TOBA Bidik Proyek PLTB di NTT, Target Beroperasi 2028
PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menyampaikan, perusahaan tengah membidik proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina mengatakan, progresnya kini masih menunggu kelanjutan lelang yang bakal dibuka oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. Jika PLN membuka tender pada 2026, PLTB kemungkinan akan beroperasi pada 2028.
“Ya di pipeline kami sih ada, cuma kan harus ditender ulang tuh sama PLN, jadi kami menunggu sebenarnya, PLN itu open tender, pasti akan kami masukkan,” kata Juli di Jakarta, Kamis (20/11).
Juli menjelaskan bahwa TBS Energi telah melakukan sejumlah studi dan memiliki data angin yang dibutuhkan perusahaan. Melalui proyek pengembangan di NTT tersebut, TOBA menargetkan kapasitas pembangkit angin terpasang sekitar 20 megawatt (MW).
Babak Baru TOBA di Bisnis Energi Hijau
TOBA kini telah memasuki babak baru transformasi bisnis dari perusahaan berbasis batu bara menuju pemain energi hijau regional. Identitas baru perusahaan diperkenalkan sebagai simbol transisi menuju model bisnis yang berfokus pada keberlanjutan, dengan tiga pilar utama: pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
Transformasi ini menjadi pijakan penting dalam pelaksanaan peta jalan dekarbonisasi yang telah diluncurkan sejak 2021 sekaligus menegaskan ambisi TOBA untuk keluar sepenuhnya dari bisnis batu bara sebelum 2030.
Presiden Direktur TBS Energi Utama Dicky Yordan sebelumnya menjelaskan, perubahan identitas bukan sekadar pergantian nama, melainkan simbol perjalanan panjang perusahaan dalam membangun fondasi bisnis hijau yang memberikan nilai ekonomi dan sosial.
“Kini kami memasuki babak baru, memperkuat sinergi lintas unit bisnis, dan menghadirkan solusi hijau yang memberi nilai ekonomi sekaligus manfaat sosial bagi masyarakat,” ujar Dicky seperti dikutip Jumat (14/11).
Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina menjelaskan, cadangan batu bara perusahaan diproyeksikan habis dalam dua tahun ke depan, sehingga transisi ke bisnis energi hijau terus dipercepat.
“Kami sudah menyiapkan fase transisi, termasuk rencana penutupan tambang yang sesuai regulasi. Tahun depan fokus kami mendorong tiga pilar bisnis baru tadi,” kata Juli.
Untuk mendukung ekspansi, TBS mengalokasikan belanja modal hingga US$ 600 juta atau sekitar Rp 10 triliun dalam lima tahun, sejalan dengan roadmap TBS2030. Di sektor waste management, TBS memperkuat bisnis dengan mengakuisisi AMES dan ARAH Environmental Indonesia, serta mengembangkan ekspansi regional lewat akuisisi Sembcorp Environment di Singapura yang kini bertransformasi menjadi CORA Environment.
