Garuda Kerja Sama Hedging dengan Tiga Bank
KATADATA ? PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menandatangani kerja sama lindung nilai (hedging) senilai Rp 1 triliun dengan tiga bank. Hedging melalui transaksi cross currency swap ini dilakukan untuk mengantisipasi risiko perubahan kurs tahun ini.
Tiga bank yang diajak bekerja sama lindung nilai ini antara lain PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan Standard Chartered Bank.
Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wivowo mengatakan, perseroan perlu melakukan lindung nilai karena selama ini sekitar 70 persen biaya perusahaan menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Antara lain digunakan untuk biaya sewa pesawat, bahan bakar, perawatan pesawatan, dan biaya lainnya.
?Maka Garuda perlu melakukan upaya yang mengacu pada prinsip kehati-hatian demi menjaga kestabilan kegiatan operasional,? kata Arif di Jakarta, Senin (2/2).
Dia menyebutkan, kerja sama tersebut akan berlangsung selama 3,5 tahun yang akan berakhir pada 5 Juli 2018. Garuda menjadi badan usaha milik negara (BUMN) pertama yang melakukan hedging dalam jumlah yang besar pada tahun ini.
Pelaksanaan lindung nilai dalam rangka memenuhi Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/21/PBI/2014 mengenai prinsip kehati-hatian dalam Pengeloaan Utang Luar Megeri Non Bank. Selain itu, Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-09/MBU/2013 tentang Kebijakan Umhm Transaksi Lindung Nilai BUMN.
Dalam kerja sama ini, CIMB Niaga mendapat porsi hedging terbesar yakni senilai Rp 500 milliar. Sedangkan BNI dan Standard Chartered masing-masing mendapat Rp 250 milliar.
Direktur Utama BNI Gatot Suwondo mengatakan, kerja sama ini setelah adanya kesepahaman Badan Pemerika Keuangan (BPK) mengenai hedging. Dengan begitu, perusahaan pelat merah tak lagi khawatir adanya pelanggaran ketika melakukan lindung nilai kurs.
Dia berharap, langkah ini tak dipandang debagai langkah spekulatif melainkan usaha untuk mengubah ketidakpastian menjadi sesuatu yang pasti.
?Memang ada kemungkinan spekulatif, tapi kalau yang dibutuhkan hedging 100, BUMN keluarkan 100, itu bukan spekulatif. Dan saya rasa BUMN tak akan berani lebih dari (kebutuhan hedging),? ujarnya.
Selain Garuda, BNI sudah menawarkan hedging senilai US$ 200 juta ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Selanjutnya, kata Gatot, BNI akan jajaki penawaran lindung nilai ke perusahaan lain yang memiliki pendapatan dalam mata uang rupiah dan pengeluaran dolar AS, seperti Semen Indonesia dan Pertamina.
Berdasarkan laporan keuangan Kuartal III-2014, Garuda mengalami rugi selisih kurs senilai US$ 6,62 juta atau setara Rp 84,21 milliar dibandingkan untung kurs yang diperoleh pada periode yang sama 2013 mencapai US$ 37,63 juta atau Rp 478,13 miliar.