Geliat Aneka Tambang (ANTM) Menopang Proyek Bullion Emas

Nur Hana Putri Nabila
24 November 2025, 15:58
Petugas menunjukkan emas batangan di Galeri 24 Pegadaian, Salemba, Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Katadata/Fauza Syahputra
Petugas menunjukkan emas batangan di Galeri 24 Pegadaian, Salemba, Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Hilirisasi emas PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam memasuki babak baru seiring upaya pemerintah membangun ekosistem bullion bank atau bank emas nasional. Tak hanya itu, Antam juga kian agresif demi perkuat posisi di industri logam mulia dan berkomitmen untuk mendukung bullion bank dari hulu ke hilir hingga menjamin pasokan bahan baku agar berkelanjutan.

Bullion bank atau bank emas telah diresmikan oleh pemerintah pada 2 Februari 2025 untuk mengoptimalkan pemanfaatan cadangan emas nasional. Bullion bank merupakan tempat penyimpanan emas di Indonesia dengan menyediakan layanan kegiatan perbankan melalui instrumen logam mulia.

Direktur Komersial Antam, Handi Sutanto, mengatakan Antam sebagai penambang emas sekaligus pemilik sejumlah kerja sama strategis untuk memperkuat ekosistem emas nasional. Selain memiliki tambang sendiri, Antam juga memiliki saham minoritas sekitar 15–25% di beberapa perusahaan tambang afiliasi yang bisa menjadi sumber pasokan jangka panjang.

“Kami juga punya kerjasama strategis, dan kami melihat bullion bank itu sebagai mitra strategis, kami di Antam perannya ingin empowering end-to-end ekosistem di Indonesia,” kata Handi dalam Bullion Connect 2025 di The Gade Tower Jakarta, belum lama ini.

Supply emas Antam

SumberVolume
Tambang/KK (Kementerian ESDM MINERBA)83 ton
Impor (Ipsos 2024)207,1 ton
Artisanal Miner (Kemenko Perekonomian)120 ton
Total Supply410,1 ton

Sumber: Aneka Tambang

Berdasarkan laporan Antam, total pasokan emas nasional mencapai 410,1 ton, yang berasal dari tambang berizin, impor, dan penambang rakyat. Jumlah ini seimbang dengan total kebutuhan emas dalam negeri dan ekspor yang juga mencapai 410,1 ton.

Antam menegaskan kapasitas refinery mampu memenuhi kebutuhan pemurnian emas dan perak nasional, sekaligus menjaga rantai pasok yang transparan melalui standar LBMA Responsible Sourcing. Adapun kapasitas refinery Antam untuk emas sebanyak 150 ton dan perak 300 ton.

Demand Emas Antam

KategoriVolume
Penjualan emas merek ANTAM LM (Laporan Penjualan Antam 2024)43,8 ton
Penjualan emas merek non-ANTAM LM (Ipsos 2024)14,6 ton
Pasar perhiasan (Ipsos 2024)110,5 ton
Ekspor (Ipsos 2024)127,4 ton
Belum teridentifikasi (No data support)113,8 ton
Total Demand410,1 ton

Sumber: Aneka Tambang

Kemudian Antam mencatat tambang emas Pongkor, Bogor masih memiliki cadangan (reserves) sebesar 166 ribu ounce atau sekitar 5,16 ton emas. Sementara itu, total sumber daya (resources) yang tersisa mencapai 649 ribu ounce atau sekitar 20,19 ton emas.

Perluas Jangkauan Lewat Bullion Bank

Adapun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan izin usaha bullion untuk PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) pada 12 Februari 2025 dan untuk PT Pegadaian (Persero) sejak 23 Desember 2024.

Selain itu, regulasi mengenai kegiatan usaha bullion juga sudah diatur dalam POJK Nomor 17 Tahun 2024, yang mencakup layanan simpanan emas, pembiayaan, perdagangan, hingga penitipan emas oleh Lembaga Jasa Keuangan (LJK).

