Menakar Manuver Emiten Adik Prabowo (WIFI) Rambah 3 Usaha Baru, Apa Targetnya?
Emiten teknologi PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge melancarkan sejumlah aksi untuk memperkokoh portofolionya di bidang telekomunikasi. Perusahaan milik adik Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo ini baru saja menambah tiga lini bisnis baru di bidang perdagangan besar telekomunikasi hingga aktivitas telekomunikasi tanpa kabel.
Tak hanya itu, seperti yang telah diumumkan Kementerian Komunikasi dan Digitalisasi (Komdigi), Surge melalui anak usahanya, PT Telemedia Komunikasi Pratama menjadi pemenang tender frekuensi 1,4 GHz di Regional 1 yang mencakup wilayah Jawa, Maluku dan Papua dengan nilai penawaran Rp 403,8 miliar.
Sebelumnya, Surge juga melancarkan aksi korporasi berupa penambahan modal melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. Melalui aksi ini, Surge membidik dana senilai Rp 5,89 triliun dengan melepas 2,94 miliar saham seharga Rp 2.000 per lembar. Sekitar Rp 5,8 triliun dari dana tersebut dialokasikan ke anak usahanya, PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE) dengan target lima juta homepass.
Lantas bagaimana geliat WIFI dalam menunjang kegiatan bisnis teknologinya?
WIFI Tambah 3 Lini Bisnis Baru
Solusi Sinergi Digital (WIFI) menambah tiga Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia baru ke dalam portofolionya. Ketiganya mencakup perdagangan besar perangkat telekomunikasi, aktivitas telekomunikasi tanpa kabel serta penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi mesin dan peralatan.
Manajemen WIFI menyatakan, dengan ditambahkannya ketiga KBLI tersebut maka akan memberikan dampak positif terhadap perseroan, yakni dapat meningkatkan efisiensi biaya yang dikeluarkan WIFI dalam operasional di masa yang akan datang.
Selain itu, dengan dijalankannya rencana penambahan 3 KBLI tersebut, laba usaha WIFI diperkirakan akan meningkat sekitar Rp 23 miliar dan laba bersih WIFI diperkirakan juga naik sekitar Rp 18 miliar. Hal tersebut disebabkan adanya pendapatan tambahan dari rencana yang akan WIFI laksanakan tersebut.
WIFI akan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk meminta restu para pemegang sahamnya dalam menjalankan kegiatan baru itu. RUPSLB akan digelar pada Rabu, 26 November 2025.
Bidik Ekspansi Internet Cepat (FWA) Target 45 Juta Pelanggan Rumah Tangga
Dalam paparan publik yang digelar Selasa (21/10) kemarin, Direktur Surge Shannedy Ong menyatakan, usai dinyatakan menjadi pemenang lelang 1,4 GHz di wilayah I, perseroan bakal mengembangkan layanan 5G Fixed Wireless Access (FWA) di wilayah tersebut. Dia pun telah membidik jumlah akuisisi pelanggan yakni sebanyak 45 juta rumah tangga.
Untuk mempercepat ekspansi, perusahaan menggandeng dua operator menara besar yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Centratama Menara Indonesia Tbk (CENT).
Shannedy menjelaskan, kerja sama dengan TBIG dan CENT akan memudahkan perseroan mencapai target tersebut. Pasalnya, kedua perusahaan memiliki portofolio gabungan sebanyak 50.000 menara yang siap digunakan. Infrastruktur tersebut akan mempercepat penyebaran layanan FWA tanpa perlu membangun menara baru.
“Portofolio menara yang siap digunakan ini akan mendukung penggelaran layanan FWA di wilayah dengan potensi lebih dari 45 juta rumah tangga,” ujar Shannedy dalam paparan publik, Selasa (21/10).
Selain itu, untuk memperkuat ekosistem end-to-end layanan 5G FWA, Surge telah bekerja sama dengan sejumlah vendor global seperti Nokia, Huawei, Orex SAI, Baicells, Fiberhome serta produsen chipset Qualcomm dan ESR. Perusahaan menargetkan dapat meluncurkan layanan ini pada Desember 2025 yang dimulai dari daerah Jawa.
Adapun layanan yang akan WIFI luncurkan tersebut berbentuk paket internet rumah berbasis FWA berkecepatan 100 Mbps seharga Rp 100.000 per bulan bernama Starlite. WIFI memasang target akuisisi 5 juta pelanggan dalam jangka waktu bertahap. Jika target itu tercapai, kata dia, pendapatan berulang akan mencapai sekitar Rp 500 miliar per bulan.
Layanan ini menyasar segmen rumah tangga underserved atau belum terjangkau fixed broadband, terutama di kawasan padat penduduk berpendapatan menengah bawah.
“Model FWA memungkinkan penggelaran internet jauh lebih cepat karena bersifat nirkabel. Dengan harga Rp 100 ribu, masyarakat yang selama ini belum mampu berlangganan broadband bisa menikmati internet di rumah,” kata Shannedy.
Shannedy menuturkan, pasar fixed broadband Indonesia selama lima tahun terakhir hanya tumbuh sekitar 7% per tahun, salah satu yang terendah di Asia Tenggara. Namun, dengan hadirnya layanan affordable broadband dan dukungan jaringan 5G FWA, dia memperkirakan pertumbuhan bisa melonjak hingga 57% dalam lima tahun ke depan.
“Pertumbuhannya akan sangat eksponensial karena FWA dapat dipasang cepat menggunakan menara yang sudah ada,” kata dia.
Perusahaan menargetkan 5 juta pelanggan FWA hingga 2026. Sementara hingga akhir tahun ini, perseroan menargetkan dapat memasang homepass sebanyak 2,5 juta homepass. Berdasarkan data yang disampaikan Shannedy,
per September 2025 sudah mencakup 1,5 juta homepass. Surge juga telah menyiapkan lebih dari 30 distributor lokal untuk mempercepat pemasaran produk FWA di berbagai daerah.
