA telah membagikan dividen interim untuk tahun buku 2024 sebesar Rp 50 per saham pada Desember 2024 atau Rp 6,16 triliun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...