Handi mengatakan kehadiran Pegadaian dan BSI menjadi mitra strategis untuk memperluas pasar dan mendorong pengembangan ekosistem bullion. Ia juga menyebut produk-produk digital seperti layanan simpan-pinjam yang ditawarkan bullion bank tetap berbasis emas fisik, sehingga Antam tetap mendukung penuh ekosistem bullion bank.

“BSI dan Pegadaian tidak pernah kami anggap kompetitor, justru mitra strategis untuk memperluas jangkauan,” ucap Handi.

Berdasarkan survei konsultan, masyarakat masih menunjukkan preferensi kuat terhadap emas digital produksi Antam. Handi menegaskan, sebagai bagian dari ekosistem industri logam mulia nasional, Antam berperan aktif menjaga keberlanjutan pasokan emas di Indonesia.

Namun, kata Handi, peran itu tidak dijalankan sendirian, melainkan melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Mulai dari pelaku tambang, industri pengolahan, hingga kementerian dan lembaga pemerintah.

“Melalui kolaborasi tersebut, kami berkomitmen menjaga ketersediaan emas yang terjamin keaslian dan kualitasnya bagi bangsa Indonesia, serta memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional," kata Handi.

Lebih jauh Handi juga menyebut tantangan utama bukan lagi soal kapasitas, pemurnian, atau proses pengolahan, melainkan bagaimana memastikan rantai dari hulu hingga ke masyarakat tersambung dengan baik. Oleh karena itu, ia mengaku perlu dukungan dan intervensi pemerintah agar kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan dapat berjalan efektif.

“Kita ingin melindungi emas dari tubuh Indonesia stay di Indonesia,” ujarnya.

Di samping itu pengamat ekonomi Binus University, Doddy Ariefianto, menilai kehadiran bullion bank dapat menjadi sarana untuk memperluas jangkauan pasar emas Antam hingga ke daerah, sekaligus memperkuat posisi perusahaan sebagai produsen emas nasional.

Menurutnya, Antam perlu memastikan ketersediaan pasokan emas dalam negeri dengan memperkuat produksi dari tambang Pongkor dan proyek hilirisasi di Halmahera Timur. Selain itu, diversifikasi sumber pasokan juga penting agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada Freeport, termasuk dengan mendorong kontribusi tambang rakyat atau pelaku UMKM.

Tak hanya itu Doddy juga melihat ekspansi pasar Antam dari segmen wholesale ke retail sebagai langkah strategis, bahkan menurutnya prospek permintaan emas tetap cerah. Ia juga mengaku emas merupakan aset safe haven, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi.

“Apalagi keuntungan dari bank emas akses lebih mudah ke emas sebagai instrumen investasi dan tabungan bagi masyarakat, dengan jaminan pasokan dari Antam,” ucap Doddy ketika dihubungi Katadata.co.id, Rabu (19/11).

Percepat Proyek Pabrik Pencetakan Emas Raksasa

Antam kini tengah mempercepat proyek strategis berupa pabrik percetakan emas di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, yang berlokasi dekat dengan smelter tembaga Freeport.

Melalui fasilitas ini, doré bullion dari Freeport akan dimurnikan menjadi emas murni dan selanjutnya dicetak menjadi emas batangan dengan merek Antam dengan kepemilikan 100% Antam.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Arianto Sabtonugroho mengatakan, nilai investasi fasilitas ini mencapai US$ 70 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun. Pabrik percetakan emas ini ditargetkan beroperasi pada kuartal keempat 2027 dan mampu menghasilkan hingga 5 juta keping logam mulia batangan, koin, sera emas industri setiap tahunnya. Fasilitas ini juga akan memberikan akses langsung ke bahan baku emas murni berkadar 99,99%.

“Hal ini berkaitan dengan proyek strategis kami, yaitu pembangunan pabrik manufaktur pengolahan emas baru di Gresik dan akan menambah kapasitas manufaktur emas kami yang saat ini dilakukan di pabrik kami di Pulo Gadung,” kata Arianto dalam Public Expose Live 2025, dikutip Senin (15/9).

