5 Fakta IPO Emiten Logistik Pelayaran Jaya (PJHB), Incar Rp 154 M Cek Prospeknya
Emiten transportasi dan logistik PT Pelayaran Jaya Hidup Baru Tbk dengan kode ticker PJHB bakal mencatatkan perdana umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menjelang sisa akhir 2025 ini, perusahaan dijadwalkan akan melantai di BEI pada 5 November 2025 mendatang. Adapun yang menjadi pelaksana emisi efek yakni PT Pilarmas Investindo Sekuritas.
PJAB merupakan perusahaan yang bergerak di bidang angkutan laut perairan pelabuhan dalam negeri untuk barang berupa alat berat dan kontainer. PJHB menggunakan kapal jenis Landing Craft Tank (LCT) serta menyediakan jasa pengangkutan alat berat sejak tahun 2008.
Sejak berdiri, perusahaan terus melakukan ekspansi dan pengembangan usaha demi memenuhi kebutuhan berbagai layanan kargo. PJHB melayani pengangkutan alat berat untuk industri minyak dan gas, pertambangan, serta perkebunan, seperti dump truck, excavator, wheel loader, bulldozer, trafo, dan derek.
Selain itu, perusahaan juga menangani pengiriman mesin pabrik dan pembangkit listrik, termasuk boiler, pipa, transformator PLN, generator, dan tanker. Hingga kini, Perseroan mengoperasikan lima unit kapal dengan kapasitas angkut antara 1.300 hingga 2.500 metrik ton.
Perseroan menyediakan layanan angkutan laut untuk pengiriman barang seperti alat berat dan kontainer melalui dua jenis jasa, yaitu freight charter dan time charter. Layanan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan logistik pelanggan di berbagai wilayah Indonesia.
Armada kapal Perseroan beroperasi di sejumlah rute strategis yang mencakup Pulau Jawa (Jakarta, Surabaya, dan Lamongan), Pulau Kalimantan (Samarinda, Sangatta, Senyiur, Melak, Suaran, Lati, Berau, Banjarmasin, Sungai Puting, dan Kelanis), Pulau Sulawesi (Morowali dan Halmahera Weda), Pulau Nusa Tenggara (Benete), serta Pulau Papua (Sorong).
Lalu apa saja hal penting yang perlu diketahui investor seputar IPO Pelayaran Jaya Hidup Baru? Berikut fakta yang dirangkum Katadata.co.id.
5 Fakta IPO Pelayaran Jaya Hidup Baru
Tawarkan Harga Rp 310–Rp 330 per Saham
Dalam gelaran IPO, PJHB bakal berencana melepas maksimal 480 juta saham baru atau setara dengan 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Setiap saham memiliki nilai nominal Rp 50 dengan harga penawaran di rentang antara Rp 310 hingga Rp 330 per saham. Dari aksi ini, perusahaan berpotensi meraup dana hingga Rp 158,4 miliar.
Bersamaan dengan IPO, perusahaan juga akan menerbitkan maksimal 240 juta Waran Seri I, atau sekitar 16,67% dari total saham disetor penuh. Waran ini diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi investor baru yang tercatat pada tanggal penjatahan. Setiap dua saham baru yang diperoleh investor akan memberikan satu Waran Seri I, yang dapat digunakan untuk membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 330 per saham.
Waran Seri I dilaksanakan mulai 4 Mei 2026 hingga 4 November 2026, dengan total mencapai Rp 79,2 miliar.
Rencana Usai IPO
Seluruh dana yang diperoleh dari IPO akan dialokasikan sepenuhnya untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk pembangunan tiga unit kapal baru berjenis Landing Craft Tank (LCT) dengan total Rp 153,40 miliar.
Pembangunan tiga kapal LCT baru ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas operasional dan memenuhi permintaan pengangkutan alat berat serta kontainer dari para klien. Dalam prosesnya, perseroan bekerja sama dengan perusahaan galangan kapal non-afiliasi yang telah berpengalaman dan pernah bermitra sebelumnya, yaitu PT Untung Brawijaya Sejahtera untuk pembangunan kapal, serta PT Untung Brawijaya Sejahtera dan PT Adiluhung Saranasegara Indonesia untuk kegiatan docking.
Berdasarkan prospektusnya, urgensi pembangunan tiga unit kapal untuk mendukung rencana bisnis Perseroan kedepannya dimana seluruh armada kapal yang dimiliki Perseroan saat ini utilisasi terpakai sudah maksimum sehingga perlu adanya kapal baru.
Selain itu, pembangunan tiga kapal sekaligus untuk memastikan PJAB memiliki lead time pembangunan kapal yang terukur sehingga target kedepannya bisa tercapai. Dengan adanya kapal baru dilengkapi dengan teknologi terbaru maka dapat meningkatkan kepercayaan pasar pada kualitas layanan perseroan.
Susunan Permodalan dan Pemegang Saham Usai IPO
Setelah seluruh saham PJHB terjual dalam IPO, struktur permodalan dan susunan pemegang saham perseroan mengalami perubahan.
Modal dasar perusahaan tetap sebesar 4 miliar saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham atau setara dengan Rp 200 miliar. Setelah IPO, modal ditempatkan dan disetor meningkat dari 1,44 miliar saham menjadi 1,92 miliar saham, dengan total nilai nominal Rp 96 miliar. Sementara itu, jumlah saham dalam portepel menjadi 2,08 miliar saham atau setara dengan Rp 104 miliar.
Dari sisi kepemilikan, Hero Gozali menjadi pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 720 juta saham atau 37,50% dan Adelia Aryni Setyawan (Mey Man) memiliki 244,8 juta saham atau 12,75%.
Sedangkan Go Sioe Bie, Nixen Samuel Gozali, dan Nisien Imanuella Gozali masing-masing memegang 144 juta saham atau sekitar 7,50%. Monica Chandrasa tercatat memiliki 43,2 juta saham atau 2,25%, dan masyarakat memiliki 480 juta saham atau 25% dari total saham setelah IPO.
Kebijakan Dividen
Usai IPO, perusahaan berencana membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham dengan jumlah maksimal 30% dari laba bersih tahun berjalan mulai tahun buku 2025. Pembagian dividen ini akan mempertimbangkan keputusan RUPS Tahunan. Jika RUPS menyetujui pembagian dividen, maka dividen akan diberikan kepada seluruh pemegang saham yang tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penetapan hak atas dividen.
Kinerja Keuangan 2024
Apabila menilik kinerja keuangannya, pendapatan PJHB pada tahun yang berakhir 31 Desember 2024 tercatat sebesar Rp 54,66 miliar, turun Rp 1,43 miliar atau 2,56% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 56,09 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh tidak beroperasinya dua kapal secara penuh, yaitu Lien Star 88 yang menjalani perbaikan selama 61 hari dan CJH 9 yang melakukan docking selama 61 hari.
Sementara itu, laba tahun berjalan pada 2024 sebesar Rp 17,19 miliar, turun Rp 5,09 miliar atau 22,86% dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp 22,28 miliar. Penurunan laba ini terutama disebabkan oleh penurunan laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp 5,11 miliar atau 22,10%.
