Jejak Akhir Grup Sampoerna di Bursa, dari Raja Kretek HMSP Kini Lepas Saham SGRO

Karunia Putri
20 November 2025, 10:32
Putera Sampoerna
Putera Sampoerna
Putera Sampoerna
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Grup Sampoerna Strategic atau Grup Sampoerna resmi angkat kaki dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Grup yang didirikan oleh konglomerat Putera Sampoerna itu telah menjual habis seluruh saham perusahaan tercatat yang dimilikinya.

Hengkangnya Grup Sampoerna di pasar modal Indonesia ditandai dengan penjualan seluruh saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) sebesar 65,721% yang dimilikinya kepada AGPA Pte. Ltd., anak usaha POSCO International Corporation. Kepemilikan SGRO sebelumnya berada pada entitas terafiliasi Sampoerna Agri Resources Pte. Ltd. (SAR) melalui Twinwood Family Holding yang bertindak sebagai pengendali perseroan.

Dengan dijualnya seluruh saham pengendali SGRO tersebut maka terjadi perubahan pengendali dari Twinwood Family Holdings Limited kepada AGPA. Meski demikian, Corporate Secretary SGRO Eris Ariaman tidak mengungkap nilai transaksi tersebut.

“Informasi dan fakta material akan menyebabkan perubahan pengendalian dalam perseroan, dimana pembeli akan menjadi pengendali baru di perseroan,” kata Eris dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Kamis (20/11).

Grup Sampoerna pernah menjadi salah satu pemain besar di pasar modal Indonesia, terutama ketika masih menjadi pemilik dan pengendali perusahaan rokok terbesar di Tanah Air, PT H.M. Sampoerna Tbk (HMSP). Grup ini juga tercatat sebagai pendiri jaringan ritel Alfamart bersama konglomerat Djoko Susanto melalui bisnis Alfa Minimart, cikal bakal lahirnya PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).

Lalu, seperti apa rekam jejak Grup Sampoerna selama puluhan tahun di bursa?

Jejak Panjang Perjalanan Grup Sampoerna di Pasar Modal Indonesia

Grup Sampoerna pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia pada 15 Agustus 1990 melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Saat itu, perseroan melepas 27 juta saham ke publik dengan harga IPO Rp 12.600 per saham.

Perjalanan HMSP berubah signifikan pada 10 Maret 2005, ketika perusahaan rokok berbasis di Amerika Serikat, Philip Morris International Inc. (PMI) mengambil alih 40% saham keluarga Sampoerna dan 57,5% saham milik investor publik melalui tender offer. Harga pembelian berada pada level Rp 10.600 per saham atau 20% di atas harga pasar saat itu yang sebesar Rp 8.850.

Nilai total akuisisi mencapai Rp 48 triliun (US$ 5,2 miliar), menjadikannya salah satu transaksi korporasi terbesar dalam sejarah Indonesia. Dengan begitu, keluarga Sampoerna telah keluar dari bisnis utama mereka. 

Saat ini, HMSP merupakan anak perusahaan PT Philip Morris Indonesia (PMID) dan berafiliasi dengan PMI. Perseroan memproduksi, memperdagangkan dan mendistribusikan produk rokok, termasuk merek global Marlboro yang diproduksi oleh PMID.

Mengacu pada data perdagangan Kamis (20/11) pukul 09.27 WIB, saham HMSP berada di level Rp 825 per saham. HMSP tercatat sebagai emiten rokok dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, yaitu mencapai Rp 95,96 triliun.

Setelah tak lagi berada di balik HMSP, pada 2007 Grup Sampoerna membawa Sampoerna Agro (SGRO) melantai di Bursa Efek Indonesia melalui initial public offering (IPO). Sejak itu Sampoerna menjadi pengendali SGRO hingga akhirnya kini menjual habis sahamnya. 

Konglomerat di Balik Berdirinya Alfamart

Selain itu, berdasarkan data yang dihimpun Katadata, nama Putera Sampoerna juga tercatat sebagai pendiri jaringan ritel Alfamart, meskipun dia bukan yang membawa AMRT melantai di BEI. Adapun PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) memulai bisnisnya sebagai perusahaan dagang yang didirikan oleh konglomerat Tanah Air Djoko Susanto bersama keluarganya pada 1989. 

Tak lama berselang, Djoko menjual mayoritas saham perusahaan kepada konglomerasi rokok milik keluarga Sampoerna HMSP sehingga kepemilikan saham Djoko menyusut menjadi 20%. Sementara itu Putera Sampoerna memegang 10% saham dan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna sebanyak 70%.  

Merujuk prospektus IPO, pada 1994 Djoko dan Putera Sampoerna meleburkan saham yang mereka punya lewat proses inbreng kepada PT. Sigmantara Alfindo lewat keputusan RUPS tertanggal 19 Desember 1994. 

Aksi besar yang dilakukan perseroan adalah mengakuisisi 141 gerai Alfa minimart dan merubah namanya menjadi Alfamart. Sebelum diakuisisi, Alfa Minimarket merupakan jaringan bisnis yang dibangun Djoko bersama Putera Sampoerna sejak 1994. 

Seiring dengan berkembangnya jaringan ritel Alfamart, ketika Sampoerna melepas bisnis rokoknya ke Philip Morris pada 2005, lini bisnis ritelnya, termasuk Alfamart, ikut terdampak. Pada September 2006, RUPS menyetujui penjualan seluruh saham milik PT Hanjaya Mandala Sampoerna kepada PT Sigmantara Alfindo yang kemudian dimiliki oleh PT Cakrawala Mulia Prima sebanyak 40%.  Setelah Sampoerna meninggalkan Alfamart.

Usaha tersebut kemudian dibeli oleh Patrick Walujo yang masuk lewat Norstar Group dan membawa AMRT melantai BEI.

Kini Tinggalkan BEI 

Kini, perusahaan perkebunan milik keluarga Sampoerna, SGRO yang menjadi perusahaan terakhir yang tercatat di BEI pun telah resmi berpindah pengendali. Sampoerna kini resmi keluar dari Bursa Efek Indonesia. 

Meski begitu, manajemen mengatakan Grup Sampoerna tetap berkomitmen untuk terus berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia melalui lini bisnis lainnya dan mengkaji peluang baru sesuai dengan kebutuhan dan tren usaha saat ini.

“Kami sangat bersyukur karena telah menemukan rumah baru bagi SGRO. Kami yakin, pemilik baru akan menjadi rumah yang baik bagi para pegawai dan membawa SGRO pada prospek pertumbuhan bisnis yang lebih baik ke depan,” ujar Presiden Direktur Grup Sampoerna Bambang Sulistyo di Jakarta, Kamis (20/11). 

Bambang menjelaskan, banyak investor dari dalam dan luar negeri yang tertarik terhadap industri kelapa sawit di Indonesia. Namun, pihaknya meyakini POSCO International merupakan pemilik baru yang paling tepat dalam melanjutkan tren positif kinerja SGRO ke depan. POSCO International adalah perusahaan global asal Korea Selatan yang merupakan bagian dari POSCO Group. Perusahaan ini bergerak di berbagai bidang, di antaranya perdagangan, energi, baja, dan agribisnis.

Bambang menegaskan, Grup Sampoerna tetap akan berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia melalui lini bisnis strategis lainnya, di antaranya PT Bank Sahabat Sampoerna, Sampoerna Kayoe, PT Sampoerna Land dan Putera Sampoerna Foundation sebagai usaha filantropi (Education). 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...