Adapun proyeksi kapasitas pabrik raksasa itu mencapai sekitar 30 ton emas dengan kadar kemurnian 99,99%. Adapun status pra konstruksi.

Sepanjang semester pertama 2025, mayoritas pasokan emas Antam masih ditopang dari impor yang mencapai 78%, sedangkan sisanya 22% berasal dari dalam negeri, antara lain dari PT Freeport Indonesia (PTFI). Namun, pasokan dari Freeport bukan dalam bentuk emas batangan jadi, melainkan doré bullion atau emas setengah jadi yang masih membutuhkan proses pemurnian.

Prospek Antam Kian Cerah

Pengamat pertambangan menilai prospek Antam kian cerah sepanjang tata kelola perusahaan berjalan baik. Good corporate governance (GCG) dinilai menjadi kunci agar BUMN tambang ini mampu menjaga keberlanjutan kinerja yang tengah tumbuh pesat.

Peneliti Alpha Research Database Indonesia sekaligus pengamat pertambangan Ferdy Hasiman menilai, impor emas justru menambah beban biaya bagi Antam. Namun, adanya doré bullion dari Freeport membuat biaya tersebut bisa ditekan karena tak lagi bergantung penuh pada impor.

Menurutnya, hilirisasi yang juga dilakukan Antam melalui pembangunan percetakan emas itu tidak hanya menghasilkan produk antara, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan industri domestik. Ferdy menilai kondisi ini memberikan keuntungan bagi Antam, baik dapat mengurangi biaya impor, maupun bagi Freeport yang produknya terserap di pasar dalam negeri.

Meski kontribusi penyerapan emas domestik baru sekitar 22%, ia memproyeksikan peluang Antam menyerap emas domestik lebih banyak masih terbuka lebar. Menurutnya besarnya penyerapan akan ditentukan oleh kemampuan dalam meningkatkan kapasitas produksi Antam.

“Tapi menurut saya ini sangat menarik ya untuk pasar domestik karena produk dari percetakan emas itu bukan hanya hasilnya produk antara tetapi langsung terserap ke dalam industri dalam negeri untuk pengolahan dan segala macam,” kata Ferdy ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin (15/9).

Sejak bergabung dalam holding MIND ID, Ferdy menyebut, laba Antam melesat dari ratusan miliar rupiah menjadi lebih dari Rp 1,55 triliun. Ia menyebut dengan adanya kerja sama dengan Freeport dinilai lebih efisien karena dapat menekan biaya produksi sekaligus memperkuat rantai pasok emas domestik.

Menurutnya, hilirisasi emas mampu mendongkrak penjualan Antam, memperbesar margin keuntungan, dan memperkuat posisinya sebagai salah satu BUMN tambang dengan prospek paling menjanjikan di masa depan.

“Itu yang diharapkan dari Antam kalau soal konsesi apa segala macam, saya kira negara akan backup Antam bagus memang, tapi yang paling penting sekarang di manajemen,” kata Ferdy.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal menilai kerja sama jual beli 30 ton emas antara Antam dan Freeport merupakan langkah konkret dalam mendorong hilirisasi emas Kesepakatan ini merupakan upaya untuk tidak sekadar bergantung pada bahan mentah, melainkan mengolahnya menjadi produk bernilai tambah yang bisa dipasarkan sebagai barang setengah jadi maupun barang jadi.

“Dan mestinya ini bisa berpotensi juga untuk mengembangkan turunan emas dan termasuk juga mestinya membantu pengembangan bullion bank,” kata Faisal ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin (15/9).

Tingginya Investasi Masyarakat Indonesia ke Emas

Di tengah ketidakpastian ekonomi dan pasar global, emas tetap menjadi “tempat aman” bagi masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya investasi publik ke berbagai instrumen emas.

