Laba Semester I Anjlok, BTN Optimistis Capai Target Tahun Ini Rp 1,2 T
PT Bank Tabungan Negara Tbk optimistis mampu melampaui target laba bersih 2020 sebesar Rp 1,2 triliun. Pada semester tahun ini, BTN meraup laba bersih Rp 768 miliar, turun 41% dibanding periode sama tahun lalu Rp 1,3 triliun.
Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury mengatakan bahwa salah satu faktor optimisme tersebut karena ada pelonggaran pembatasan sosial berskala besar di tengah kondisi Covid-19 sehingga kegiatan ekonomi sudah mulai menggeliat.
"Apa lagi ada tambahan paket stimulus terkait kredit pemilikan rumah subsidi selisih bunga, ini juga akan memperbaiki profitabilitas kami," kata Pahala dalam konferensi pers secara virtual, Senin (3/8).
Berdasarkan optimisme tersebut, laba bersih BTN sepanjang tahun ini ditargetkan dapat tumbuh hingga lebih dari 474% dibandingkan dengan laba bersih sepanjang tahun lalu. Tahun lalu, BTN hanya membukukan laba Rp 209 miliar akibat peningkatan pencadangan.
Faktor lain yang bisa membuat laba bersih BTN meningkat adalah penurunan biaya dana alias cost of fund. Di tengah pandemi ini, kondisi likuiditas melonggar seiring dengan penyaluran kredit baru industri perbankan yang melambat.
Hal ini juga dialami BTN terlihat dari rasio pinjaman terhadap simpanan alias loan to deposit ratio pada semester I 2020 yang turun 111,27% pada semester I 2019. Selain itu, rasio kecukupan likuiditas atau liquidity coverage ratio juga terdongkrak 105,5% di semester I 2019, menjadi 132,22% di semester I 2020.
"Karena perlambatan kredit itu, likuiditas di market justru ada perbaikan. Kami harap dengan adanya perbaikan likuiditas, persaingan mencari likuiditas menurun dan cost of fund juga diharapkan menurun," kata Pahala.
Dia mengatakan, bahwa cost of fund perusahaan hingga akhir Juni 2020 ini sudah turun sebesar 80 basis poin. Sedangkan hingga akhir tahun, diperkirakan terjadi lagi penurunan sebesar 30-40 basis poin lagi yang mendorong adanya permintaan terhadap kredit baru.
BTN sendiri menargetkan penyaluran kredit sampai akhir tahun ini bisa tumbuh antara 4% hingga 5% dibandingkan kredit sepanjang 2019. Kredit yang disalurkan BTN sepanjang tahun lalu senilai Rp 255,82 triliun, lebih besar sekitar Rp 10 triliun dibandingkan akhir tahun ini.
Pahala optimistis perusahaan mampu menjaga pertumbuhan kredit hingga akhir tahun ini karena sudah mulai ada kenaikan permintaan kredit dari sektor perumahan bersubsidi. Permintaan KPR subsidi sepanjang Juni 2020 saja sudah naik hingga 75% dibandingkan Mei 2020.
Meski begitu, Pahala mengakui bahwa kenaikan permintaan KPR subsidi ini belum menyentuh angka normal dibanding sebelum pandemi Covid-19. "Karena sebelumnya, permintaan KPR subsidi sempat turun lebih besar dari 75%. Tapi kalau dilihat, ini indikasi yang positif," ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa ada peraturan dari Kementerian PUPR, di mana developer yang membangun rumah bersubsidi, agar sudah memiliki akses jalan. Pahala berharap, ada peraturan tambahan yang menjembatani lagi agar penyelesaian jalan dan rumah, bisa berjalan paralel. Yang terpenting, developer memiliki dana yang cukup untuk melakukan pembangunan jalan sampai selesai.
"Kalau terjadi, harapan kami bahwa kredit di BTN bisa tumbuh antara 4%-5% hingga akhir tahun nanti bisa terlaksana," katanya.
Sementara dari sisi kualitas kredit, perusahaan menargetkan rasio non-performing loan ditargetkan berada di level sekitar 4,5% hingga akhir tahun ini. Angka tersebut menunjukkan adanya perbaikan kualitas dibandingkan dengan NPL akhir 2019 yang ada di level 4,78%.
Beberapa langkah yang ditempuh oleh BTN dalam meningkatkan kualitas kredit perusahaan dengan melakukan penjualan agunan para debitur BTN dan mengalihkan hak tagih atau cessie dari kredit yang sudah bermasalah. Hal ini juga merupakan salah satu langkah yang terus ditingkatkan BTN dalam menata ulang proses penagihan kredit agar lebih efektif, efisien, dan cepat.
Di samping itu, untuk menjaga rasio, BTN juga melakukan restrukturisasi kredit nasabah yang bisnisnya terdampak oleh lesunya ekonomi akibat Covid-19. Hingga pertengahan tahun ini saja, BTN telah merestrukturisasi kredit senilai 36,46 triliun. Mayoritas berasal dari sektor KPR nonsubsidi 38,03% dan KPR subsidi sebesar 34,3% dari total kredit yang direstrukturisasi.
Restrukturisasi kredit BTN mayoritas terjadi pada periode April dan Mei 2020. Pada April, nilai kredit yang direstrukturisasi nilainya mencapai Rp 12,66 triliun dari 66,21 ribu nasabah. Bulan berikutnya, nilainya sedikit turun menjadi Rp 11,3 triliun namun jumlah nasabahnya meningkat hingga 86,89 ribu nasabah.
Sementara itu, program restrukturisasi kredit BTN pada Juni 2020, tercatat menurun dibandingkan dua bulan sebelumnya. Nilai kredit yang direstrukturisasi senilai Rp 9,92 triliun dari total 61,37 ribu nasabah.
“Di luar ekspektasi, restrukturisasi terus menunjukkan penurunan. Sehingga kami proyeksikan tren penurunan restrukturisasi tersebut akan berlanjut hingga akhir 2020”, katanya.