Harga Saham Robinhood Melesat usai Umumkan Masuk Pasar Indonesia
Harga saham Robinhood Markets Inc (HOOD) melesat 3,4% ke level US$ 136,57 setelah mengumumkan langkah perusahaan memasuki pasar Indonesia. Langkah tersebut dilakukan melalui akuisisi PT Buana Capital Sekuritas dan PT Pedagang Aset Kripto yang ditargetkan rampung pada paruh pertama tahun depan.
Harga saham HOOD dibuka di level US$ 134 dan sempat menyentuh harga tertinggi di level US$ 138,09. Kapitalisasi pasar raksasa fintech asal Amerika ini mencapai US$ 122,6 miliar.
Setelah akuisisi Buana Capital, Robinhood memastikan terus melayani nasabah perusahaan efek yang sudah ada dengan produk-produk keuangan Indonesia. Dalam jangka panjang setelah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Robinhood bakal menghadirkan aplikasi, termasuk akses ke saham AS, aset kripto global, serta berbagai instrumen internasional lainnya.
“Semoga terealisasi di tahun pertama,” kata Head of Robinhood Asia, Patrick Chan dalam konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/12).
Robinhood menargetkan bakal siap 2027, sejalan dengan pengembangan sistem terkait aliran dana, kepatuhan, proses onboarding, dan kebutuhan operasional lainnya.
Patrick menjelaskan, masih akan ada sejumlah penyesuaian agar layanan yang ada sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia usai aplikasi Robinhood resmi diluncurkan. Salah satu prosesnya adalah integrasi aplikasi dengan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ia menggambarkan Indonesia sebagai pasar yang memiliki energi besar layaknya kapitalisasi raksasa yang siap melesat, terutama dalam perkembangan minat investor saham. Oleh karena itu, Robinhood ingin hadir di Indonesia untuk membantu calon investor meningkatkan literasi keuangan sekaligus mempermudah akses mereka ke pasar modal.
“Kami melihat banyak potensi dan itulah nilai dari akuisisi Buana Capital,” kata Patrick.
Indonesia dinilai sebagai salah satu pasar yang paling menarik untuk perdagangan saham dan aset digital. Saat ini, terdapat lebih dari 19 juta investor pasar modal (single investor identification/SID) dan 17 juta investor kripto di dalam negeri hingga akhir Oktober 2025. Jumlah investor baru meningkat 4,28 juta atau naik 58,4%.
Pertumbuhan investor di pasar modal dan digital di Indonesia dipicu oleh tingginya minat generasi muda yang mengutamakan teknologi mobile dan cepat mengadopsi investasi digital. Dari total 19 juta investor di pasar modal, sekitar 54,25% di antaranya merupakan investor muda di bawah usia 30 tahun, sebanyak 26,42% lainnya berusia antara 30 - 41 tahun dan sisanya di atas 41 tahun.
Jejak Bisnis Robinhood di Pasar Modal
Robinhood Markets, Inc., merupakan perusahaan yang berdiri pada 2013 dan berbasis di Menlo Park, California. Perusahaan ini menyediakan layanan perdagangan saham, ETF, opsi, futures, hingga kripto, dengan lebih dari 27 juta pelanggan dan total aset kelolaan mencapai US$ 343 miliar.
Robinhood dikenal luas sebagai pionir perdagangan tanpa komisi dengan basis pengguna muda yang besar. Adapun akuisisi Buana Sekuritas dan Pedagang Aset Kripto akan menjadi langkah strategis perusahaan dalam ekspansi.
Robinhood didirikan oleh Vladimir Tenev dan Baiju Bhatt, dua insinyur yang sebelumnya membangun platform high-frequency trading di New York. Sejak awal kehadirannya, Robinhood menyita perhatian investor lantaran aplikasinya yang sederhana serta biaya transaksi yang nol. Robinhood resmi meluncurkan aplikasi perdagangan saham dan ETF pada Maret 2015, dengan model bisnis yang mengandalkan payment for order flow, margin lending, serta transaksi aset kripto.
Layanan kripto mulai ditawarkan pada Februari 2018, diikuti produk cash-management pada 2019 melalui kemitraan dengan bank yang diasuransikan FDIC. Perusahaan ini kemudian memperluas ekspansinya ke pasar Inggris pada 2024, dan pada 2025 mulai memasuki kawasan Eropa dengan layanan tokenisasi saham dan ETF. Kinerja bisnis Robinhood makin diperkuat setelah perseroan mencatatkan saham perdananya di Nasdaq pada 29 Juli 2021.
Di sisi lain, perjalanan bisnis Robinhood tidak lepas dari kontroversi. Skema payment for order flow sering dikritik karena dinilai berpotensi merugikan kualitas eksekusi bagi pelanggan. Perusahaan juga pernah diterpa gangguan sistem besar pada awal pandemi Covid-19, termasuk outage pada awal Maret 2020 ketika pasar sedang bergejolak.
Meski demikian, Robinhood tetap menjadi simbol transformasi perdagangan ritel berbasis aplikasi. Dengan model bisnis yang mengutamakan akses finansial dan teknologi yang efisien, langkah ekspansi perusahaan ke berbagai pasar internasional dipandang dapat mendorong evolusi ekosistem investasi ritel, termasuk di negara berkembang seperti Indonesia.
Adapun untuk akuisisi Buana Capital dan Perdagangan Aset Kripto. Robinhood menyatakan layanan untuk nasabah eksisting tetap berjalan seperti biasa dengan produk-produk lokal yang selama ini tersedia. Ke depan, perusahaan menargetkan dapat memperluas jenis layanan, termasuk akses perdagangan saham Amerika Serikat, aset kripto global, hingga instrumen internasional lainnya, setelah memperoleh restu regulator.
Kedua akuisisi tersebut masih harus memenuhi persyaratan penutupan transaksi, termasuk perizinan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan regulator terkait. Penyelesaian aksi korporasi itu ditargetkan rampung pada paruh pertama 2026.