Head of Asia Pacific (ex-China) sekaligus Global Head of Central Banks World Gold Council, Shaokai Fan, menjelaskan bahwa porsi emas dalam portofolio masyarakat Indonesia tergolong besar. Riset World Gold Council menghitung seluruh bentuk kepemilikan emas, mulai dari emas batangan, koin, ETF emas yang umumnya berasal dari luar negeri, hingga kepemilikan saham perusahaan tambang. Termasuk juga perhiasan emas sebagai bagian dari total aset.

Sumber: World Gold Council
Sumber: World Gold Council

Shaokai mengatakan jika seluruh kategori tersebut digabungkan, porsi masyarakat yang memiliki emas mendekati 70%. Bahkan ketika perhiasan tidak dimasukkan, tingkat kepemilikan masyarakat Indonesia terhadap emas tetap tinggi, meski kontribusi terbesar berasal dari perhiasan yang membuat angka totalnya melonjak signifikan.

“Artinya, orang Indonesia sebenarnya sangat familiar dengan emas sebagai aset investasi,” ucap Shaokai dalam Bullion Connect 2025 di The Gade Tower, Jakarta Pusat, Rabu (12/11).

Selain itu, meski banyak masyarakat Indonesia sudah memiliki emas, Shaokai Fan juga menyebut proporsi alokasi dalam portofolio investasi masih sebanding dengan tren global. Mayoritas investor di Indonesia hanya menempatkan sekitar 1–10% aset mereka dalam bentuk emas, angka yang umum jika dibandingkan dengan negara lain.

Melalui survei tersebut, World Gold Council juga menggali alasan dan perspektif masyarakat Indonesia terkait investasi emas, termasuk aspek pada keputusan berinvestasi. Hasilnya menunjukkan bahwa motivasi terbesar masyarakat dalam berinvestasi untuk kebutuhan dana darurat. Setelah itu, tujuan yang banyak disebut adalah persiapan masa pensiun serta sebagai aset warisan bagi anak-anak.

“Ini adalah tren yang sangat umum kita lihat di banyak negara Asia, yang benar-benar berfokus menyediakan stabilitas, menyediakan dana darurat, dan juga mampu mewariskan sesuatu kepada generasi berikutnya. Itu tren umum yang kita lihat di banyak pasar investasi Asia,” ucapnya.

Shaokai Fan menjelaskan bagi masyarakat Indonesia, emas batangan dianggap sebagai aset yang nilainya akan terus melonjak dalam jangka panjang dan tetap stabil di tengah ketidakpastian global. Persepsi ini terlihat jauh lebih kuat pada produk emas fisik dibandingkan ETF emas, meski keduanya sebenarnya memiliki aset dasar yang sama sehingga seharusnya menawarkan kinerja investasi yang mirip.

Ia menilai adanya perbedaan cara pandang investor terhadap emas fisik dan ETF emas, di mana batangan dan koin emas dinilai lebih nyata dan dipercaya, sedangkan ETF emas masih dianggap baru.

“Menambah diversifikasi dalam portofolio saya dan juga keyakinan bahwa nilainya akan meningkat dalam jangka pendek,” ucapnya.

Lebih jauh, Shaokai juga menyoroti investor ETF cenderung melihat produk tersebut sebagai instrumen dengan diversifikasi lebih luas dan potensi kenaikan nilai dalam jangka pendek. Dengan banyaknya masyarakat berinvestasi di emas, berbagai inovasi seperti ETF emas dan upaya untuk membuka akses pasar telah membantu mengubah persepsi publik. Emas kini jauh lebih mudah dibeli maupun dijual dibanding sebelumnya.

“Di banyak pasar lain di berbagai belahan dunia, investasi ini tidak begitu tinggi nilainya karena banyak investor di negara lain memandang emas sebagai aset yang potensial sulit dibeli,” kata Shaokai.

