Bank Mandiri Belum Terpengaruh Depresiasi Rupiah
KATADATA ? Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum mempengaruhi kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Budi G. Sadikin, saat ini rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) bank dengan aset terbesar di Indonesia itu masih rendah. Pada akhir 2014, NPL perseroan tercatat sebesar 1,66 persen.
Dia mengatakan, rasio kredit bermasalah akan cukup berbahaya jika sudah berada di atas 3 persen. Budi optimistis, angka kredit macet Bank Mandiri belum akan menyentuh angka 3 persen meski nilai tukar rupiah tercatat mengalami pelemahan hingga 6 persen sejak awal tahun.
?Level NPLkami sebesar 1,66 persen itu terendah sepanjang sejarah,? kata Budi di Gedung Bank Mandiri, Jakarta, Senin (14/3).
Walaupun cukup aman, namun Budi mengatakan, perseroan memantau perkembangan kredit bermasalah di anak usahanya, yakni PT Bank Syariah Mandiri. Menurutnya, rasio kredit bermasalah di Bank Syariah Mandiri sudah mencapai 2,65 persen.
Lebih lanjut dia mengatakan, pada 2015 Bank Mandiri akan lebih fokus untuk mengejar pertumbuhan kredit konservatif ketimbang berekspansi secara lebih agresif. Langkah tersebut diambil untuk mengantisipasi ketidakpastian kondisi ekonomi global hingga 2016 mendatang.
?Yang pasti saat ini cash reserve (cadangan kas) kami di atas 200 persen. Hanya dua bank saja di Indonesia yang memiliki jumlah reserve sebanyak ini,? kata Budi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya memperkirakan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa meningkatkan rasio kredit bermasalah menjadi 3 persen. Menurut Deputi Komisioner OJK Irwan Lubis, risiko kredit ini perlu diwaspadai perbankan karena penurunan kinerja debitur akan berdampak langsung terhadap rasio kredit bermasalah.
?Hingga Januari 2015, rasio NPL gross perbankan mencapai 2,28 persen dan berpotensi mencapai 3 persen jika kinerja sektor riil terus terpukul.?