Prospek Saham PTBA, ITMG hingga ADRO Jelang Penerapan DME, Mana yang Menarik?

Karunia Putri
20 Desember 2025, 15:23
PTBA Batu bara
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/YU
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (17/12/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Rencana pemerintah mengalihkan subsidi penggunaan gas minyak cair atau liquefied petroleum gas (LPG) ke dimethyl ether (DME) dinilai membuka prospek baru bagi emiten tambang batu bara. Kebijakan gasifikasi batu bara tersebut direncanakan mulai berjalan pada tahun depan dan berpotensi menciptakan permintaan domestik yang lebih pasti bagi produk hilirisasi.

Head of Research Korea Investment and Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menilai kebijakan ini akan menguntungkan sejumlah emiten batu bara, khususnya PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Menurut dia, secara strategis PTBA memiliki keunggulan sebagai pelopor atau first mover advantage karena kesiapan infrastruktur dan lokasi tambang yang telah disiapkan sebagai kawasan industri hilirisasi.

“Mereka paling siap karena lokasi tambang udah disiapin jadi kawasan industri hilirisasi,” kata Wafi kepada Katadata, Jumat (19/12).

Selain mendapatkan keuntungan dari penjualan DME, Wafi menilai PTBA juga akan mendapatkan keuntungan dari insentif royalti 0% untuk batu bara yang dihilirisasi. Adapun insentif ini membantu menjaga margin di tengah tren pengetatan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) global. Meski demikian, ia mengingatkan proyek DME juga memiliki tantangan. 

Dari sisi positif, Wafi mengatakan terdapat kepastian serapan pasar domestik serta insentif pajak dan royalti dari pemerintah. Namun di sisi lain, kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) proyek DME tergolong besar dan memiliki risiko keekonomian yang tinggi, terutama karena harga jual DME harus bersaing dengan LPG yang masih disubsidi.

Selain PTBA yang sudah matang dengan proyek DME, Wafi menilai beberapa emiten juga akan terkerek keuntungan dari rencana tersebut. Emiten itu adalah emiten pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus yang memiliki cadangan batu bara kalori rendah, misalnya adalah PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) jika kedua perusahaan tersebut benar mengikuti skema gasifikasi. 

Sementara itu, Market Chartist Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, jika kebijakan tersebut dinyatakan benar-benar siap secara regulasi, maka perusahaan tambang batu bara yang akan menerapkan gasifikasi akan mendapatkan prospek yang cerah. Kendati demikian, Nafan menyebut, harga investasi untuk gasifikasi tersebut menjadi hal yang memberatkan perusahaan. 

PTBA Siap Gasifikasi Batubara ke DME

Sebelumnya, Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA Turino Yulianto menyatakan PTBA tengah menggarap berbagai proyek hilirisasi energi dan utilitas. Salah satunya adalah proyek peralihan dari batu bara ke DME. 

Dari proyek-proyek tersebut, PTBA kemudian membaginya ke dalam beberapa fase. Pada fase riset dan pengembangan (R&D), PTBA mengembangkan konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet untuk ekosistem kendaraan listrik, serta batu bara menjadi asam humat untuk pupuk.

Adapun pada fase validasi komersial, PTBA menggarap sejumlah proyek seperti coal to DME, coal to synthetic natural gas (SNG), coal to methanol dan coal to ammonia. Turino pernah menyatakan, keuntungan dari konversi batu bara ke DME ini akan membuat catatan keuangan perseroan lebih bagus. Konversi batu bara padat menjadi produk cair atau gas dapat menekan biaya logistik karena pabrik dibangun di dekat area tambang. 

“Mengirim benda padat lebih mahal dibanding cair atau gas,” ujarnya.

Proyek coal to artificial graphite diarahkan untuk memasok kebutuhan industri kendaraan listrik dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Sementara proyek coal to asam humat yang dikembangkan sebagai proyek percontohan bersama Universitas Gadjah Mada diyakini mampu meningkatkan produktivitas pertanian hingga dua kali lipat melalui penggunaan pupuk yang lebih efisien. Proyek ini ditargetkan rampung pada awal tahun depan. 

“Yang tadinya satu ton pupuk bisa menjadi cukup 500 kilogram. Kalau ini berhasil, akan menjadi game changer karena cadangan batu bara PTBA sangat besar,” kata Turino.

Adapun untuk proyek batu bara menjadi DME, Turino menegaskan perseroan masih menghitung secara cermat aspek keuntungan dan risikonya. 

“Kami yakin proyek ini bisa berjalan dengan beberapa asumsi yang nantinya akan didiskusikan bersama pemerintah,” ujarnya.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...