Target Saham Aneka Tambang (ANTM)

Di samping itu, Kementerian Keuangan tengah mempertimbangkan penerapan pajak ekspor sebesar 7,5–15% untuk produk emas Tarif yang lebih tinggi akan dikenakan ketika harga emas melewati US$ 3.200 per ons. Langkah ini bertujuan menambah penerimaan negara, menjamin ketersediaan emas di dalam negeri di tengah tingginya permintaan, serta menekan ketergantungan pada impor.

Dalam analisisnya, Indopremier menilai kebijakan ini berpotensi memberi keuntungan bagi Antam. Dampaknya memang masih bergantung pada seberapa besar pasokan emas domestik yang dapat diamankan perusahaan.

Namun, analis Indo Premier menyebut jika sekitar 30% dari kebutuhan impor emas ANTM pada 2026, setara 12 ton dari proyeksi volume perdagangan 40 ton dapat digantikan oleh pasokan lokal, tambahan laba bersih yang muncul diperkirakan mencapai Rp 1,4 triliun.

Lebih lanjut, secara fundamental analis ASEAN Metals, Indo Auto & Consumer Research J.P Morgan, Benny Kurniawan dan Henry Wibowo menyebut prospek keuangan Antam juga diperkirakan tetap solid. Perusahaan diproyeksikan membukukan laba bersih sekitar Rp 9 triliun pada 2025, selaras dengan perkiraan internal sebesar Rp 8,6 triliun dan jauh di atas konsensus pasar Rp6,8 triliun. Dengan ritme membukukan Rp 2 triliun per kuartal di paruh kedua tahun ini, Antam diyakini mampu mempertahankan momentum meskipun sempat bergejolak pada Juli.

J.P Morgan mempertahankan rekomendasi overweight pada saham ANTM dengan target harga Rp 3.850 per saham. Antam dinilai masih ditopang dua katalis utama: kenaikan volume pengolahan dan perdagangan emas serta ketahanan bisnis bijih nikel yang berpotensi membaik setelah penerbitan izin 2024.

“Valuasi ANTM ditetapkan pada 10,5 kali rata-rata laba FY2025/2026, lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebesar 12 kali untuk mengantisipasi potensi risiko eksekusi,” tulis analis ASEAN Metals, Indo Auto & Consumer Research J.P Morgan, Benny Kurniawan dan Henry Wibowo dalam risetnya, September 2025 lalu.

Analis Samuel Sekuritas, Juan Harahap dan Fadhlan Banny, menilai valuasi saham Antam (ANTM) masih menarik dengan proyeksi rasio P/E 2026F di level 14 kali. Samuel Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi beli untuk saham ANTM. Samuel Sekuritas juga menaikkan target harga saham menjadi Rp 4.600, yang mencerminkan potensi kenaikan sekitar 43% dari level saat ini.

Seiring dengan itu, Antam meraup laba bersih hingga Rp 5,97 triliun hingga kuartal ketiga 2025. Torehan itu melonjak 171,4% secara tahunan atau year on year (yoy) dari periode yang sama sebelumnya Rp 2,20 triliun pada 2024. Adapun laba bersih per saham menjadi Rp 248,62.

Melonjaknya laba Antam sepanjang Januari–September 2025 ini ditopang oleh penjualan dalam segmen emas yang berkontribusi hingga 81% Berdasarkan laporan keuangan, penjualan Antam melonjak 66,7% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 72,02 triliun dari sebelumnya Rp 43,20 triliun.

Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, mengatakan capaian kinerja yang solid ini mencerminkan kekuatan fundamental perusahaan serta menjadi semangat untuk terus bertransformasi menuju bisnis yang berkelanjutan. Ia menyebut hasil tersebut juga menunjukkan efektivitas strategi pengelolaan biaya dan optimalisasi nilai tambah produk yang dijalankan perusahaan sepanjang tahun.

Adapun kinerja operasional Antam sepanjang sembilan bulan pertama 2025, penjualan komoditas utama seperti emas, nikel, dan bauksit tumbuh 67% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 72,03 triliun, dibandingkan Rp 43,20 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...