Wall Street Naik Ditopang Data Ekonomi dan Sentimen Solid Laporan Keuangan

Karunia Putri
6 November 2025, 06:28
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Antara
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa saham Wall Street ditutup naik pada perdagangan Rabu (5/11) waktu setempat. Penguatan terjadi setelah kekhawatiran atas valuasi tinggi saham teknologi mereda, didukung laporan keuangan yang optimis dan data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan.

Reli yang meluas mendorong tiga indeks utama AS kompak menguat, dipimpin saham teknologi dan emiten terkait kecerdasan buatan (AI). Rata-rata Industri Dow Jones naik 225,76 poin atau 0,48% ke level 47.311,00. Indeks S&P 500 tumbuh 24,74 poin atau 0,37% ke 6.796,29, sedangkan Nasdaq Composite naik 151,16 poin atau 0,65% ke 23.499,80.

Namun, laju penguatan mulai kehilangan tenaga setelah CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon memperingatkan bahwa harga aset saat ini sudah cukup tinggi dan pasar berisiko mengalami koreksi.

“Kekhawatiran atas valuasi saham adalah hal wajar. Koreksi jangka pendek sebesar 10–15% bisa terjadi kapan saja,” ujar Wakil Presiden Senior Wealthspire Advisors Oliver Pursche, di New York, dikutip dari Reuters, Kamis (6/11).

Saham teknologi dan AI sebelumnya menjadi pendorong utama reli bursa AS hingga mencetak rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Namun, lonjakan cepat itu memicu kekhawatiran gelembung harga, terutama setelah S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan harian terbesar sejak 10 Oktober pada perdagangan Selasa.

Meski demikian, sebagian investor menilai pelemahan tersebut hanya aksi ambil untung yang sehat. Mereka meyakini setiap penurunan harga akan bersifat sementara dan segera pulih, menciptakan mentalitas buy the dip di pasar.

Di sisi lain, Mahkamah Agung AS mulai mempertanyakan legalitas tarif yang diberlakukan mantan Presiden Donald Trump, yang berpotensi berdampak pada hubungan dagang global. Beijing menyatakan akan mencabut sebagian tarif balasan terhadap produk AS, meski tetap mempertahankan bea 10% dan tarif 13% untuk impor kedelai dari AS.

Dari sisi ekonomi domestik, laporan ketenagakerjaan ADP menunjukkan penggajian sektor swasta naik 42.000 pada Oktober. Namun, beberapa sektor masih kehilangan lapangan kerja. Data terpisah menunjukkan sektor jasa AS masih berekspansi, meskipun menghadapi tekanan biaya input tertinggi dalam hampir tiga tahun terakhir.

Sementara itu, kebuntuan politik di Kongres menyebabkan penutupan sebagian aktivitas pemerintahan AS yang berkepanjangan. Kondisi ini membuat investor dan The Federal Reserve lebih bergantung pada data dari sektor swasta.

Di samping itu, Musim laporan keuangan kuartal III masih berlangsung kuat. Dari 379 perusahaan di indeks S&P 500 yang telah melaporkan, 83% berhasil melampaui ekspektasi analis, menurut data LSEG. Secara agregat, laba S&P 500 diproyeksikan tumbuh 16,2% secara tahunan, dua kali lipat dari perkiraan awal 8%.

Ia menambahkan, November dan Desember secara historis merupakan periode positif bagi pasar saham. 

Adapun pada perdagangan kemarin, beberapa emiten mencatat pergerakan signifikan. McDonald’s naik 2,2% setelah mencatat penjualan yang lebih kuat dari perkiraan berkat strategi harga terjangkau. Saham induk Tinder, Match Group melonjak 5,2% meski proyeksi pendapatan kuartal keempat meleset.

Jumlah saham yang naik di Bursa Efek New York (NYSE) melebihi saham yang turun dengan rasio 2,09:1. Di Nasdaq, rasio saham naik dan turun mencapai 1,84:1.

Indeks S&P 500 mencatat 25 titik tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir, sementara Nasdaq Composite membukukan 77 titik tertinggi baru dan 170 titik terendah baru. Volume perdagangan mencapai 19,17 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 20,96 miliar saham dalam 20 hari terakhir.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...