Membanding Kans IPO Sektor Finansial, Superbank dan Bank Jakarta Mana Potensial?
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan rencana perusahaan di sektor finansial yang akan segera melantai melalui penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO). Berdasarkan informasi yang dihimpun Katadata.co.id, belakangan terdapat dua nama kuat yang disebut-sebut akan mencatatkan sahamnya di BEI.
Kedua nama tersebut adalah PT Super Bank Indonesia atau Superbank dan PT Bank Jakarta. Superbank merupakan perusahaan di bawah grup PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) disebut bersiap melantai di BEI pada Desember tahun ini.
Kemudian, PT Bank Jakarta, dahulu bernama Bank DKI juga disebut-sebut memiliki rencana menggelar pencatatan saham perdana di BEI. Direktur Utama Bank Jakarta Agus H. Widodo bahkan menyebut Otoritas Jasa keuangan (OJK) sudah memberikan restu bagi perseroan untuk melanjutkan rencana IPO.
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna membeberkan ada tiga perusahaan mercusuar atau lighthouse company yang akan mencatatkan perdana sahamnya di BEI. Ketiga sektor tersebut adalah sektor finansial, pertambangan dan infrastruktur.
Seiring panasnya kabar kedua perusahaan sektor keuangan tersebut akan mencatatkan saham perdananya di BEI, Katadata sebelumnya telah mencoba mengonfirmasi kepada masing-masing perusahaan.
Juru bicara Superbank mengatakan perusahaan tidak dalam posisi memberikan komentar atas rumor atau spekulasi pasar. Dia juga menyebut fokus perusahaan saat ini adalah menjaga kinerja yang kuat melalui solusi keuangan inovatif, pertumbuhan jumlah nasabah.
“Serta kolaborasi dengan ekosistem terpercaya untuk mendorong pertumbuhan inklusif di Indonesia,” kata manajemen Superbank pada Jumat (7/11).
Sementara itu, penulis sudah mencoba mengonfirmasi ulang kepada Bank Jakarta perihal rencana IPO perusahaan. Namun, Direktur Utama Bank Jakarta Agus belum memberikan jawaban hingga tulisan ini diterbitkan.
Kendati demikian, sebelumnya, Agus pernah menyampaikan akan memberikan informasi perihal IPO ketika saat yang tepat. “Nanti saya infokan pada saatnya,” kata Agus pada 3 Oktober lalu.
Adu Kinerja Keuangan Superbank dan Bank Jakarta
PT Bank Jakarta mencatat laba bersih sebesar Rp 520,81 miliar hingga kuartal ketiga 2025. Capaian tersebut tumbuh 1,46% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 513,23 miliar. Pertumbuhan laba terutama ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih yang naik 6,35% year on year (yoy) dari Rp 2,03 triliun menjadi Rp 2,16 triliun.
Total aset Bank Jakarta tercatat mencapai Rp 90,72 triliun pada akhir September 2025, meningkat 12,37% dibandingkan posisi kuartal ketiga 2024 sebesar Rp 80,74 triliun. Kenaikan aset didorong oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang menembus Rp 74,23 triliun, tumbuh 16,90% yoy dari Rp 63,50 triliun.
Direktur Utama Bank Jakarta Agus H. Widodo mengatakan, di tengah ketatnya persaingan penghimpunan dana, perseroan fokus memperkuat struktur pendanaan dengan mendorong peningkatan dana murah (CASA). Upaya tersebut membuahkan rasio CASA yang tumbuh signifikan 59,85% yoy.
“Rasio CASA tumbuh signifikan sebesar 59,85% yoy, menjadi pondasi penting bagi efisiensi biaya dana dan stabilitas likuiditas dalam mendukung ekspansi pembiayaan yang berkelanjutan,” ujar Agus dalam keterangan resmi.
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit Bank Jakarta turut meningkat, terutama pada segmen UMKM yang tumbuh 16,14% yoy menjadi Rp 6,62 triliun dari Rp 5,70 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Agus menambahkan, kinerja positif Bank Jakarta tidak lepas dari komitmen perseroan untuk tumbuh sebagai bank pembangunan daerah yang kuat, sehat, dan berkelas nasional.
“Kami terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan seluruh ekosistem ekonomi kota untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata dia.
Dari sisi efisiensi, peningkatan porsi CASA serta penyesuaian suku bunga deposito korporasi membuat beban bunga perseroan turun menjadi 7,77% hingga akhir September 2025.
Sementara itu, PT Super Bank Indonesia membukukan laba sebelum pajak (profit before tax/PBT) sebesar Rp 80,9 miliar hingga kuartal ketiga 2025. Kinerja positif ini didorong lonjakan pendapatan bunga bersih yang tumbuh 176% yoy menjadi Rp 1,1 triliun.
Pesatnya pertumbuhan nasabah turut menopang perbaikan di seluruh indikator utama keuangan. Total penyaluran kredit mencapai Rp 9,04 triliun atau naik 84% yoy, seiring ekspansi pembiayaan di segmen ritel dan produktif. Peningkatan pembiayaan tersebut mendorong total aset Superbank tumbuh 70% yoy menjadi Rp 16,5 triliun.
Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) melonjak 203% yoy menjadi Rp 9,8 triliun. Kenaikan signifikan tersebut mencerminkan meningkatnya kepercayaan publik terhadap layanan digital Superbank.
Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan perusahaan kini mencatat 5 juta nasabah sejak peluncuran aplikasi digital pada Juni 2024. Aktivitas transaksi harian juga meningkat lebih dari 40% dibandingkan kuartal sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh produk digital seperti OVO Nabung by Superbank dan integrasi layanan dalam ekosistem Grab dan OVO.
“Kinerja hingga kuartal ketiga menunjukkan fundamental bisnis digital Superbank semakin kokoh. Pendekatan digital-first terbukti mampu mendorong pertumbuhan yang sehat sekaligus menghadirkan layanan yang aman dan mudah diakses oleh lebih dari 5 juta nasabah,” ujar Tigor, Selasa (21/10).
Ia menambahkan, integrasi ekosistem menjadi pendorong utama perluasan akses dan percepatan inklusi keuangan digital di masyarakat. Superbank juga menjaga profil risiko tetap sehat dengan efisiensi yang membaik. Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat 92%, mencerminkan keseimbangan antara ekspansi kredit dan pertumbuhan pendanaan.
Net Interest Margin (NIM) naik menjadi 10,64%, sementara Cost to Income Ratio (CIR) turun signifikan dari 149,65% menjadi 70,14%. Kualitas aset tetap terjaga dengan NPL gross di level 2,83% dan NPL net 1,21%.
