Kredit Melemah, BI Pangkas Bunga Acuan BI 7-Days Repo
Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan BI 7-days Repo sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5 persen. Kebijakan yang diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berakhir Kamis ini (22/9), sesuai dengan perkiraan para ekonom. Tujuannya memacu penyaluran kredit dan pertumbuhan ekonomi.
Tak cuma itu, BI juga memangkas suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen dan Lending Facility turun juga 25 bps menjadi 5,75 persen. Gubernur Bank Indonesia Agus Maryowardojo mengatakan, penurunan ini sejalan dengan berlanjutnya stabilitas makroekonomi. Hal ini tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil.
Di tengah masih lemahnya perekonomian global, BI memandang pelonggaran kebijakan moneter diharapkan dapat lebih memperkuat upaya mendorong permintaan domestik. Dengan begitu, turut mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. "Ini (penurunan suku bunga acuan) upaya untuk meningkatkan permintaan domestik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Agus usai RDG di Gedung BI, Jakarta.
(Baca: Dorong Ekonomi, BI Diprediksi Pangkas Bunga Acuan Pekan Ini)
Hal ini berdasarkan pengamatan BI bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III ini masih baik meskipun tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Berbagai indikator menunjukkan konsumsi rumah tangga masih kuat. Namun, investasi nonbangunan terindikasi belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Minat investasi swasta diperkirakan masih belum tinggi, sebagai respons perusahaan terhadap pemintaan yang belum sepenuhnya pulih. Di sisi lain, stimulus fiskal diperkirakan masih terbatas lantaran adanya pemangkasan belanja pemerintah pada paruh kedua tahun ini.
Dari sisi eksternal, kondisi ekonomi dan perdagangan dunia yang masih lemah mengakibatkan ekspor belum bisa membaik. Meskipun harga beberapa komoditas ekspor mulai menunjukkan peningkatan. (Baca: Deflasi Terendah, Darmin: Suku Bunga Acuan Berpeluang Turun)
Karena itulah, BI menilai perlu membuat langkah-langkah untuk mengerek permintaan domestik dengan cara menurunkan suku bunga acuan. Selain membangkitkan permintaan masyarakat, penurunan suku bunga diharapkan menopang investasi swasta. Ujung-ujungnya, upaya tersebut bisa mendukung pertumbuhan ekonomi. BI sendiri masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar 4,9 persen hingga 5,3 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penegasan, penurunan suku bunga acuan ini bertujuan menopang penyaluran kredit yang memang melemah tahun ini. BI mencatat, pertumbuhan kredit hingga akhir Juli lalu hanya sebesar 7,7 persen atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang masih bisa tumbuh 8,9 persen.
(Baca: Pakai Suku Bunga Acuan Baru, BI Tahan BI 7-Days Repo)
Padahal, pertumbuhan kredit perbankan tahun ini ditargetkan sebesar 11-12 persen, itupun sudah lebih rendah dari proyeksi semula sebesar 14 persen. "Kami harap dengan penurunan suku bunga dapat mendorong (pertumbuhan) kredit lagi," kata Perry.
Perry menjelaskan, penurunan tingkat suku bunga acuan menjadi 5 persen ini menyusul pemangkasan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer serta penurunan batas uang muka kredit atau Loan To Value ratio (LTV) perumahan beberapa bulan lalu. "Ke depan akan segera terlihat efek positifnya (pelonggaran kebijakan moneter), walaupun sekarang investasi swasta masih belum kuat," katanya.