Sentimen Hapsoro dan Andry Hakim Warnai Gerak Saham CBRE, Cek Rencana Bisnisnya

Karunia Putri
16 Oktober 2025, 15:40
Kapal milik PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE)
PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE)
Kapal milik PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) tengah mencuri perhatian investor pasar modal. Dalam satu pekan terakhir, harga sahamnya naik-turun secara signifikan seiring dengan kabar orang besar yang ada di dalamnya.

Harga saham CBRE sempat ambruk lebih dari 14% dua hari berturut-turut setelah emiten pengusaha Happy Hapsoro, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) menyatakan tidak memiliki hubungan kepemilikan, afiliasi maupun kerja sama bisnis dengan CBRE. 

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia, harga saham CBRE anjlok 14,68% atau 215 poin pada perdagangan Senin (13/10) dan jeblok 14,80% atau 185 poin sehari setelahnya.  Padahal sebelumnya, harga saham CBRE sempat menyentuh auto reject atas (ARA) tiga hari berturut-turut karena dihubungkan dengan suami ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani itu.

Usai ambruk beberapa hari, harga saham CBRE kembali menyentuh ARA dalam dua hari terakhir. Lompatan harga saham CBRE terjadi setelah investor sekaligus pendiri Stockwise, Andry Hakim muncul sebagai pemegang saham lebih dari 5% di CBRE. 

Adapun pada perdagangan hari ini, harga saham CBRE menembus ARA dengan kenaikan 24,81% atau 330 poin ke level 1.660. Kemarin, harga saham CBRE juga melompat ke batas ARA dengan kenaikan 24,88% atau 265 poin.

Investor yang sering memberikan analisanya di siaran YouTube Leon Hartono tersebut tercatat memborong lebih 109.90 juta di harga Rp 750 per saham. Transaksi tersebut terjadi di 10 Oktober 2025. Sehingga, apabila dikalkulasikan, Andry merogoh kocek sebesar Rp 82,43 miliar untuk mengoleksi saham CBRE.

“Tujuan transaksi adalah investasi dengan status kepemilikan langsung,” seperti yang tertulis dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Kamis (16/10).

Sehingga saat ini, Andry Hakim menggenggam sebanyak 226.903.374 saham CBRE atau sebanyak 5% dari total saham yang beredar. Dalam unggahan Instagram pribadinya @andryhakim, ia menyatakan kepemilikan 5% dalam CBRE merupakan investasi untuk memperoleh dividen dan bergabung ke bisnis minyak dan gas.

“Kepemilikan 5% saya di CBRE gak akan saya jual ke retail. Saya mau keep untuk main dividen dan bergabung ke bisnis oil dan gas. (Karena ke depan pendapatan perusahaan akan dalam bentuk USD),” katanya dalam unggahan Instagram dikutip Kamis (16/10).

Lantas seperti apa rencana bisnis CBRE ke depannya?

Rencana Besar CBRE

Bila menilik gerak saham CBRE, harga saham emiten ini mulai mengalami lonjakan setelah CBRE mengumumkan rencana ekspansi bisnis besar-besaran, termasuk penambahan armada kapal yang akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 27 Oktober 2025. 

Merujuk keterbukaan informasi perseroan ke BEI, terdapat tiga agenda utama dalam rapat penting itu. Pertama, persetujuan pembelian armada kapal baru untuk pengembangan usaha, dikategorikan sebagai Transaksi Material sesuai POJK No. 17/2020 kepada para pemegang sahamnya.

Kedua, penerbitan promissory note kepada pihak ketiga sebagai mekanisme pembayaran pembelian armada. Ketiga adalah perubahan kegiatan usaha perseroan, termasuk revisi anggaran dasar dan pembahasan studi kelayakan. 

Sementara itu, sebelumnya, CBRE telah mengumumkan rencana akuisisi kapal pipe-laying & lifting vessel senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun dari Hilong Shipping Holding, anak usaha Hilong Holding Limited. Akuisisi ini akan mengubah model bisnis CBRE yang semula fokus pada kapal tunda dan tongkang menjadi penyedia jasa kapal lepas pantai (offshore vessel). 

Perubahan tersebut juga akan menggeser sumber pendapatan perusahaan ke dalam denominasi dolar AS yang berpotensi meningkatkan laba bersih secara signifikan. Aksi tersebut akan memperluas kegiatan usahanya ke layanan penunjang kegiatan lepas pantai, seperti pemasangan pipa bawah laut (pipe laying), dukungan pembangunan pembangkit listrik tenaga laut (offshore wind farm) hingga konstruksi kelautan lainnya. 

Menurut manajemen CBRE, langkah ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan infrastruktur energi laut, baik di sektor minyak dan gas (migas) maupun energi terbarukan.

“Perseroan menilai segmentasi usaha ini memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang yang menarik, margin keuntungan yang lebih menarik, serta memiliki peluang kemitraan strategis dengan kontraktor EPC dan operator energi besar baik secara nasional maupun internasional,” kata manajemen CBRE dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Selasa (7/10). 

Untuk mendukung diversifikasi tersebut, CBRE berencana menambah KBLI 52229 (Aktivitas Penunjang Angkutan Perairan Lainnya) agar dapat secara resmi menjalankan kegiatan baru itu sesuai ketentuan peraturan perundangan. Kegiatan baru tersebut diproyeksikan mulai berjalan pada kuartal pertama 2026. 

Di tengah aksi besar CBRE, emiten ini disebut-sebut sedang mengincar posisi dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Small Cap. Masuk ke indeks bergengsi itu akan membuka peluang besar bagi saham CBRE masuk ke radar dana pasif dan manajer investasi global. Dengan kapitalisasi pasar Rp 4,56 triliun, CBRE sebenarnya sudah memenuhi sebagian syarat. 

Namun, free float kapitalisasi pasar perusahaan masih di bawah ambang batas MSCI sebesar US$ 161 juta. Agar bisa memenuhi ketentuan itu tanpa menambah free float, harga saham CBRE perlu reli hingga sekitar Rp 3.000 per saham




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...