Saham Melejit 278%, Intip Geliat Kinerja NICL di Tengah Gempuran Harga Nikel

Nur Hana Putri Nabila
4 November 2025, 16:45
nikel, NICL, saham, kinerja
ANTARA FOTO/REUTERS/Yusuf Ahmad
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga saham PT PAM Mineral Tbk (NICL) melesat 278,85% sepanjang tahun ini atau year to date (ytd). Harga sahamnya pada perdagangan saham hari ini juga masih menanjak  2,07% ke level Rp 985, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 10,48 triliun.

Namun, bagaimana sebenarnya kinerja keuangan emiten nikel ini di tengah gempuran harga hingga kuartal ketiga 2025?

NICL tercatat mampu membukukan laba bersih melonjak 131% secara tahunan hingga kuartal ketiga 2025 menjadi Rp 400,93 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 173,66 miliar. 

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan NICL naik 64,8% secara tahunan dari Rp 821,35 miliar pada Januari-September 2024 menjadi Rp 1,35 triliun. Kenaikan itu karena ditopang dengan peningkatan volume penjualan nikel dari 1.273.855,62 mt menjadi 2.404.590,63 mt atau meningkat sebesar 88,76%.

Direktur Utama Pam Mineral Ruddy Tjanaka mengungkapkan, harga acuan nikel domestik turun sekitar 5,20% sejak akhir 2024 sejalan dengan tren global dan fluktuasi euforia industri baterai kendaraan listrik. Ia menilai penurunan tersebut sebagai koreksi positif yang sudah diprediksi sebelumnya oleh perseroan.

Hingga kuartal ketiga 2025, tingkat produksi Pam Mineral telah mencapai 92,48% dari Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun 2025 yang telah disetujui. Demi memenuhi kebutuhan pasar hingga akhir tahun, perseroan telah mengajukan pembaruan RKAB kepada Kementerian ESDM guna menambah volume produksi yang diizinkan.

“Meskipun mampu menunjukkan kinerja operasional dan finansial memuaskan pada kuartal ketiga 2025, tapi hal tersebut belum mencapai ekspektasi NICL karena RKAB saat ini masih dalam proses pengajuan, sehingga hal itu JADI salah satu tantangan tahun ini,” ungkap Ruddy dalam keterangannya, dikutip Selasa (4/11). 

Ia juga memproyeksikan harga nikel masih akan fluktuatif pada akhir tahun ini. Hal itu dipengaruhi oleh kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat yang menekan stimulus ekonomi global serta kondisi kelebihan pasokan yang masih membayangi pasar.

Meski demikian, NICL menilai industri nikel domestik berpeluang di tengah ketegangan antara Cina dan negara-negara Barat. Situasi tersebut mendorong banyak negara mencari alternatif pasokan logam kritis, dan Indonesia berpotensi memanfaatkan momentum untuk memperkuat posisinya sebagai pemain kunci di luar Cina.

Selain itu, menurut Ruddy, tanda-tanda perbaikan juga mulai terlihat. Ia mencontohkan, kondisi oversupply perlahan berkurang dan harga acuan nikel domestik mulai pulih.

Namun, perseroan juga menghadapi berbagai tantangan domestik, terutama terkait perubahan regulasi yang memengaruhi kelancaran dan kecepatan proses persetujuan dokumen teknis seperti FS, AMDAL, dan RKAB. 

Salah satu perubahan signifikan adalah penyesuaian masa berlaku RKAB yang kini hanya berlaku satu tahun dari sebelumnya tiga tahun. Ruddy mengatakan kondisi ini mendorong perseroan untuk melakukan berbagai penyesuaian. Termasuk pembaruan dokumen FS dan AMDAL agar tetap sesuai dengan ketentuan terbaru serta mendukung rencana peningkatan kapasitas produksi pada 2026.

Strategi Hingga Akhir 2025

Ruddy mengatakan, faktor regulasi menjadi salah satu penentu utama bagi keberlanjutan operasional dan arus kas perusahaan. Apalagi ketergantungan penuh terhadap smelter sebagai price taker turut membatasi posisi tawar perusahaan, terutama bagi pelaku berskala menengah dan kecil yang sering kali harus menjual di bawah Harga Patokan Mineral (HPM) dan memenuhi persyaratan spesifikasi bijih nikel yang sangat ketat.

Dalam menghadapi dinamika pasar dan regulasi, Ruddy menegaskan bahwa perseroan berkomitmen untuk memenuhi seluruh kuota RKAB 2025 sambil menunggu proses persetujuan RKAB 2026. Hingga akhir 2025, NICL menargetkan produksi gabungan mencapai 2,6 juta ton bijih nikel (ore), seiring dengan pelaksanaan program pengeboran lanjutan untuk menambah cadangan sumber daya. 

Dalam merespons dinamika pasar domestik, perseroan juga fokus pada kenaikan efisiensi operasional dan penguatan pengendalian mutu melalui penerapan prosedur QAQC yang lebih ketat. Perusahaan juga akan berinvestasi pada peralatan analisis berteknologi tinggi untuk meminimalkan potensi kesalahan dan deviasi terhadap spesifikasi produk.

Selain itu, NICL memperluas kerja sama strategis dengan sejumlah smelter dan trader di wilayah Sulawesi, Pulau Obi, dan Halmahera sebagai langkah memperkuat rantai pasok dan memperluas jaringan pemasaran.

“Langkah ini didukung oleh penguatan kemitraan jangka panjang yang bertujuan memperkokoh posisi pasar, mempercepat distribusi, serta menjaga stabilitas penjualan di tengah fluktuasi harga nikel global,” ucapnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...